Renungan

Gaji 5 Juta Tidak Bisa Menabung?

Ada orang yang mungkin tidak pernah merasakan jadi tulang punggung keluarga. Sehingga tidak tahu rasanya, punya gaji habis seketika untuk semua pos pos pengeluaran yang sudah menanti setiap bulannya.

Jangankan gaji 5 juta, ada yang bergaji 12 juta saja masih tidak bersisa.

Makanya wajar, ada yang baru bisa menyalurkan hobinya atau impian yang tertunda ketika sudah ada kelonggaran rejeki ketika sudah dewasa atau bahkan pada usia paruh baya. DAN ITU NORMAL.

Kalau semua orang bisa dengan mudah usia 22 lulus kuliah, usia 23 kerja, usia 24 sudah ada tabungan, usia 25 menikah, usia 26 punya 100 juta pertama, usia 30 punya 1 milyar pertama….ya silahkan saja. Tapi menyalahkan orang orang yang tidak bisa? Tidak perlu. Bisa jadi juga itu hanya sekedar tulisan saja.

Saya hingga usia 26 saja menabung 100 ribu per bulan sudah bersyukur banget. Dalam kondisi sudah menikah dan baru punya anak 1. Itu sudah nilai tertinggi yang bisa saya tabung. Bagi yang bisa pakai % tabungan, ya bagus. Teruskan. Bagi yang tidak bisa? Jangan merasa kecil hati, biarkan saja.

Saya dulu punya impian masa remaja yang bahkan hingga sekarang belum bisa saya wujudkan. Punya motor gede. Alhamdulillah, belum terwujud sih :))

Dari usia 21 hingga sekarang, saya dan Istri masih harus berbagi dengan keluarga besar. DAN INI NORMAL. Tidak ada yang salah. Saya dan Istri bahagia kok bisa berbagi dan membantu keluarga.

Ada orang yang bahkan rela tidak kuliah, agar adik adiknya kuliah. Ada juga yang berusaha irit makan, agar keluarganya bisa hemat dan menabung.

Menjual kesuksesan diri sendiri dan menafikan kondisi orang lain, bukanlah motivasi. Apalagi jika pakai narasi investasi, ujung ujungnya ya jualan kelas sendiri.

Buat kalian yang belum bisa menabung, ingat ITU NORMAL. Mau pakai buat beli kopi mahal, ya beli aja. Kalian tidak bakal jadi miliuner hanya karena hemat 1 gelas kopi.

Selama kalian bahagia, ya lakukan saja. Self rewarding itu juga perlu kok, kita sudah kerja keras selama ini.

Tapi, kembali lagi ya. Pilihan kalian masing masing ya kalian yang putuskan.

end

Penulis : Aukaria Rahman > https://www.linkedin.com/in/aukariarahman/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Merubah Nasib

Kenapa tidak semua orang bisa mengubah nasib mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya? Padahal semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing tapi tetap nggak semua orang bisa memaksimalkan kelebihan yang mereka miliki sambil berusaha mengendalikan kekurangan dalam diri mereka. Apa penyebab utamanya?

Belasan tahun terakhir ini saya terus mencoba mencari jawaban dari pertanyaan itu dengan mengamati orang-orang di sekitar saya.

Saya pernah melihat orang yang awalnya minder dan penuh rasa takut berhasil mendorong dirinya hingga akhirnya bisa mendapatkan jenjang karier yang jauh lebih baik.

Saya juga pernah lihat orang yang tadinya pemalas dan suka menunda-nunda berhasil memotivasi dirinya hingga akhirnya mampu mencetak prestasi.

Saya bahkan pernah melihat orang yang sangat keras kepala bisa melunak dan membuka diri untuk mempelajari sudut pandang baru yang kemudian membuat dirinya jadi lebih baik dari sebelumnya.

Hanya satu tipikal individu yang sejauh ini belum pernah saya lihat ada perubahan berarti dalam diri mereka: orang-orang dengan fixed mindset.

Tipikal orang yang sangat senang menyalahkan nasib, keadaan, dan juga privilege, tanpa mau mengevaluasi dirinya sendiri. Mereka terlalu pasrah dengan kekurangan yang mereka miliki karena menganggap memang itulah takdir yang harus mereka tanggung. Nasihat apapun dan dari siapapun tidak akan pernah mereka dengarkan. Bahkan fakta dan data sekalipun akan selalu mereka mentahkan. Mereka lebih suka mengambil jalan pintas dengan menyalahkan takdir atas hidup mereka di hari ini.

Itulah sebabnya makin lama teori law of attraction terasa makin masuk akal. Mindset memang sebegitu powerful-nya. Apa yang kita yakini kebenarannya memang punya pengaruh besar pada apa yang kita lakukan berikutnya. Itulah sebabnya, di buku The Little Handbook for Big Career saya menulis, “Langkah pertama untuk mengubah nasib adalah dengan mengubah mindset terlebih dahulu.

Mungkin kah ada orang dengan fixed mindset sukses dengan cara mereka sendiri? Nggak tahu juga sih ya. Mungkin ada, tapi saya yakin nggak banyak. Punya growth mindset juga obviously bukan jaminan untuk sukses. Tapi satu hal yang sangat saya yakini kebenarannya: tidak ada satupun dalam hidup ini yang bisa menjamin kesuksesan, tapi ada hal-hal penting yang bisa memperbesar peluang untuk mendapatkannya dan growth mindset adalah salah satu modal awal yang sangat krusial.

We’re more than whom we think we are. And we’ll never know what we’re capable of until it’s truly done.

Penulis : Riffa Sancati > https://www.linkedin.com/in/riffa-sancati-60527b9a/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


7 Alasan Krisis PR di Aksi Cepat Tanggap

7 alasan kenapa Crisis public relations yang terjadi pada ACT Foundation | Aksi Cepat Tanggap akan bergulir jauh lebih besar daripada saat ini.

1. Crisis conventional dimana pemicu awal berasal dari Media massa yang kemudian diamplifikasi lewat media sosial. Crisis semacam ini sudah jarang terjadi karena belakangan crisis justru dimulai di media sosial lalu diamplifikasi oleh media massa.

2. Crisis bukan disebabkan oleh oknum, tapi oleh kesadaran kolektif manajemen yayasan yang tidak memperhitungkan sensitivitas publik yang dituangkan dalam bentuk peraturan perusahaan.

3. Crisis ACT melebar kepada orang di luar yayasan mereka. Mulai dari tokoh agama sampai selebritas.

Jangan pernah berpikir crisis public relations itu cuma bikin pusing perusahaan/organisasi yang sedang dilanda.

4. Walau sudah akut sampai menghancurkan bukan cuma nama baik, tapi juga pimpinan tertinggi perusahaan, ACT malah berharap bisa membersihkan nama mereka lewat counter buzzerRP dengan tagar #KamiPercayaAct.

5. Terjadi snowball effect dari isu satu organisasi menjadi isu industri berupa distrust atau tidakpercayanya publik terhadap lembaga bantuan lainnya, termasuk Unicef.

Lembaga kemanusian/filantropi sejenis siap-siap kena goncangannya.

6. Sejarah menunjukkan Crisis PR yang tersangkut dengan permasalahan agama tidak pernah selesai dalam waktu cepat. Tengok kasus investasi ust. Yusuf Mansur dan first travel.

7. Dari isu yayasan ke industri, crisis ACT akan dibawa menjadi komoditas politik yang berlarut-larut.

Dan lagi-lagi, public relations harus jadi aksi “cuci piring” dari banyak hal salah yang terjadi pada sebuah perusahaan/organisasi.

Penulis : Bima Marzuki > https://www.linkedin.com/in/bima-marzuki/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Tips Perbanyak Orang Dalam

“Susah Pak, kalau tidak ada orang dalam” keluh kesah seorang jobseeker.

Sudah tau susah.. bukannya berusaha perbanyak orang dalam, malah sibuk men-sirik-i orang yang punya orang dalam.

Lebih parahnya: banyak yang alergi sama ‘bantuan’ orang dalam.
Sampai-sampai tidak mau mengakui peran orang dalam dalam karier-nya.

Apa keuntungan adanya orang dalam?

Orang dalam adalah pemberi informasi valid dan wahid tentang sebuah lowongan kerja yang bahkan belum di publish.

Orang dalam sudah tau kapabilitas kita sehingga menawarkan lowongan yang juga cocok dengan kapabilitas tersebut.

Orang dalam sudah mengenal karakter kita, sehingga tahu chemistry kita akan cocok dengan lingkungan kerja.

Banyak perusahaan lebih suka metode ‘orang dalam’ ketimbang publikasi lowongan.
Sampai ada ‘reward’ untuk orang dalam yang bisa mereferensikan kenalannya untuk bisa join.
Namanya Referral Program.

Jadi, tidak usah kamu salah-salahin orang dalam kalau kamu susah mendapat pekerjaan.
Salah kamu yang tidak mau perbanyak orang dalam.

Lalu, gimana caranya perbanyak orang dalam?
Ngga sulit, cukup tingkatkan KSA mu (Knowledge Skill Attitude), niscaya kamu akan memperoleh banyak orang dalam.

“Takut Pak sama orang dalam, nanti ditagih hutang budi..”

Lah, kalau KSA mu positif mengapa takut?
KSA yang positif akan menarik orang dalam yang positif.
KSA negatif menarik orang dalam negatif.

Contoh:
Kalau kamu orangnya malas, integritas rendah, direkomen sama orang dalam.. Pasti buat diajak negatif – misalnya nyari temen korupsi uang perusahaan.

Tapi kalau KSA-mu positif, paling-paling orang dalam cuma nuntut kamu perform yang bagus, jangan malu-maluin mereka. Gitu aja kok.

“Pak orang dalam nya minta sejumlah uang untuk di rekomen..”

Duh duh itu bukan orang dalam, tapi itu calo tenaga kerja.

“Pak, orang dalamnya ponakan direktur..”

Itu juga bukan orang dalam, tapi nepotisme alias orang bawaan.

Untuk 2 case diatas (calo dan orang bawaan) ngga usah kesal, perusahaan kayak gitu juga ngga layak untuk kamu perjuangkan.. Malahan nyesel kalo masuk perusahaan kayak gitu.
Kecuali kamu emang ber-mental ‘orang bawaan’ yang minim prestasi maunya diajakin yang enak-enak aja.

Di LinkedIn , perbanyak koneksi juga berarti memperbanyak orang dalam.
Posting hal-hal positif, ber-interaksi dengan cerdas dan sopan, niscaya akan menjalin lebih banyak ‘orang dalam’.

Yang mau memperkaya diskusi perihal topik ini, monggo juga lho ya.
Boleh setuju boleh tidak, Negara menjamin kebebasan berpendapat kok.

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


3 Hal Ini yang Bisa Merubah Hidup Anda

Bagi seorang pekerja, FreshGraduate atau bahkan jobseekers sekalipun upgrade skill adalah sesuatu yang wajib dilakukan.

Setidaknya harus ada standart sendiri yang harus ditetapkan untuk skala peningkatan kompetensi diri.

Misalnya di hari kemaren jika dalam skala 1 sampai 10 kompetensi dan penguasaan Bahasa Inggris saya di level 6, maka hari ini saya harus bisa merubah menjadi 7 atau 8 yang menjadi tolak ukur lebih baik.

Selama ini seseorang hanya fokus pada 2 hal saja dalam melakukan upgrade skills yaitu :

  1. Hard Skill
  2. Soft Skill

Padahal ada 1 tambahan yang seharus nya menjadi pondasi paling kuat sebelum melakukan upgrade HardSkills dan SoftSkills yaitu Mindset atau cara berpikir.

Gambar saya ambil dari IG account HabisKerja

HardSkills lebih mengutamakan skill practice seperti kompetensi di IT, lebih spesifik ke Digital Marketing, Google Ads atau skill mengelola media sosial LinkedIn, IG atau FB dalam memasarkan produk.

SoftSkills lebih fokus kepada skill yang memberikan dampak psikologis ke kemampuan yang berhubungan dengan pihak lain secara langsung seperti Leadership, Communication Skill, Presentasi dan Time Management.

Mindset atau cara pandang justru yang seharusnya menjadi skala prioritas yang wajib di upgrade, yaitu bagaimana Kita bisa :

  • Mengurangi keluhan
  • Tetap semangat
  • Jangan menyerah

Mindset lebih tidak terlihat orang lain tapi lebih ke back to yourself, bagaimana Kita bisa memanajemen diri secara emosional.

Jika HardSkills dan SoftSkills lebih berhubungan dengan orang lain dalam memberikan penilaian dan evaluasi.

Maka di Mindset lebih ke kemampuan diri menambah Value diri menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Penulis : Prasetyo Adi nugroho > https://www.linkedin.com/in/prasetyo-adi-nugroho-spil/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Upgrade Your Skill, Prepare for The Future

Lebih dari dua dasawarsa lalu, ketika saya kuliah S1 Teknik Sipil di Jogja, saya indekos bersama teman-teman dari Ekonomi, entah bagaimana ceritanya, saya mulai tertarik membaca buku-buku manajemen. Pertimbangannya sederhana, kalau mau jadi pimpinan di perusahaan, harus paham manajemen.

Salah satu buku yang saya baca adalah buku Manajemen karya Stoner. Begitu lulus, saya bekerja di bidang Management Development. Alhamdulillah, ternyata ada hikmah dibalik ketertarikan saya yang nyeleneh.

Pada saat bekerja di tambang, saya pernah kesal ketika saya dengar perusahaan mau menerapkan kriteria-kriteria dalam Malcolm Baldrige National Quality Award. Pasalnya, implementasi dari site, namun orang site tidak diberi pelatihan.

Sejalan kemudian, saya bersyukur waktu saya off, ada training MNBQA di Bandung, dengan bekal nekat, saya daftar sendiri dengan biaya sendiri, menyusul senior-senior di HO yang sudah mendaftar duluan (termasuk numpang tidur mereka supaya irit).

Beberapa bulan setelah training, sebenarnya Pertamina untuk mengikuti interview untuk posisi yang mengelola penerapan MBNQA, namun rupanya Allah SWT belum mengijinkan saya pindah, karena setiap dipanggil, bersamaan dengan jadwal saya di site.

Fast forward, di perusahaan yang sekarang, saya diminta oleh rekan di QA untuk terlibat di penilaian SNI Award, sebuah award yang kriterianya banyak diadaptasi dari MBNQA. Keikutsertaan pertama kami hanya mendapatkan perak.

Pun demikian, tim penilai cukup takjub mengingat hasilnya bagus untuk perusahaan yang pertama ikut. Pada tahun kedua, alhamdulillah kami berhasil mendapatkan emas.

Yang ingin saya tekankan adalah bahwa menggali ketertarikan kita dan membuat prediksi perkembangan dunia industri termasuk mencoba mengidentifikasi opportunity dan threat, untuk kemudian mengeliminasi weakness atau reinforcing our strentgh dengan belajar sendiri, training atau berani megambil project-project baru atau aktifitas di luar hal-hal yang rutin adalah keharusan mengingat dinamika yang berkembang. Belajar dan belajar.

Upgrading our skill harus selalu dilakukan, karena kita tidak pernah benar-benar tahu skill mana yang akan benar-benar membawa kita kepada kesuksesan. Setidaknya ini berlaku untuk saya.

Saat ini di penghujung Juni, sudahkah temen-temen mempelajari skill baru atau setidaknya mempertajam skill teman-teman. Kalau belum, hurry up, waktu terus berjalan. Sayang kalau tidak dimanfaatkan.

Namun di atas itu semua, jangan lupa berdoa. Berdoa supaya Yang Maha Kuasa menunjukkan ilmu atau pengetahuan apa yang harus kita pelajari atau kuasai. Berdoa supaya Yang Maha Kuasa menunjukkan dan menunjukkan jalan menuju kesuksesan (dan Insya Allah kebermanfaatan), dan juga berdoa supaya dikumpukan dengan orang-orang terbaik di lingkungan terbaik, atau bahasa kekiniannya supaya masuk kedalam network yang bisa bersinergi untuk kesuksesan bersama.

Semoga rekan-rekan semua dan keluarga senantasa sehat, sukses, serta selalu dalam lindungan Allah SWT, amin ya rabb.

Penulis : Dwinandha Septiadhi > https://www.linkedin.com/in/dwinanda-septiadhi/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


10 Bias Yang Membingungkan Pemikiran Kita

Ada beberapa bias yang kita bisa saja punya, tapi kita tidak sadar bahwa kita punya itu. Semacam musuh dalam selimut ya, atau ‘gajah di pelupuk mata tidak tampak namun kuman di seberang bisa tampak’.

Bias ini menganggu objektifitas kita berpikir sehingga kita tidak bisa berpikir secara optimal. Apa saja itu? kita lihat satu-satu ya:

  1. Confirmation bias

Kita cenderung percaya pada informasi yang sesuai dengan hal yang sudah kita percayai duluan. Sehingga membaca berita/buku/literatur, kita sudah tendensius dan hanya mengambil/quoting/citation yang sesuai dengan kepercayaan kita saja

  1. Familiarity bias

Kita cenderung percaya pada sesuatu sumber/narasumber yang memang sudah kita percaya (terlepas benar apa tidak). Misal loyal akan berita-berita di kanal detik atau line today saja.

  1. Naive realism

Kita cenderung percaya bahwa kitalah yang melihat dunia secara objektif, sehingga saat ada orang yang tidak setuju sama kita, kita akan melihat orang itu/komunitas itu sebagai orang yang kekurangan informasi, tidak rasional, bias, atau lebih jauh, bodoh

  1. Illuison of knowledge

Kita merasa kita tahu apa yang orang pikirkan

  1. Fundamental attribution error

Kita mampu menunjuk kesalahan orang saat situasi yang dihadapi orang tersebut menjadi buruk, namun saat kita menghadapi situasi yang buruk, kita menyalahkan orang lain/hal lain atau nasib buruk

  1. Self-consistency bias

Kita cenderung berpikir bahwa tingkah laku kita, kepercayaan kita, dan kelakuan kita selalu konsisten dan stabil, bahkan dari beberapa tahun/belasan/puluhan tahun lalu, walaupun kenyataannya kita berubah

  1. Projection bias

Kita berpikir, bahwa orang lain juga punya pemahaman yang sama dengan kita, walaupun tidak. Misal, saat ada orang kebut-kebutan terus kita marah dan bilang: ‘Dasar bodoh! kelakuan kayak orang tidak sekolah!’.

Padahal sekolah/tidak juga tidak ada hubungannya dengan kebut-kebutan, banyak yang berpendidikan juga ugal-ugalan, kok. Dia berpikir bahwa kalau sekolah, maka tidak ugal-ugalan (kepercayaan yang dia punya)

  1. Authority bias

Kita akan suka sebuah ide apabila disampaikan oleh orang yang keren, elite, atau posisinya tinggi (atasan). Tapi saat ide sama disampaikan oleh orang lain yang inferior, tidak akan didengarkan

  1. Stereotyping bias

Ketika kita mengamati kelakuan seseorang dalam suatu grup, kita langsung berasumsi bahwa sebagian besar atau seluruh grup itu kelakuannya sama. Misal mahasiswa demo, ada 1-2 orang yang anarkis, maka kita langsung membenci semua demonstran bahwa semua anarkis. Tentu tidak, kan? bisa saja mereka hanya ingin suara mereka didengar

  1. Bias blind spot (yang terakhir dan paling umum)

Kita selalu bisa mendiagnosa bias pemikiran di orang-orang lain, tapi kita gagal menyadari bias pemikiran di diri kita sendiri

Nah dari 10 hal diatas, adakah kamu disana? Jika ada tidak masalah, namanya juga berproses 🙂 Saya juga ada dan terus menerus berupaya mengeliminasinya

Penulis : Kemas Adrian > https://www.linkedin.com/in/kemas-adrian-a12b3444/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Usia Menghalangi Dapat Kerja

“Mbak Mil… Memangnya cuma di Indonesia ini ya, soal usia sangat dipersoalkan sampai menghalangi kita untuk dapat kerja?”

Enggak juga kok, beberapa waktu lalu, saya nonton drakor, ada tokohnya yang ditolak bekerja sebagai waiter, karena sudah umur 30, dan waktu si jobseeker ini agak mendesak, pegawai lamanya bilang : “Gak bisa, soalnya Manager disini umurnya 29”

Menurut saya penyebabnya bukan negara, tapi budaya. Budaya timur yang ewuh pakewuh, menghargai orang yang lebih tua, merasa tidak enak jika menegur orang yang lebih senior atau sebaliknya: dari yang lebih tua merasa lebih tahu, merasa perlu dihargai dan dihormati, merasa lebih banyak makan asam garam.

Diakui atau tidak, banyak diantara kita yang masih merasakan hal itu. Beberapa waktu yang lalu, ada satu orang senior yang masuk ke perusahaan start up, dan mukanya memerah, waktu salah satu VP yang usianya jauh lebih muda dari dia, memanggilnya langsung dengan namanya (tanpa sebutan bapak atau mas). Sedangkan si VP yang lulusan luar dan biasa kerja di US, gak ngerti kenapa mesti manggil mas atau bapak, sedangkan dia di luar biasa gitu. Itu hal sederhana yang menunjukkan perbedaan budaya.

Lalu soal menegur : atasan perlu menegur bawahan, jika bawahan melakukan kesalahan. Nah… Ketika bawahan cukup jauh lebih tua dari atasan, tantangan untuk menegur ini jadi lebih tinggi tingkatannya, dibandingkan jika bawahan lebih muda dari atasan. Di budaya timur begitu.

Apakah ada Profesional Leaders di Indonesia yang bisa mengatasi hal itu? Banyak, tapi yang tidak bisa juga banyak.

Sebaliknya dari sisi bawahan yang ditegur: ada yang legowo, mengakui dan menyadari kesalahannya, lalu berubah, tapi ada juga yang mangkel, gerutu dalam hati “Lo anak kemaren sore, tahu apa?”, dan lalu mengerjakan apa yang diperintahkan dengan setengah hati.

Suka gak suka, hal-hal seperti ini ada dan harus kita akui. Belum lagi issue mengenai kesehatan dan kecepatan menguasai teknologi baru.

Lalu gimana dong kalau kita ‘terlanjur tua’ dan butuh pekerjaan?

  1. Sadari bahwa kesulitan yang kita alami saat ini adalah pembentukan supaya kita bisa lebih rendah hati lagi.

Iya, kita memang sudah punya banyak pengalaman, tapi biarlah kita seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Semakin banyak yang kita tahu, semakin banyak kita tahu: masih banyak yang belum kita tahu

  1. Jaga kesehatan, jaga makanan, olahraga, berhenti merokok. Pastikan tubuh kita fit untuk bekerja
  2. Jangan anti dengan teknologi baru, jangan jadi orang yang gaptek. Mulailah dari hal simpel: kuasai semua fitur yang ada di handphone kita. Lalu lanjutkan dengan melatih kemampuan teknologi, yang dibutuhkan dalam pekerjaan kita.

3 hal pertama ini akan membangun diri kita di dalam, sehingga kita dapat siap menjual kompetensi kita di luar.

Besok saya share tentang bagaimana Tips and Trick menjualnya ya.

Hari ini yuk kita renungkan, dan komitmenkan untuk menjalani 3 yang di atas itu dulu.

Selamat berjuang

Penulis : Milka Santoso > https://www.linkedin.com/in/milkasantoso/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Menjadi Diandalkan atau Dimanfaatkan?

“Mbak Mil, diandalkan dan dimanfaatkan kan bedanya tipis ya. Bagaimana caranya kita bisa menjadi orang yang diandalkan, tapi tidak menjadi orang yang dimanfaatkan?”

Saya bagikan Dua prinsip dasar dulu ya:

1. Kita tidak akan bisa menjadi orang yang diandalkan, JIKA KITA TAKUT dimanfaatkan.

Kita harus waspada, tapi tidak boleh takut. Kewaspadaan adalah seperti helm, atau seatbelt yang kita gunakan pada waktu berkendara. Hal ini mengurangi resiko kecelakaan kita, tapi tidak menahan laju kendaraan kita, sehingga kita tetap bisa sampai tujuan.

Ketakutan adalah seperti rantai yang membelenggu roda kendaraan kita. Jika kita tidak melepaskannya kita tidak akan bisa kemana-mana.

2. Kita akan merasa dimanfaatkan seseorang jika kita tidak dapat menemukan keuntungan dari interaksi kita dengan orang tersebut. Kita merasa hanya memberi, memberi dan memberi tanpa pernah mendapatkan.

Sebaliknya, jika kita dapat menemukan hal yang dapat kita syukuri dari hubungan kita dengan orang tersebut, kita tidak akan merasa dimanfaatkan. Meskipun orang itu memang ingin memanfaatkan kita, namun kita tidak menjadi orang yang hanya dimanfaatkan.

Lalu bagaimana cara penerapan dua konsep dasar ini, terutama di bidang pekerjaan?

1. Jangan takut dimanfaatkan.
Giving your Best, doing extra miles.
Jangan hitung-hitungan dalam pekerjaan.

2. Tetap waspada.
Menggunakan seatbelt bukan berarti Anda boleh berkendara 300 km jam, dan menerobos di bahu jalan.

Anda harus tahu aturan main yang ada di setiap perusahaan. Jika aturannya Anda berhak atas lembur, Anda patut untuk menanyakan lembur Anda, jika Anda tidak mendapatkannya. Jika pada perjanjian kerja tercantum Anda seharusnya mendapatkan uang pulsa, Anda perlu menanyakannya jika Anda tidak menerimanya.

Anda juga harus tahu kapan harus berkata stop kepada atasan Anda, dan meminta waktu istirahat Anda.

Jangan sampai Anda menjadi orang andalan di kantor, tetapi kemudian tidak bisa diandalkan di tengah keluarga Anda.

Hard Conversation is important, termasuk percakapan dengan atasan Anda.

3. Temukan hal-hal yang Anda patut syukuri dari pekerjaan Anda.

Penambahan pekerjaan memang tidak selalu diiringi dengan penambahan gaji, tapi pasti selalu diiringi dengan penambahan kompetensi.

Bersyukurlah untuk hal itu.

Jika atasan Anda meminta Anda melakukan tugas-tugasnya, bersyukurlah, karena Tuhan sedang mempersiapkan Anda untuk layak dipromosi.

Manusia memang dapat mereka-rekakannya untuk kejahatan, namun Allah mereka-rekakannya untuk kebaikan.

Sadarilah hal itu!

Have a Great Day Great Fighter.

Be Blessed.

Penulis : Milka Santoso > https://www.linkedin.com/in/milkasantoso/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


6 Hal Yang Perlu Dihindari Untuk Karir Baru Kamu

Bismillah..

Siapkan pengetahuan ini dari sekarang ya.. Based on my experiences, tidak ada satupun employee (atau bahkan entrepeneur, writer, atau profesi lain), yang akan berhasil dan sukses jika melakukan 6 hal dibawah ini..

Tentunya masih banyak lagi karakter lain, hanya saja yang pernah saya temukan, mostly 6 karakter atau sikap di bawah ini..

So lets check this out, save dan bagikan kepada jaringan kamu supaya kebaikan nya menyebar..

Overworking

Jangan biasakan lembur untuk membuat atasan kamu terkesan. Lakukan lembur kalau memang pekerjaan kamu benar-benar tidak bisa diselesaikan hari itu juga.

Jika memang kamu banyak lembur, cek lagi, apakah beban kerja kamu normal? Jika tidak normal, coba bicarakan dengan atasan kamu baik-baik dan cari solusinya.

Sering Izin atau terlambat

Saat menjadi newbie, hal yang pertama kali dilihat adalah kedisiplinan kamu. Dengan disiplin, kamu akan terlihat memiliki karakter dan bertanggung jawab.

Tepat waktu dan memenuhi jam kerja adalah salah satu bentuk tanggung jawab.

Tidak mengakui kesalahan dan menyalahkan orang lain

Saat kamu melakukan kesalahan, jangan pernah menyalahkan orang lain.

Akui saja dan berjanji untuk tidak melakukan lagi di masa depan. Ini akan membuat kamu terlihat profesional dan open minded.

Grumpy dan sering mengeluh akan pekerjaan

Tidak ada pekerjaan yang santai, mulus, dan bebas tekanan.

Setiap pekerjaan pasti ada suka dan dukanya. Usahakan untuk tidak sering mengeluh, baik dengan teman kerja maupun di media sosial.

Sering mengeluh menunjukkan kamu belum cukup tangguh dalam menghadapi dunia pekerjaan.

Prokastinasi

Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Ini bakalan menjadi bumerang buat kamu.

Saat ada tugas, kerjakan saat itu juga. Karena menunda pekerjaan efeknya seperti bola salju, semakin lama semakin besar dan akhirnya akan menggulung kamu.

Obral kata resign

Sedikit dikit bilang resign.

Ada kesulitan, bilang mau resign. Ada yang ngomongin jelek, minta resign. Tapi gak resign-resign.

Sikap ini tentunya tidak menunjukkan profesionalisme. Bekerja adalah siap dengan bentuk perbedaan pendapat, tanggung jawab, dan profesional.

Penulis : Anna Yuliani > https://www.linkedin.com/in/anna-y-6a73b8a6/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”