eTraining Indonesia

Apakah label lulusan dari universitas favorit (UI, ITB, UGM, IPB) masih berpengaruh saat melamar pekerjaan?

Bayangkan anda seorang Manajer HRD. Mendapat tugas untuk merekrut 10 orang fresh graduates.

Pak CEO berpesan,

“Pilih yang bagus ya. Yang rajin, pinter, bisa kerja, jujur, tidak mudah menyerah, pandai bergaul, cepat belajar, jangan suka bolos, tidak gampang sakit, dan bukan kutu loncat!”

Hari pertama job fair. Sore ketika Anda tutup booth, ternyata sudah ada 1.000 orang yang drop CV. Di website kantor ada 1.000 lagi yang mengantri untuk direspon.

Anda garuk-garuk kepala, berfikir gimana cara menyeleksi….


Merekrut pegawai, apalagi fresh graduate, itu seperti beli lotere. Bisa untung, tapi bisa juga buntung. Kita tidak mungkin bisa tahu performa si pelamar sampai nanti dia direkrut, dilatih dan ditempatkan dalam pekerjaan yang sebenarnya.

Seperti beli kucing dalam karung. Tidak bisa dilihat isinya, hanya bisa ditebak dari bentuk dan baunya.

Maka Anda berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang bisa digunakan sebagai “predictor” kemampuan si pelamar.

Di sinilah label universitas berperan besar.

Merek seperti “UI” dan “ITB” menjadi semacam sinyal bahwa si pelamar adalah pekerja yang baik. Memiliki kualitas seperti yang diinginkan Pak CEO.

Apakah benar seperti itu? Ya belum tentu. Tapi Anda percaya bahwa UI dan ITB paling tidak telah menjadi saringan yang ketat sehingga yang berhasil menjadi mahasiswa di sana adalah orang-orang berkualitas.

Singkatnya, UI dan ITB telah membantu sebagian pekerjaan Anda untuk menyaring 2.000 nama agar bisa mengerucut menjadi 10 saja.


Kalau gitu caranya, ngga adil dong bagi lulusan universitas yang ‘tidak bermerek’.

Well, saya selalu bilang bahwa hidup itu memang tidak adil. Dari jaman Adam dan Hawa ya seperti itu. So get used to it!

Makanya banyak orangtua yang bersedia melakukan apa saja agar anak-anaknya masuk ‘universitas bermerek’. Mulai dari bayar bimbingan belajar, panggil private tutor, sampai menyogok pihak kampus.

Soal sogok menyogok, ini benar terjadi di Harvard[1], Yale[2], Stanford[3], UCLA[4], USC[5].


Update:

Tulisan saya di atas ada dasar teori dan bukti ilmiahnya. Di kalangan ekonom yang meneliti job market, fenomena ini disebut sebagai ‘signalling theory’[6] dan dipelopori oleh Prof. Michael Spence (Nobel Ekonomi 2001).

Adalagi Prof. Bryan Caplan yang sampai menulis buku yang bilang bahwa kuliah itu percuma saja. Mahasiswa itu bukan cari ilmu, tapi cari merek.[7] Perusahaan mau rekrut lulusan ITB bukan karena apa yang dipelajari di ITB (Kewiraan? Agama? Olahraga? Kimia Dasar?). Seminggu setelah ujian aja pasti udah pada lupa isi kuliah. Lagipula banyak sarjana teknik ITB kerja di bank, yang jelas tidak butuh ilmu teknik. Maka bukan ilmu yang menjadi alasan perusahaan merekrut alumni ITB.

Yang paling menarik adalah sebuah penelitian di Italia[8]. Peneliti mengumpulkan data tentang pelamar suatu universitas elit di sana (mungkin seperti UI-nya Italia). Ia secara khusus meneliti mereka yang persis di atas dan persis di bawah batas kelulusan. Jadi misalnya passing grade masuk UI itu 800. Nah, dia kumpulkan data tentang mereka yang berhasil masuk UI karena skornya 801 dan 802 untuk dibandingkan dengan mereka yang gagal masuk UI karena skornya hanya 799 dan 798.

Lalu hasilnya apa?

Mereka yang persis di atas passing grade memiliki penghasilan 50% lebih tinggi dibandingkan mereka yang persis di bawah. Kalau diakumulasi selama 15 tahun bekerja, selisih gaji ini mencapai $120,000.

Kesimpulannya, kuliah di universitas elit itu berdampak signifikan pada pendapatan. Padahal dua kelompok ini memiliki kecerdasan yang mirip (hanya selisih 2–3 poin skor) dan latar belakang sosial-ekonomi yang juga mirip (ceteris paribus, all other things equal). Inilah bukti nyata ‘signaling theory’.

Update 2:

Terima kasih banyak atas semua komentar, maaf tidak bisa saya respon satu per satu.

Saya mau menegaskan bahwa dunia belum berakhir untuk mereka yang bukan lulusan ‘universitas bermerek’. Tapi Anda harus bekerja lebih keras. Untuk mendapat perhatian. Mungkin harus memoles kemampuan public speaking, rajin membangun jejaring, atau menambah bukti kompetensi dengan sertifikat.

Mereka yang lulus dari ‘universitas bermerek’ diuntungkan karena sudah di-notice bahkan sebelum membuka mulut. Tugas Anda berpindah dari mendapatkan perhatian menjadi membuktikan kemampuan.

Akhir kata, fenomena ini ada dimana-mana. Di Inggris ada Oxbridge LSE, di Amerika ada Ivy League, dst. Memang dunia tidak adil. Jadi pastikan kita kerja keras untuk menaklukkan ketidakadilan tsb.

Catatan Kaki

[1] https://www.usnews.com/news/education-news/articles/2019-04-05/harvard-is-investigating-its-own-college-admission-scandal

[2] Ex-Yale soccer coach, Greenwich businessman charged in college admissions scandal

[3] Expelled student’s family paid $6.5 million in scandal to secure her admission to Stanford | The Stanford Daily

[4] Former UCLA soccer coach to plead guilty in college admissions scandal

[5] How USC Became the Most Scandal-Plagued Campus in America[6] Job Market Signaling

[7] Op-Ed: What students know that experts don’t: School is all about signaling, not skill-building

[8] http://ftp.iza.org/dp10192.pdf

Artikel asli dapat di baca di : https://id.quora.com/Apakah-label-lulusan-dari-universitas-favorit-UI-ITB-UGM-IPB-masih-berpengaruh-saat-melamar-pekerjaan/answer/Nurkholisoh-Ibnu-Aman

Penulis : Nurkholisoh Ibnu Aman


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Apakah label lulusan dari universitas favorit (UI, ITB, UGM, IPB) masih berpengaruh saat melamar pekerjaan? Read More »

Investasi Terbaik

Diambil dari Linkedin Ilham Trilaksono

By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Investasi Terbaik Read More »

Malas Baca

Dear jobseeker freshgrad,

Di tengah pandemi ini, persaingan semakin super ketat. Inisiatif dan analisa kalian jadi pembeda kualitas dari jobseeker lainnya.

Saat HR perusahaan memposting lowongan kerja, jangan malas baca isi dari postingan loker tersebut. Jangan berperilaku seperti yang amatir banget. Misalnya, sudah jelas dicantumin penempatan di Jakarta Selatan dan lulusan Akuntansi, nanya lagi “Penempatan dimana? Untuk lulusan blabla ada gak ?”.

Daripada nanya yang gak penting, lebih baik googling perusahaannya. Cari tau sendiri gimana perusahaannya. Kalau merasa cocok, langsung apply dengan CV terbaik, tulis posisi yang diminati di subject email.

Salah satu problem utama dari jobseeker freshgrad adalah males baca. Males baca semuanya, malas baca sampe ngerti. Suka nanya dulu ketimbang menganalisa postingan lokernya. Bisa dibilang caper, iya juga. Lebih parah lagi udah banyak nanya nih, tapi enggak diapply, padahal bisa jadi cocok dengan backgroundnya.

Terkadang arahan kerja itu jadi barang mewah dan langka di dunia kerja. Dan arahan kerja itu suka random. Inisiatif dan analisa kalian jadi senjata penting untuk menyelesaikan pekerjaan dan masalah di kantor nantinya. So, mulai lah lebih profesional dalam mencari kerja. And never give up!

By Ajib Badri > Profile Linkedin : https://www.linkedin.com/in/ajibbadri/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Malas Baca Read More »

Bursa Transfer

Harga pasaran pemain sepakbola terjun bebas akibat pandemik. Dulu Paul Pogba bisa dibandrol 150 juta pound. Saat ini pemilik club berpikir 2x meskipun harganya di discount 50%. Bagiamana dengan kondisi bursa transfer employee?

3 bulan lalu saya menginterview fresh graduate sarjana untuk posisi junior staff. Saat saya tanyakan ekspetasi salary, dengan yakin dan percaya diri dia mengajukan permintaan seharga motor café racer Kawasaki W175. Saya jenggirat kaget, jantung mau loncat saat itu.

Situasinya berbalik 180 derajat sekarang. Kemarin saya meng-interview seorang fresh graduated, lulusan master dari kampus top. Pemuda ini mature. Cara menjawab pertanyan runut, logikanya jernih, bahasa Inggrisnya excellent. Saya serasa menginterview fresh graduate rasa manager. Tiba saat pertanyaan ekspetasi salary,

“Berapa salary yang diharapkan “ tanya saya
“Terserah kebijakan perusahaan, UMR pun OK pak “ jawabnya dengan suara lirih. Dari keterangannya, dia sudah melamar ratusan perusahan dan interview puluhan kali. Pandemik ini juga membuat situasi semakin rumit.
Rasa percaya dirinya sudah melorot dibawah pinggang.

Ternyata pandemik ini tidak hanya mengobrak-abrik bursa transfer pemain bola, tetapi juga bursa lainnya juga.

By Anang Nurpianto > https://www.linkedin.com/in/anang-nurprianto-999a6498/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Bursa Transfer Read More »

Siapkan anak Anda memasuki dunia kerja

Pesan untuk para orang tua: siapkan anak Anda untuk memasuki dunia kerja sejak usia dini sekalipun. Saya pernah beberapa kali mendapati rekan kerja yang mengalami syok hebat saat baru mulai berkarier.

Misalnya teman yang tiba-tiba menangis hanya karena diminta bekerja lebih rapih oleh seniornya. Dari 5 orang yang disupervisi oleh senior itu, hanya dia saja yang sampai sebegitu syoknya.

Ada juga kenalan yang pindah-pindah kerja hanya karena kemauan mereka tidak dituruti oleh atasannya. Masih anak baru, tapi segala sesuatu harus sesuai dengan aturan main milik mereka sendiri.

Atau yang paling sering terjadi; tiba-tiba ngambek tanpa menjelaskan alasannya. Mereka berharap rekan kerja mereka bisa membaca isi hatinya hanya dari raut wajah seperti yang biasa dilakukan orang tuanya.

Pada akhirnya saya menemukan kesamaan di antara orang-orang ini: mereka terlalu dimanjakan oleh orang tuanya. Apapun yang diminta, langsung diberikan tanpa harus berusaha. Semakin ngambek malah semakin dimanja. Akhirnya anak tumbuh menjadi pribadi yang egois… ingin selalu dimengerti tetapi tidak mau berusaha untuk mengerti.

Siapkan anak-anak Anda untuk menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri.

Jangan menyalahkan generasinya karena generasi itu Anda sendiri yang mendidik dan membesarkannya.

by Riffa Sancati > https://www.linkedin.com/in/riffa-sancati-60527b9a/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Siapkan anak Anda memasuki dunia kerja Read More »

Usia hanyalah angka

Usia itu hanyalah angka, yang membedakan adalah bagaimana kita mengisi hari-hari di dalamnya.

“Mbak, usia saya sudah 40 tahun, apakah saya masih bisa mendapat pekerjaan baru?” Tanya seseorang kepada saya.

Tergantung …

Tergantung kualifikasi apa yang Anda miliki di usia Anda yang ke 40 tahun tersebut. Jika Anda adalah seorang Manager dengan belasan tahun proven perform experience, kemungkinan Anda mendapat pekerjaan baru masih cukup besar.

Tapi… jika selama 40 tahun usia Anda, Anda masih kesulitan menyebutkan performa pekerjaan apa yang sudah Anda lakukan selama belasan tahun pengalaman kerja Anda, maka jangan heran jika perusahaan juga kesulitan memberikan kesempatan kerja kepada Anda.

“Lalu kalau sudah terlanjur bagaimana mbak? Terlanjur berumur tanpa prestasi yang menarik? “

Oke, izinkanlah saya menanyakan 1 pertanyaan saja kepada Anda. Pertanyaan saya BUKANlah apa yang membuat Anda tidak berprestasi, karena apapun jawabannya, semuanya sudah berlalu.

Pertanyaan saya : “Hikmah apa yang Anda ambil dari pengalaman Anda tersebut?”

Temukan jawabannya, karena dari jawaban pertanyaan saya tersebut Anda akan dapat membangun diri Anda yang baru.

Selamat mencoba.

Have a Great Day Great People, Be Blessed

Milka Santoso > https://www.linkedin.com/in/milkasantoso/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Usia hanyalah angka Read More »

Nadiem Makarim, Rendhy Ardya dan Anda

Kalau saya tidak pernah merekrut Rendhy Ardya dan bekerja dengannya, saya mungkin akan bergabung dengan mereka yang mencibir Pak Nadiem Makarim, saat mendengar beliau ditunjuk Pak Jokowi menjadi Menteri Pendidikan.

Saya bertemu dengan Rendhy sekitar 9 tahun yang lalu dalam sebuah event Recruitment on Campus, untuk posisi Management Trainee. Dia adalah lulusan dari Teknik Nuklir, Universitas Gadjah Mada.

Masuk ke Puninar Logistic, perusahaan tempat saya bekerja saat itu, Rendhy ditempatkan di bagian Management Development. Jika saya bermain ke ruangannya, bertemu dia di kantin Belaconte (Belakang Container) atau ngobrol dengannya di sela-sela Raker. Obrolan kami tidak jauh dari Strategic Management, Balance Scorecard dan sejenisnya.

Beberapa tahun kemudian, saya mengenalnya sebagai HC Manager di Bukalapak, dan berdecak kagum saat ia meraih penghargaan di HR Excellence Award yang diselenggarakan majalah SWA. Sekarang ia menjabat sebagai General Manager of People at MOKA (dan minggu depan ia akan menerima penghargaan dari SWA sebagai salah satu Indonesia Future Business Leader 2019).

Rendhy itu backgroundnya bukan HR, baik dari sisi pendidikan, maupun dari latar belakang pekerjaan-pekerjaan pertamanya. Lalu, apa yang membuatnya dapat berhasil?

Beberapa minggu lalu saya sempat ngobrol dengannya di Mealyard, sebuah Caffee di bilangan Jakarta Barat. Hari ini, izinkanlah saya mensharingkan apa yang saya catat dari pembicaraan kami, dan pengalaman saya berinteraksi dengannya.

Apa yang membuat kita dapat berhasil, di bidang yang berbeda dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kita sebelumnya?

1. AGILITY 

Seberapa cepat kita dapat menerima, mempelajari dan menguasai hal yang baru. 

Banyak kandidat interview saya yang berkata : ” Saya MENYUKAI hal-hal baru”, sebagian yang lain berkata: “Saya orangnya MAU belajar”

Saya percaya itu, namun sayangnya menyukai saja tidak cukup, passion saja tidak cukup. Kita harus punya AGILITY: kecerdasan mental dan kecerdasan fisik, untuk dapat dengan cepat menguasai hal-hal yang baru.

MAU belajar hal-hal baru saja tidak cukup, kita harus BISA dengan cepat mempelajari hal-hal baru.

Saya masih ingat hasil tes IQ Rendhy yang kami peroleh 9 tahun yang lalu: 139 (Very Superior), hanya selisih satu angka dari jenius (minimal 140).

Apakah ini yang membuat Rendhy mempunyai Agility yang tinggi? Mungkin ya, mungkin juga karena dia aktif mengasah otak kiri dan otak kanannya. Tidak banyak orang yang tahu kalau Rendhy juga aktif bermain musik, suka menari (istrinya penari profesional lho), bisa hafal verbatim gerakan-gerakan group idol kpop korea, dan pernah mengarang buku dengan judul “Lika- liku laki-laki tak laku-laku”

Salute!

2. KERJA KERAS

Untuk menguasai pekerjaan yang berbeda, yang belum pernah kita kuasai sebelumnya, tidak bisa tidak, kita harus kerja keras. Setidaknya dalam bulan-bulan pertama, kita harus bekerja lebih keras dibandingkan dengan rekan-rekan kerja kita, yang memiliki latar belakang pendidikan dan latar belakang pekerjaan yang lebih relevan.

Saya mengenal seorang Marketing Manager Cosmetic, yang tidak punya background di Marketing, dan tidak punya background di Product Cosmetic. Setiap hari, ia pulang bawa buku tebal terkait dengan pekerjaannya. Jadi siang dia bekerja, malam dia belajar lagi, belajar lagi, dan belajar lagi untuk mengejar ketertinggalannya. Itulah yang membuat dia dapat mengejar ketertinggalannya dari rekan-rekan kerjanya, bahkan ketertinggalannya dari anak buahnya.

Cadas!

3. KETEKUNAN

Kita tidak hidup di dunia seribu satu malam, tidak ada shortcut yang bisa kita double click untuk sukses. Jika kita mau berhasil, apalagi di bidang yang berbeda dari bidang kita sebelumnya, kita harus berani malu, tidak takut gagal dan tentu saja selalu bangkit lagi.

Salah satu HR Director client saya, Full backgroundnya adalah sales marketing.

Saya mengagumi kerendahan hati beliau, ketika mengakui sempat merasa malu, saat presentasi di depan BOD, dan salah mengartikan kamus kompetensi.

Tapi toh beliau jalan terus, tidak langsung menyerah atau mengatakan bahwa HR itu bukan bidangnya. Juga ketika menghadapi penolakan dari karyawan dan anggota timnya sendiri. Beliau menaklukkan resistensi dengan persistensi.

Awesome! 

(Diluar dari semua yang saya sebutkan diatas, ada satu lagi yang namanya Bakat, namun soal bakat ini, kita bahas nanti ya)

Lanjut ke pertanyaan berikutnya, apakah Pak Nadiem Makarim punya 3 kriteria yang saya sebutkan diatas? Saya rasa teman-teman yang bekerja di Gojek lebih bisa menjawabnya ?

Bagaimana dengan Anda? Anda yang bertanya kepada saya, tentang bekerja diluar jurusan dan latar belakang pengalaman Anda….. Anda yang melamar di posisi yang jauh berbeda dari Track Record yang tercatat di CV Anda……

Sudahkah Anda memilikinya?

Have a Great Weekend Great People

Be Blessed

Milka Santoso > https://www.linkedin.com/in/milkasantoso/

Great to Great Consultant


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Nadiem Makarim, Rendhy Ardya dan Anda Read More »

Ini Yang Saya Lakukan Untuk Bekerja Hanya 4 Hari Dalam Seminggu

Apa trend kerja yang patut kita coba di 2020?

Flexy hours? Udah basi.

Remote working? Biasa bingits.

Boleh pakai baju bebas termasuk celana pendekan? Itu Inovasi zaman vintage kawanku.

The new trend is: less workdays!

Semoga bos saya tidak membaca artikel ini. Tapi saya harus membuat pengakuan dosa: Saya hanya bekerja 4 hari dalam seminggu!

Tentu ada banyak faktor kenapa bisa kejadian.

Karena kebetulan saya belajar di perusahaan yang mementingkan hasil. Kebetulan budaya kerjanya bebas mau remote working, work from home, atau pakai sendal jepitan ke kantor. Kebetulan saya tidak berada di divisi yang membutuhkan kehadiran fisik sepanjang waktu.

Ritual less workdays ini terinspirasi dari buku jadul (tahun 2007) yang ditulis Tim Ferriss: 4 Hours Workweek.

Doi mengusulkan solusi yang pasti dicintai semua umat manusia:

a. Kerja cuma 4 jam seminggu

b. Nganggur-senganggur-nganggurnya

c. Tetap dapat duit buat keliling dunia

Secara logika sangat bisa dilakukan dengan:

  1. Menciptakan bisnis dengan sistem yang mapan
  2. Pastikan pengeluaran lebih kecil dari pendapatan

Tim menawarkan perspektif yang berbeda tentang kekayaan. Menurut dia, orang kaya itu bukan orang yang punya banyak uang. Orang kaya adalah orang yang memiliki komoditas yang tak mungkin diciptakan oleh manusia: waktu.

Orang kaya adalah orang yang punya waktu untuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan.

Bagaimana caranya?

Framework yang Ia tawarkan adalah D-E-A-L.

D untuk Definition. Tentang mengubah mindset bahwa kekayaan itu bukan berbentuk harta. Tapi waktu yang terekam dalam bentuk ‘moment’. Buat apa punya 1 juta dollar di bank tapi ga pernah menikmati 1 juta dollar itu? Percuma punya villa tapi ga pernah tinggal di villa itu.

E untuk Elimination. Pentingnya hidup ‘sewajarnya’. Minimalis. Tapi bukan missqueen. Ini tentang meninggalkan ‘ilusi kebahagiaan’ berupa kepemilikan barang, penguasaan informasi, status, dan persepsi orang lain terhadap kita.

A untuk Automation. Bagaimana membangun sistem bisnis sehingga Anda tak perlu mengurus bisnis itu sendiri, kekuatan outsourcing, dan pelajaran MBA – Management by Absence.

L untuk Liberation. Berisi tips-tips praktis agar bisa ‘menghilang’ dari kantor tanpa diketahui bos, cara mendapatkan asisten virtual, sampai saran psikologis jika kita sudah menjadi manusia nomad yang bingung harus ngapain untuk mengisi waktu sehari-hari. Menjadi pengangguran berduit ternyata berbahaya secara psikologis!

Aplikasi Saya

Karena saya masih belajar ikut perusahaan orang, tentu ga bisa ekstrim kerja hanya 4 jam. Kecuali klo saya kawin ama nenek investornya yah…

Yang bisa saya lakukan: mengurangi hari kerja menjadi 4 hari. Dengan metode sederhana:

Design and delegate. Di awal tahun, membuat strategi dan action plan aktivitas yang akan dilakukan selama 6 bulan kedepan. Propose ke bos. Approve? Lanjut ke fase delegation. Kira-kira siapa vendor yang bisa mengeksekusi project ini. Dalam day to day basis, fungsi kita hanya sebagai kontroller dan evaluator.

Eliminate. Membuang pekerjaan yang gak berdampak. Penyakit orang kantoran: menganggap banyak kerjaan itu baik. Padahal aslinya biar kelihatan kerja doank. Output tidak sama dengan outcome. Cari critical output yang menghasilkan outcome paling besar.

Automate. Untuk reporting saya menggunakan automate queries. Inilah manfaat belajar data science. Sehingga setiap minggu sistem akan mengirimkan market performance secara otomatis untuk dianalisa. Report juga harus dibikin sederhana. Hanya satu halaman. Analisa detail bisa ditaruh dalam appendix.

Learning. Tim saya membuat perjanjian: sisihkan satu hari dalam seminggu untuk meninggalkan pekerjaan dan fokus untuk belajar. Apa saja. Ga harus berhubungan dengan urusan kantor. Kelihatannya tidak produktif. Tapi percayalah, karyawan yang terus belajar akan menghasilkan metode-metode baru yang pada ujungnya meningkatkan produktivitas perusahaan.

Dengan menerapkan 4 hari kerja saya merasa:

  1. Terpacu untuk bekerja lebih efektif dan efisien
  2. Mengurangi beban pikiran dengan tidak memikirkan ‘low impact activities’
  3. Merasa menjadi manusia yang lebih baik dengan terus belajar sepanjang waktu

Gimana. Penasaran mau coba? Inget pesen Oom Tim:

Most things make no difference. Being busy is a form of laziness—lazy thinking and indiscriminate action. Being overwhelmed is often as unproductive as doing nothing, and is far more unpleasant. Being selective—doing less—is the path of the productive. Focus on the important few and ignore the rest.

Timothy Ferriss

Artikel oleh Yoga P. S. > https://www.facebook.com/fb.yoga


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Ini Yang Saya Lakukan Untuk Bekerja Hanya 4 Hari Dalam Seminggu Read More »

Kenapa Banyak Sarjana Menganggur?

Baca twit ini, jadi ingat pengalaman sendiri ketika mau rekrut Karyawan.

Skill yg dibutuhkan calon karyawan seringkali tidak sesuai dgn pekerjaan yg ada. Ada gap yg nyata. Akhirnya kita sebagai end user harus memberikan training lagi, benar-benar buang waktu, tenaga dan dana.

Jadi, yg diajarin di kampus itu apa? Hanya teori-teori klasik yg tidak sesuai tuntutan zaman.

.
Beberapa minggu yg lalu, Saya diminta jadi dosen di salah satu Perguruan Tinggi Negri, diminta mengajar mata kuliah Operasional Bank.

Sewaktu Saya mintakan syllabus dan buku panduan yg digunakan oleh para mahasiswa, Saya kaget.

Materi yg mau dijabarkan sangat out of date. Mundur 20 thn dari system perbankan sekarang, yg Saya sendiripun tidak pernah mengalaminya.

Jangan harap disuruh ngajarin ttg Fintech dan Digital Banking!

Ketika saya usulkan perbaikan syllabus, malah dibilangi, “Nanti prakeknya susah. Kita tidak punya systemnya di sini.”

Oalah… wajarlah karyawan yg baru direkrut itu selalu bikin naik darah dan di-bully.

.
Belum lagi jika mereka tidak melihat kapasitas dirinya, tapi mintanya gaji yg besar.

.
“Nganggurlah kaw situ”, kata orang Medan.

Post by Eri Rahman > https://www.facebook.com/BangEriRahman


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Kenapa Banyak Sarjana Menganggur? Read More »

Arloji Tua

Merasa ajal nya sdh dekat, seorang ayah berkata kepada anak nya: “Nak, Arloji milik ku ini adalah warisan dari kakek buyut mu, usia nya lbh dari 200 thn”

“ Sebelum Ayah wariskan pada mu, Ayah mau kamu bawa Arloji tua ini ke toko jam di seberang jalan itu, katakan kepada pemilik toko bahwa kamu mau menjualnya. Lihat berapa harganya…”

Sang anak pergi tidak lama, lalu kembali dan berkata: “ harga nya Cuma 5 Dolar, karena ini adalah arloji tua…” Kemudian si Ayah berkata: “sekarang coba kamu bawa arloji ini ke toko barang-barang antik dan tanyakan harga nya…”

Si anak pergi lalu kembali dan berkata “ harga arloji ini mencapai 5000 Dollar..”

Sang Ayah berkata: “ sekarang coba bawa ke museum dan katakan ke mereka bahwa kamu mau menjual arloji tua ini..”

Si anak pun pergi, lalu kembali dan berkata “ mereka mendatangkan pakar arloji untuk memperkirakan harga nya, lalu mereka menawarkan kepada ku 1.000.000 Dollar untuk arloji ini…”

Si Ayah berkata; “nak, aku sedang mengajarkan mu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yg tepat, maka jangan pernah kamu tinggal di tempat yang salah, lalu marah karena tidak ada yg menghargaimu…”

Karena mereka yang mengetahui nilai mu, akan selalu menghargai mu,… Maka jangan pernah bergaul di tempat yang tidak layak untuk mu…

post by Wilson Purba, ASL. > https://www.linkedin.com/in/john-wilson-purba/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Arloji Tua Read More »