Jangan Ikuti Artis Linkedin!

Judul diatas adalah sepenggal kalimat yang saya baca di salah satu komentar yang muncul di feed saya. Kalimat tersebut dituliskan untuk mengomentari postingan seorang koneksi yang minta pendapat soal pekerjaan. Mau gak kerja extra miles tanpa ada tambahan bayaran?

Dari sekian banyak komentar yang ada, satu itu yang keras banget komentarnya. : “Jangan ikuti artis Linkedin! Toh mereka gak biayain hidupmu. Kalau kamu kesulitan, emangnya mereka bantu?”

Duh nyelekit.

Saya paham siapa-siapa yang dimaksud sebagai “artis Linkedin”. Salah satu “artis”-nya adalah Pak William Wijaya yang tempo hari bercerita tentang kerabat beliau di salah satu post-nya. Kurang lebih isinya, kerabat beliau sukses dan menjadi salah satu top management karena mau do extra miles dalam bekerja. Postingannya sangat memotivasi, dan penuh positive vibes.

Nah, sekarang saya kasih sudut pandang soal ini, dari kacamata seorang owner sekaligus direktur, dengan pengalaman lebih dari 12 tahun.

Misal nih, saya mau mengangkat seseorang dari jabatan Manager ke GM. Maka umumnya, di beri dulu sedikit beban kerja GM. Suruh solve problem ini itu, yang biasanya bukan jobdesc-nya si Manager. Atau problem yang scope-nya, harusnya untuk level GM. Kalau dia berhasil, ya di beri lagi problem to solve. Sampai kapan? Sampai kita yakin betul, bahwa yang bersangkutan benar-benar mampu handle beban kerja dan tanggung jawab dari jabatan GM itu.

Kalau yang bersangkutan ternyata gagal dengan salah satu tugas “extra miles” yang diberikan, ya tidak apa. Si Manager tetap jadi Manager. Gak hilang muka juga karena gak bisa handle task yang memang sebenarnya diluar kapasitasnya.

Kalau si Manager secara keseluruhan ternyata terbukti mampu, ya tinggal angkat dia jadi GM (tentu gaji dan fasilitasnya ikut naik juga dong).

Saya yang mengangkat dia jadi GM, akan senang karena dapat seseorang yang proven. Seseorang yang terbukti mampu jadi GM. Yang diangkat jadi GM pun akan senang, karena ternyata “do extra miles” yang dilakukannya berbuah hasil manis.

Jadi prosesnya adalah : di test dulu dengan sebagian beban kerja untuk jabatan diatasnya, kalau lulus baru di naikkan jabatannya. Bukan sebaliknya. Dinaikkan dulu jabatannya, lalu berharap mudah-mudahan yang bersangkutan bisa perform.

Kalau orangnya ndilalah perform, sih enak. Itu beruntung nama-nya (ingat, kita tidak boleh mengandalkan keberuntungan dalam berbisnis).

Lha, kalau orangnya ternyata berperforma letoy seperti kerupuk kena kuah seblak, apa gak rugi ngasih jabatan ke orang seperti itu? Mau diajarin, kok ya bakal rugi waktu. Mau di pecat, sudah kebayang besarnya pesangon. Amsyong dah..

Jadi gitu.. Jangan buru-buru menolak kalau disuruh doing extra miles oleh atasanmu. Bisa jadi dia mencoba “mengukur” mu.

Atau.. Bisa jadi atasanmu memang brengsek. Huahaha..

Soal atasan brengsek yang wajib untuk di-say NO ketika menyuruh extra miles, saya bahas lain waktu. Kalau ada yang minat.

Penulis : Panji Rolandi


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


1 thought on “Jangan Ikuti Artis Linkedin!”

  1. Pingback: Loyalitas Kerja | Blog eTraining Indonesia

Comments are closed.