Rekrutmen Asal-asalan

Di perusahaan yang prakteknya baik, rekrutmen tidak boleh asal-asalan. Kebutuhan untuk merekrut datang dari analisa kebutuhan tenaga kerja. Proses analisa ini harus mempertimbangkan kinerja perusahaan, target yang ingin dicapai, kondisi internal SDM yang ada, kondisi eksternal market, bla bla bla.

Logikanya, perusahaan akan memprioritaskan perekrutan internal (promosi/mutasi), dengan alasan yang jelas: lebih mudah, murah, adaptasi yang lebih cepat, dan memberikan kesempatan peningkatan karir. Kalau tidak ketemu yang pas, barulah merekrut eksternal.

Dalam perekrutan eksternal, prosesnya pun tidak mudah. Untuk membuat kualifikasi posisi, ada proses diskusi HR-User yang terjadi. Lalu saat proses interview, ada interview berbasis kompetensi (dengan segala macam brandingnya). SELAIN sikap kerja, kandidat digali berdasarkan kompetensinya (yang dimiliki saat ini vs yang dibutuhkan dalam bekerja). Intinya, ada cukup banyak proses yang terjadi selain dari yang tampak di permukaan.

Bila perusahaan asal merekrut, maka pertama, perusahaan rugi dari sisi waktu, biaya, dan usaha. Yang namanya perusahaan itu segalanya dihitung dalam bentuk untung/rugi. Bahkan LSM pun punya anggaran.

Kedua, perekrutan yang asal juga beresiko menghasilkan kualitas produk/jasa yang asal juga. Kalau sudah seperti ini, yang rugi adalah pelanggan, perusahaan, dan karyawan.

Ketiga, faktor kesehatan dan keselamatan menjadi taruhannya. Misalnya, mempekerjakan orang yang tidak paham cara welding sebagai welder adalah resiko besar yang dapat berakibat fatal.

Itu baru dari pihak perusahaan. Dari pihak pekerja sendiri, apa dampaknya? Diantaranya kebingungan saat bekerja, kualitas kerja yang dihasilkan, stress, dianggap tidak baik kinerjanya, sampai resiko keselamatan kerja tadi.

Jadi, ini sebabnya merekrut orang tidak boleh sembarangan. Adalah sangat bodoh dan tidak bertanggung jawab bagi perusahaan untuk asal merekrut orang tanpa melihat kecocokan kualifikasi dan kompetensi kerjanya.

Ini hal mendasar yang sebenarnya dipahami oleh HRD dan User, KHUSUSNYA user. Biasanya User adalah orang berpengalaman di dalam bidangnya, memiliki pemikiran yang lebih matang, dan dipercaya oleh perusahaan untuk mengelola tim dan bidang pekerjaan tertentu. Singkatnya, user itu mewakili perusahaan.

Apabila ada yang bicara “sudahlah, HRD.. yang penting sikap kerja. Kalau kompetensinya ngga nyampe, ya ngga apa-apa. Kan ada masa percobaan”, kemungkinannya ada dua.

Satu, dia tidak paham rekrutmen. Kalau begini, mungkin dia belum pas menjadi pihak yang dipercaya perusahaan untuk turut bertanggung jawab dalam memilih anggota (merekrut), apalagi memimpin dan mengelola tim.

Kemungkinan kedua, bila dia paham namun tetap bicara seperti itu, artinya dia sedang berbohong untuk mencari simpati dan popularitas dengan mempermainkan batin orang lain.

Yang manapun itu, orang seperti ini tidak layak dijadikan rujukan.

Penulis : Jeffrey Pratama > https://www.linkedin.com/in/jeffreypratama/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”