Sayangnya, aku juga ga berasal dari universitas top. S-1 di PTS, itu pun aku kerja sambil kuliah setelah lima tahun tamat SMA. Aku ga punya uang untuk kuliah usai tamat SMA. Aku kuliah S-2 di PTN. Jika dibandingkan lulusan yang disebut top ten kampus negeri di Indonesia, kampusku ga tahu nomor berapa. Aku tak terlalu memperhatikan soal rating kampus.
Kalau kamu mau maju, kamu hanya perlu fokus pada dirimu sendiri. Kamu tahu tujuan hidupmu dan tak pernah menyalahkan keadaan atau orang lain atas hidupmu. Keberhasilanmu adalah tanggung jawab dirimu sendiri, terlepas dari kalangan keluarga mana kamu berasal, almamatermu, status sosialmu, apa pun itu. Keberhasilanmu ditentukan dirimu sendiri.
Saat interview, selalu ada pertanyaan wajib dariku: apa masalah terberat dalam hidupmu, bagaimana kamu menghadapinya dan bagaimana kamu berhasil melaluinya? Aku ingin tahu, seberapa susahnya hidupmu dan keberhasilanmu dalam menghadapi masalah itu.
Tahu kenapa? Seorang rekan HR bank beberapa tahun yang lalu bilang padaku, “Lulusan 2010 ke atas manja-manja. Ga ada daya juang samasekali. Ga mau hidup sedikit susah.” Kawanku sesama staf marketing perusahaan outsourcing Bank Niaga tahun 2001 juga bilang, “Ga ada yang mau susah-susah kayak kita dulu. Susah cari tim setangguh kita.” Apa benar? Aku belum survei.
Tetapi aku melihat beberapa orang yang baru dapat kerjaan, mengeluh kerjaannya berat. Keponakanku, aku ajak bicara panjang. Setelah tiga tahun tamat kuliah dan ga dapat kerjaan sesuai jurusannya, ia akhirnya kerja sebagai staf marketing. Sebulan, ingin resign.
Ia mencapai target. Malah disuruh bertahan dan kinerja dipertahankan agar bisa diangkat segera. Ia mengeluh capek kerja marketing. Apa pun kerjaannya pasti capek Dik. Kalian kaum rebahan mendadak kerja, apalagi. Capek berlipat-lipat.
Kawan anakku pun sama. Setelah dapat kerja mengeluh ingin resign karena kerjaannya berat. Staf HRD, input data 4.000 karyawan buat bayaran mingguan. Mataku capek, katanya.
Beberapa orang juga curhat via DM, kasus serupa. Macam-macam alasannya. Kalau memang cari kerja itu susah, kenapa pada saat sudah dapat ga mau belajar dulu? Anggap aja kuliah lanjutan tapi dalam praktik. Belajar sungguh-sungguh.
Nanti kalau udah ada ilmunya, pindah lagi. Kalau bisa sejurusan. Karena kalau kita terus di satu bidang, lama-lama kompetensi meningkat. Kita jadi ahli. Tapi kalau tiga bulan pindah A, tiga bulan pindah B, tiga bulan pindah C, dst. Aku ga bisa bayangin dalam jangka panjang. Ingat ya, jangan kebanyakan alasan kalau mau maju.
Oiya, kalau masih ada lowongan kayak gitu, tetap aja melamar. Pastikan kompetensimu memadai. Jangan berhenti belajar. Terus doain pas melamar, “Allah mohon bantu bolak-balik hati HR yang membaca surat lamaranku agar aku diterima di perusahaan ini.” Meski bukan universitas ternama, jika Allah berkehendak masuk di perusahaan ternama, siapa yang bisa menghalangi?
Penulis : Ratna Hidayati > https://www.linkedin.com/in/ratna-hidayati-rh140676/
By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.
DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI
Perbesar Peluang Karir dan Kerja
“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”