Manipulasi CV, Boleh-kah?

Bisa berkarir di deket rumah & keluarga? Saya yakin itu impian mayoritas pekerja…

Bahkan mereka yang di masa lalunya menikmati hidup di perantauan pun, suatu saat akan mendambakan kehidupan sederhana di sekitar domisilinya…

Demikian juga dengan saya…

Pindah domisili ke Jawa Tengah, bikin saya mimpi pengen dapetin kerjaan di deket kota kediaman…

Iya betul, gajinya gak akan sebesar Jakarta. Gak apa2…

Iya betul, cara berpikir orang2nya & kultur organisasinya gak akan kaya Jakarta. Gak apa2…

Iya betul, kebanyakan kantornya Sabtu masuk kerja. Gak apa2…

Multitasking ngerjain kerjaan beberapa departemen, dengan gaji UMK? Siappp Komandan… (sambil berdehem getir)

Bisa ngawasin para Sales & bikin omset meningkat dalam waktu singkat? Siappp Juragan… (sambil keringet dingin)

Saya udah ikhlas & ikhtiar mengorbankan banyak hal, demi bisa bekerja di dekat kediaman…

Tapi… ternyata oh ternyata… penolakan demi penolakan dari rekruter, menikam hatiku… ciehhh melowdrama neh…

Maaf Anda overspek… (padahal ngobrol aja belom)

Sori ya Pak, kantor ini gak bakalan kuat ngegaji Anda… (padahal belom ngomongin angka)

Deuh Pak, ini keahlian & pengalaman Anda gak akan laku di daerah… (balik badan sambil ngelus dada & kantong)

Hingga suatu malam, saya dapet ide yg saya kira cemerlang, yaitu: Melakukan downgrade pada CV saya. Semua label jabatan masa lalu yg mengandung konotasi “Kepala” atau “Pemimpin”… hilangkan…

Ganti jadi Staff aja, atau maksimal “Koordinator”…

Bahasa CV diganti pake B. Indonesia, supaya lebih nasionalis…

Semua prestasi & pencapaian masa lalu, saya hapus… (sambil mengusap air mata) Pokoknya… saya harus keliatan sebagai rakyat jelata yg biasa2 aja…

Setelah CV jadi, saya puas dengan “kebohongan yg rendah hati” itu… saya yakin, ini bikin saya lebih cepet dapetin kerja di daerah…

Suatu hari, ada Job Fair di kabupaten tetangga… wih oke neh keliatannya… daftarrr… Ikutan antri gerbang masuk bareng dede2 gemes khas daerah yg baru lulus kuliah… sementara cuman saya sendiri yg rambutnya beruban… hmmm…

Koq hidup gw gini2 amat ya… bisikku membatin…

Berbekal CV di flashdisk & puluhan amplop coklat yg udah lebih keliatan “empatik” dengan kondisi ketenagakerjaan di daerah… saya berburu lowongan…

Mata saya tertuju pada booth sebuah biro pelatihan & konsultasi SDM, yg membuka lowongan sebagai Trainer…

Jiahhh, ini diaaa… sikattt…

CV pun saya drop di situ dengan mata berbinar, dan meyakinkan rekruter manis yg berjaga di situ buat memberikan saya kesempatan interview…

Betapa pun mereka mutlak butuhnya Trainer yg lulusan Psikologi…

Ah bodo amat… ayooo wawancara saya duluuu Mbakkk… plisss…

“Oke Pak Peter, wawancaranya nanti jam 14.00 ya, dengan Pak Dominic Toretto (nama sebenernya saya udah lupa)” ujar si Mbak, seakan luluh dengan kegigihan saya…

Saya lihat di profil perusahaan, ternyata Pak Toretto adalah pendiri biro ini, dan menyandang gelar Doktor Psikologi… Hmmm… gumamku dalam hati… semoga lulus neh ya, serem juga diwawancara sama seorang Doktor penerawang jiwa…

Jam 14.00 berdentang, saya pun dipanggil masuk ke ruangan wawancara…

Pak Toretto memakai jas coklat, tinggi, ramping, sudah banyak uban, berkacamata, lumayan ramah…

Setelah bersalaman, dia membaca CV saya dengan cepat, dan melayangkan beberapa pertanyaan standar khas wawancara…

Saya bisa menjawab semuanya dengan mulus…

Hingga ada satu momen di mana dia membaca CV saya dengan lebih seksama… dan menatap saya dengan tajam sambil bertanya…

“Pak Peter, saya merasakan ada yg gak sinkron antara Pak Peter di hadapan saya, dengan apa yg tertulis di CV ini.” Tanpa sadar, saya menelan ludah…

“Maaf, maksud Bapak gimana ya persisnya?” jawabku berusaha meredakan ketegangan & mengulur waktu…

Sambil membetulkan letak kacamatanya, dia berkata… “Ayolah Pak Peter, saya tahu koq, Bapak ini dulu pernah mengemban tanggungjawab besar dalam pekerjaan…”

“Saya gak percaya isi CV ini yg menceritakan seolah-olah sepanjang karir Anda mandeg di level Staff atau Koordinator saja…”

Saya berusaha melemaskan lidah yg kaku dan mengumpulkan keberanian buat menjawab…

“Tapi kalo kenyataan yg saya alami memang begitu, mau gimana lagi ya Pak?

Makanya kan saya nyoba berkarir di daerah. Selaen supaya deket rumah, semoga juga bisa jadi hal yg bagus buat kemajuan perusahaan & karir saya,” jawabku dengan tenang, seolah berusaha memanipulasi seorang Doktor Psikologi…

Matanya masih lekat menatapku, ekspresinya seolah gak percaya… “Boleh saya tau Pak, dari mana Pak Toretto bisa menyimpulkan bahwa CV saya gak sinkron dengan diri saya?”

Seketika Pak Toretto tertawa ringan, seolah puas bahwa penerawangannya jitu… “Pak Peter, kita sama2 tau lah ya, kata2 itu bisa kita rekayasa, tapi tidak dengan bahasa tubuh, ekspresi, intonasi, dan pilihan kalimat kita…”

“Saya kan kerjaannya ngurusin orang2… saya tau lah orang itu pernah ada di level mana dalam hidupnya…”

Seketika itu saya tercenung, pertahanan saya habis…

Menyesali kelupaan saya untuk juga merekayasa bahasa tubuh, ekspresi, intonasi suara, dan pilihan kalimat saya; supaya sinkron dengan downgrade CV yg saya lakukan…

Walaupun saya tahu… bahwa yg sanggup melakukan rekayasa interview tuh biasanya agen intelijen… bukan agen elpiji yaaa…

“Pak Peter… kami sih jelas gak bisa menerima Bapak, karena kami nyarinya yg lulusan Psikologi…”

“Tapi pesan saya hanya satu, Pak Peter…”

“Jangan pernah menyangkali pencapaian hidup kita dan menyembunyikan jati diri kita, hanya demi sebuah pekerjaan…”

Betapa pun saya lupa nama aslinya, tapi saya gak lupa dengan raut mukanya… terutama ketika dia menanamkan amanat terpenting itu…

Sorenya, saya tinggalkan arena Job Fair itu dengan satu tekad bulat…

Saya tidak akan pernah melakukan downgrade, apalagi upgrade, terhadap CV saya lagi…

Stay true to yourself… bahkan ketika itu menyulitkan kita pada awalnya…

Karena saya telah membuktikan, bahwa ketidakjujuran atau upaya kita untuk menutupi sesuatu, toh gak lantas bikin kita lebih mudah diterima kerja. Saya tahu sekali, banyak pencari kerja yg melakukan rekayasa pada CV & perjalanan karirnya…

Beberapa di antara mereka bahkan terang2an mengakuinya pada saya…

Lakukan downgrade CV demi mendapatkan pekerjaan yg tingkatan strukturnya ada di bawah pekerjaan sebelumnya…

Atau upgrade CV supaya karirnya keliatan keren, tanpa cacat, selalu menang, dan semulus pualam; demi mengesankan jenis rekruter yg sering pingsan akibat mudah kagum pada hal2 artifisial & kasat mata dari seorang pelamar…

Pernah berbohong, langsung ketahuan, dan “ditampar” oleh seorang kaliber pro yg gak bisa saya manipulasi; akhirnya saya punya satu keyakinan bahwa…

Tuhan memberkati orang-orang yg berani… Berani jujur pada dirinya sendiri & nuraninya, beserta semua kelebihan & kekurangannya… Berani membawa jati dirinya ke mana pun dia pergi & apa pun yg dia hadapi… Berani menerima kenyataan, bahkan walaupun itu berupa kekalahan paling pahit & hina sekali pun…

Saya udah lama berdamai dengan realitas, bahwa saya masih harus jadi anak rantau… …dengan tegar meninggalkan anak bungsu saya menangis penuh kepedihan, setiap kali ojek berhelm ijo-item ngejemput & nganter saya menuju ke terminal atau stasiun…

Dengarkan selalu nurani, perkuat jiwa kita… dan lenturkanlah pikiran kita… Karena akan selalu ada damainya pelangi di balik setiap kesulitan…

Akan selalu ada telaga yg tenang setelah badai kehidupan menerpa kita… Akan selalu ada indahnya kicau burung setelah penghakiman hidup ini menyelesaikan dakwaannya pada kita…

Kapankah tibanya semua itu? Hanya Tuhan sajalah yg Maha Tahu… Jangan pernah mendikte Tuhan, bahkan dalam doa paling lembut sekalipun…

Jangan pernah melupakan jati diri kita, sesulit apa pun kita membawanya… Karena hidup ini terlalu singkat untuk hanya berusaha menyenangkan semua orang… semua bos… semua rekruter… di atas pengorbanan nurani, jati diri, dan karakter kita…

Bangunlah & perkuatlah jati diri, maka itu otomatis akan terpancar di CV kita… Isilah pikiran kita dengan pengetahuan dan isilah jiwa kita dengan kompetensi2 terbaik, maka itu otomatis akan terpancar di bagaimana kita menjalani wawancara…

Upgrade-lah selalu diri kita seutuhnya… maka hasilnya otomatis akan terpancar & terlihat oleh orang paling awam sekali pun…

Jika pekerjaan itu memang ditakdirkan buat kita, betapa pun gak mulusnya proses kita menjalani tahapan rekrutmennya; pekerjaan itu akan tetap menjadi jodoh kita…

Jika pekerjaan itu memang gak pernah ditakdirkan buat kita, apakah kita telah menjalani semua tahapan rekrutmennya dengan sempurna tanpa cacat pun; pekerjaan itu tetap gak akan pernah menjadi jodoh kita…

Ada sejumlah hal yg dapat kita kuasai, dan ada sejumlah hal yg gak akan pernah bisa kita kendalikan…

Downgrade CV, apalagi upgrade CV (yg lebih tercela); gak akan pernah bisa memanipulasi takdir, garis tangan, dan perjodohan…

Sama halnya seperti saya yg gak bisa memanipulasi Doktor Dominic Toretto…

by Peter Febian – https://www.linkedin.com/in/peter-febian-183a6b52/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”