“Mbak Mil… Memangnya cuma di Indonesia ini ya, soal usia sangat dipersoalkan sampai menghalangi kita untuk dapat kerja?”
Enggak juga kok, beberapa waktu lalu, saya nonton drakor, ada tokohnya yang ditolak bekerja sebagai waiter, karena sudah umur 30, dan waktu si jobseeker ini agak mendesak, pegawai lamanya bilang : “Gak bisa, soalnya Manager disini umurnya 29”
Menurut saya penyebabnya bukan negara, tapi budaya. Budaya timur yang ewuh pakewuh, menghargai orang yang lebih tua, merasa tidak enak jika menegur orang yang lebih senior atau sebaliknya: dari yang lebih tua merasa lebih tahu, merasa perlu dihargai dan dihormati, merasa lebih banyak makan asam garam.
Diakui atau tidak, banyak diantara kita yang masih merasakan hal itu. Beberapa waktu yang lalu, ada satu orang senior yang masuk ke perusahaan start up, dan mukanya memerah, waktu salah satu VP yang usianya jauh lebih muda dari dia, memanggilnya langsung dengan namanya (tanpa sebutan bapak atau mas). Sedangkan si VP yang lulusan luar dan biasa kerja di US, gak ngerti kenapa mesti manggil mas atau bapak, sedangkan dia di luar biasa gitu. Itu hal sederhana yang menunjukkan perbedaan budaya.
Lalu soal menegur : atasan perlu menegur bawahan, jika bawahan melakukan kesalahan. Nah… Ketika bawahan cukup jauh lebih tua dari atasan, tantangan untuk menegur ini jadi lebih tinggi tingkatannya, dibandingkan jika bawahan lebih muda dari atasan. Di budaya timur begitu.
Apakah ada Profesional Leaders di Indonesia yang bisa mengatasi hal itu? Banyak, tapi yang tidak bisa juga banyak.
Sebaliknya dari sisi bawahan yang ditegur: ada yang legowo, mengakui dan menyadari kesalahannya, lalu berubah, tapi ada juga yang mangkel, gerutu dalam hati “Lo anak kemaren sore, tahu apa?”, dan lalu mengerjakan apa yang diperintahkan dengan setengah hati.
Suka gak suka, hal-hal seperti ini ada dan harus kita akui. Belum lagi issue mengenai kesehatan dan kecepatan menguasai teknologi baru.
Lalu gimana dong kalau kita ‘terlanjur tua’ dan butuh pekerjaan?
- Sadari bahwa kesulitan yang kita alami saat ini adalah pembentukan supaya kita bisa lebih rendah hati lagi.
Iya, kita memang sudah punya banyak pengalaman, tapi biarlah kita seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Semakin banyak yang kita tahu, semakin banyak kita tahu: masih banyak yang belum kita tahu
- Jaga kesehatan, jaga makanan, olahraga, berhenti merokok. Pastikan tubuh kita fit untuk bekerja
- Jangan anti dengan teknologi baru, jangan jadi orang yang gaptek. Mulailah dari hal simpel: kuasai semua fitur yang ada di handphone kita. Lalu lanjutkan dengan melatih kemampuan teknologi, yang dibutuhkan dalam pekerjaan kita.
3 hal pertama ini akan membangun diri kita di dalam, sehingga kita dapat siap menjual kompetensi kita di luar.
Besok saya share tentang bagaimana Tips and Trick menjualnya ya.
Hari ini yuk kita renungkan, dan komitmenkan untuk menjalani 3 yang di atas itu dulu.
Selamat berjuang
Penulis : Milka Santoso > https://www.linkedin.com/in/milkasantoso/
By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.
DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI
Perbesar Peluang Karir dan Kerja
“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”