Nadiem Makarim, Rendhy Ardya dan Anda

Kalau saya tidak pernah merekrut Rendhy Ardya dan bekerja dengannya, saya mungkin akan bergabung dengan mereka yang mencibir Pak Nadiem Makarim, saat mendengar beliau ditunjuk Pak Jokowi menjadi Menteri Pendidikan.

Saya bertemu dengan Rendhy sekitar 9 tahun yang lalu dalam sebuah event Recruitment on Campus, untuk posisi Management Trainee. Dia adalah lulusan dari Teknik Nuklir, Universitas Gadjah Mada.

Masuk ke Puninar Logistic, perusahaan tempat saya bekerja saat itu, Rendhy ditempatkan di bagian Management Development. Jika saya bermain ke ruangannya, bertemu dia di kantin Belaconte (Belakang Container) atau ngobrol dengannya di sela-sela Raker. Obrolan kami tidak jauh dari Strategic Management, Balance Scorecard dan sejenisnya.

Beberapa tahun kemudian, saya mengenalnya sebagai HC Manager di Bukalapak, dan berdecak kagum saat ia meraih penghargaan di HR Excellence Award yang diselenggarakan majalah SWA. Sekarang ia menjabat sebagai General Manager of People at MOKA (dan minggu depan ia akan menerima penghargaan dari SWA sebagai salah satu Indonesia Future Business Leader 2019).

Rendhy itu backgroundnya bukan HR, baik dari sisi pendidikan, maupun dari latar belakang pekerjaan-pekerjaan pertamanya. Lalu, apa yang membuatnya dapat berhasil?

Beberapa minggu lalu saya sempat ngobrol dengannya di Mealyard, sebuah Caffee di bilangan Jakarta Barat. Hari ini, izinkanlah saya mensharingkan apa yang saya catat dari pembicaraan kami, dan pengalaman saya berinteraksi dengannya.

Apa yang membuat kita dapat berhasil, di bidang yang berbeda dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kita sebelumnya?

1. AGILITY 

Seberapa cepat kita dapat menerima, mempelajari dan menguasai hal yang baru. 

Banyak kandidat interview saya yang berkata : ” Saya MENYUKAI hal-hal baru”, sebagian yang lain berkata: “Saya orangnya MAU belajar”

Saya percaya itu, namun sayangnya menyukai saja tidak cukup, passion saja tidak cukup. Kita harus punya AGILITY: kecerdasan mental dan kecerdasan fisik, untuk dapat dengan cepat menguasai hal-hal yang baru.

MAU belajar hal-hal baru saja tidak cukup, kita harus BISA dengan cepat mempelajari hal-hal baru.

Saya masih ingat hasil tes IQ Rendhy yang kami peroleh 9 tahun yang lalu: 139 (Very Superior), hanya selisih satu angka dari jenius (minimal 140).

Apakah ini yang membuat Rendhy mempunyai Agility yang tinggi? Mungkin ya, mungkin juga karena dia aktif mengasah otak kiri dan otak kanannya. Tidak banyak orang yang tahu kalau Rendhy juga aktif bermain musik, suka menari (istrinya penari profesional lho), bisa hafal verbatim gerakan-gerakan group idol kpop korea, dan pernah mengarang buku dengan judul “Lika- liku laki-laki tak laku-laku”

Salute!

2. KERJA KERAS

Untuk menguasai pekerjaan yang berbeda, yang belum pernah kita kuasai sebelumnya, tidak bisa tidak, kita harus kerja keras. Setidaknya dalam bulan-bulan pertama, kita harus bekerja lebih keras dibandingkan dengan rekan-rekan kerja kita, yang memiliki latar belakang pendidikan dan latar belakang pekerjaan yang lebih relevan.

Saya mengenal seorang Marketing Manager Cosmetic, yang tidak punya background di Marketing, dan tidak punya background di Product Cosmetic. Setiap hari, ia pulang bawa buku tebal terkait dengan pekerjaannya. Jadi siang dia bekerja, malam dia belajar lagi, belajar lagi, dan belajar lagi untuk mengejar ketertinggalannya. Itulah yang membuat dia dapat mengejar ketertinggalannya dari rekan-rekan kerjanya, bahkan ketertinggalannya dari anak buahnya.

Cadas!

3. KETEKUNAN

Kita tidak hidup di dunia seribu satu malam, tidak ada shortcut yang bisa kita double click untuk sukses. Jika kita mau berhasil, apalagi di bidang yang berbeda dari bidang kita sebelumnya, kita harus berani malu, tidak takut gagal dan tentu saja selalu bangkit lagi.

Salah satu HR Director client saya, Full backgroundnya adalah sales marketing.

Saya mengagumi kerendahan hati beliau, ketika mengakui sempat merasa malu, saat presentasi di depan BOD, dan salah mengartikan kamus kompetensi.

Tapi toh beliau jalan terus, tidak langsung menyerah atau mengatakan bahwa HR itu bukan bidangnya. Juga ketika menghadapi penolakan dari karyawan dan anggota timnya sendiri. Beliau menaklukkan resistensi dengan persistensi.

Awesome! 

(Diluar dari semua yang saya sebutkan diatas, ada satu lagi yang namanya Bakat, namun soal bakat ini, kita bahas nanti ya)

Lanjut ke pertanyaan berikutnya, apakah Pak Nadiem Makarim punya 3 kriteria yang saya sebutkan diatas? Saya rasa teman-teman yang bekerja di Gojek lebih bisa menjawabnya ?

Bagaimana dengan Anda? Anda yang bertanya kepada saya, tentang bekerja diluar jurusan dan latar belakang pengalaman Anda….. Anda yang melamar di posisi yang jauh berbeda dari Track Record yang tercatat di CV Anda……

Sudahkah Anda memilikinya?

Have a Great Weekend Great People

Be Blessed

Milka Santoso > https://www.linkedin.com/in/milkasantoso/

Great to Great Consultant


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”