Kalau Anda pergi ke Medan dan tidak menikmati duriannya, rugi besar. Bagi saya, rasa durian monthong asal Thailand tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan durian medan. Mungkin dari segi ukuran, durian monthong lebih besar dan dagingnya lebih tebal. Tapi, dari segi rasa, durian medan jauh lebih mantap. Ibarat cabe, durian medan adalah cabe rawit yang kecil tapi pedas. Sementara, durian monthong adalah cabe hijau. Besar, tapi tidak pedas.
Di Medan, salah satu gerai durian medan yang terkenal adalah Ucok Durian. Gerai ini dimiliki oleh Bang Ucok, begitu dia biasa disapa—meski nama sebenarnya adalah Zainal Abidin Chaniago. Bang Ucok sudah lebih dari 25 tahun menggeluti bisnis durian. Usia Bang Ucok kini menjelang 50 tahun.
Mulanya Bang Ucok hanya berjualan durian di emperan jalan. Namun, bisnisnya terus berkembang dan kini memiliki dua gerai, yakni di Jl. Iskandar Muda dan satunya lagi di Jl. Wahid Hasyim. Gerai Bang Ucok ini buka 24 jam, tetapi puncak keramaian adalah malam hari, saat jam makan malam. Ucok Durian kini sudah menjadi semacam ikon-nya Kota Medan. Kalau kita pergi ke Medan dan belum mampir ke gerai Bang Ucok, rasanya kurang lengkap.
Saya, yang beberapa kali mencicipi nikmatnya durian Bang Ucok, mencatat beberapa hal yang membuatnya mampu menjadi salah satu destinasi wisata kuliner di Medan.
Pertama, menyangkut urusan back office. Dahulu, di Medan dan sekitarnya, durian nyaris tak ada harganya. Setiap rumah dan kebun di desa-desa di Sumatera Utara nyaris memiliki tanaman durian. Ketika musim panen tiba, mereka tak tahu mau dijual ke mana durian-durian itu. Akhirnya sebagian dibiarkan matang di pohon, jatuh dan membusuk.
Adanya Ucok Durian membuat para pemilik kebun durian jadi tahu ke mana mesti menjual durian. Kini, Bang Ucok tak perlu repot-repot lagi mencari durian ke desa-desa. Para petani itulah yang mengirimkan duriannya ke Bang Ucok. Dia tinggal menyeleksi mana durian yang bagus, dan mana yang tidak.
Gerai Ucok Durian juga memicu munculnya gerai-gerai durian sejenis. Misalnya, ada gerai durian di Jl. Sumatera atau di kawasan Pasar Merah, Medan. Lalu, ada juga toko-toko yang menjual durian yang sudah diolah baik dalam bentuk pancake atau pie durian.
Berkembangnya gerai-gerai durian membuat para petani mengelola kebun duriannya sedemikian rupa untuk menjamin kontinuitas pasokan. Alhasil, di gerai Bang Ucok, durian selalu tersedia, tidak mengenal musim. Beda dengan di Jawa yang durian hanya bisa kita nikmati pada waktu-waktu tertentu.
Kedua, ini masih terkait urusan back office, yakni soal quality control yang ditangani dan di-supervisi langsung oleh Bang Ucok. Hasilnya, semua durian yang disajikan di gerai Ucok Durian memang terjamin rasanya. Pasti enak.
Di gerai Bang Ucok, kita akan disodori dua pilihan rasa durian: manis atau pahit. Kita tinggal menyebut, nanti Bang Ucok atau karyawannya yang akan memilihkan sesuai keinginan kita. Bagi saya, baik yang manis maupun yang pahit sama saja nikmatnya.
Ketiga, untuk menjamin kualitas rasa dan layanan, atau urusan front office, kalau ada durian yang disajikan ternyata tidak sesuai dengan keinginan, kita boleh minta ganti tanpa dikenai biaya tambahan. Apa yang Bang Ucok lakukan ini dalam istilah marketing kerap disebut dengan istilah quality assurance.
Control dan Assurance
Saya memang tidak sempat bertanya ke Bang Ucok apakah dia mengerti konsep quality control (QC) dan quality assurance (QA). Tapi, yang jelas dia menerapkannya.
Dalam ilmu marketing, quality control adalah sebuah proses yang bertujuan memastikan kualitas suatu produk/jasa. Melalui quality control, Bang Ucok akan memastikan apakah layanan produk/jasa yang diterima customer sudah layak, atau kurang sesuai dan perlu ditingkatkan lagi.
Bagaimana Bang Ucok bisa menjamin bahwa kualitas duriannya pasti enak? Semuanya berangkat dari puluhan tahun dia menekuni bisnis durian. Kita yang dari luar mengamati, sebelum menyajikannya ke pelanggan, Bang Ucok selalu mencium dan memukul-mukul durian tersebut. Setelah yakin, baru durian itu dia belah dan sajikan ke pelanggan. Pilihan Bang Ucok tak pernah salah.
Meski begitu tetap saja ada satu-dua pelanggan yang kurang puas. Untuk mereka, Bang Ucok tak segan-segan menggantinya dengan yang baru. Ini, dari sisi marketing, adalah penerapan konsep quality assurance, yakni langkah-langkah yang dilakukan untuk menjamin kepercayaan pelanggan terhadap kualitas produk/jasa yang kita berikan.
Intinya, baik quality control maupun quality assurance bertanggung jawab terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Quality control bertanggung jawab terhadap kualitas produk selama dalam proses produksi, sementara quality assurance lebih berorientasi pada layanan terhadap pelanggan.
Ikonik
Dua hal itulah yang, menurut saya, berperan penting dalam menjadikan Bang Ucok sebagai salah satu ikon kuliner Kota Medan. Dan, mengingat pentingnya quality control dan quality assurance, keduanya ditangani dan di supervisi langsung oleh Bang Ucok. Jadi, nama Bang Ucok sendirilah yang menjadi taruhannya.
Pertaruhan semacam ini memang sangat mahal, tapi Bang Ucok berhasil memenangkannya. Itulah sebabnya, pada penghujung Maret 2014 lalu, seusai meresmikan Bandara Kualanamu, malam harinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono, ditemani Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho dan beberapa pebisnis, menyempatkan diri mampir ke gerai Bang Ucok.
Belajar dari Bang Ucok, untuk bisa menjadi ikon, kadang kita tak perlu menunggu skala usaha membesar terlebih dahulu. Kecil, asal khas, sudah bisa. Bang Ucok telah membuktikannya.
By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.
DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI
Perbesar Peluang Karir dan Kerja
“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”