Ada beberapa bias yang kita bisa saja punya, tapi kita tidak sadar bahwa kita punya itu. Semacam musuh dalam selimut ya, atau ‘gajah di pelupuk mata tidak tampak namun kuman di seberang bisa tampak’.
Bias ini menganggu objektifitas kita berpikir sehingga kita tidak bisa berpikir secara optimal. Apa saja itu? kita lihat satu-satu ya:
- Confirmation bias
Kita cenderung percaya pada informasi yang sesuai dengan hal yang sudah kita percayai duluan. Sehingga membaca berita/buku/literatur, kita sudah tendensius dan hanya mengambil/quoting/citation yang sesuai dengan kepercayaan kita saja
- Familiarity bias
Kita cenderung percaya pada sesuatu sumber/narasumber yang memang sudah kita percaya (terlepas benar apa tidak). Misal loyal akan berita-berita di kanal detik atau line today saja.
- Naive realism
Kita cenderung percaya bahwa kitalah yang melihat dunia secara objektif, sehingga saat ada orang yang tidak setuju sama kita, kita akan melihat orang itu/komunitas itu sebagai orang yang kekurangan informasi, tidak rasional, bias, atau lebih jauh, bodoh
- Illuison of knowledge
Kita merasa kita tahu apa yang orang pikirkan
- Fundamental attribution error
Kita mampu menunjuk kesalahan orang saat situasi yang dihadapi orang tersebut menjadi buruk, namun saat kita menghadapi situasi yang buruk, kita menyalahkan orang lain/hal lain atau nasib buruk
- Self-consistency bias
Kita cenderung berpikir bahwa tingkah laku kita, kepercayaan kita, dan kelakuan kita selalu konsisten dan stabil, bahkan dari beberapa tahun/belasan/puluhan tahun lalu, walaupun kenyataannya kita berubah
- Projection bias
Kita berpikir, bahwa orang lain juga punya pemahaman yang sama dengan kita, walaupun tidak. Misal, saat ada orang kebut-kebutan terus kita marah dan bilang: ‘Dasar bodoh! kelakuan kayak orang tidak sekolah!’.
Padahal sekolah/tidak juga tidak ada hubungannya dengan kebut-kebutan, banyak yang berpendidikan juga ugal-ugalan, kok. Dia berpikir bahwa kalau sekolah, maka tidak ugal-ugalan (kepercayaan yang dia punya)
- Authority bias
Kita akan suka sebuah ide apabila disampaikan oleh orang yang keren, elite, atau posisinya tinggi (atasan). Tapi saat ide sama disampaikan oleh orang lain yang inferior, tidak akan didengarkan
- Stereotyping bias
Ketika kita mengamati kelakuan seseorang dalam suatu grup, kita langsung berasumsi bahwa sebagian besar atau seluruh grup itu kelakuannya sama. Misal mahasiswa demo, ada 1-2 orang yang anarkis, maka kita langsung membenci semua demonstran bahwa semua anarkis. Tentu tidak, kan? bisa saja mereka hanya ingin suara mereka didengar
- Bias blind spot (yang terakhir dan paling umum)
Kita selalu bisa mendiagnosa bias pemikiran di orang-orang lain, tapi kita gagal menyadari bias pemikiran di diri kita sendiri
Nah dari 10 hal diatas, adakah kamu disana? Jika ada tidak masalah, namanya juga berproses 🙂 Saya juga ada dan terus menerus berupaya mengeliminasinya
Penulis : Kemas Adrian > https://www.linkedin.com/in/kemas-adrian-a12b3444/
By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.
DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI
Perbesar Peluang Karir dan Kerja
“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”