General Management

2 Hal Sebelum Interview Kerja

Dalam semua #interview kerja, selain menguji pengalaman dan kapabilitasmu, HR dan User juga mencari kecocokan antara perusahaan dan pelamar.

Jadi selain memahami bidang pekerjaan yang kamu lamar, sebaiknya kamu juga siap ditanya tentang 2 hal berikut, sebelum kamu menghadiri sebuah interview kerja:

1. Tentang Dirimu.

Bila kamu #freshgraduate, siapkan 1-2 prestasi kamu waktu kuliah. Pernah jadi Asisten Dosen? Aktif organisasi? Pilih 1 cerita detail untuk diceritakan dalam interview.

Bila kamu #talentready yang punya pengalaman kerja. Jangan sungkan untuk tonjolkan prestasi mu di tempat kerja sebelumnya. Prestasi ya, bukan jobdesk.

Masih sering saya lihat CV yang penuh jobdesk dan minim tampilan prestasi.
Jobdesk itu dikasih perusahaan, tugas kamu ngasih prestasi ke perusahaan. Jadi jangan heran kalau User dan HR lebih tertarik pada prestasi, dan kurang berminat pada sekedar apa yang bisa kamu kerjakan.

2. Tentang Perusahaan tempat Melamar.

Sering banget kandidat bengong saat ditanya apa yang diketahui tentang perusahaan yang dia lamar.
Padahal ngga susah lho, kan ada google.

Oh ya, even perusahaan besar yang kamu kira kamu tahu, tetap googling dulu ya.
Disana, selain bidang usahanya, kamu juga akan tahu Visi Misi dan Value perusahaan.

Gunanya?

Selain User dan HR paling sebel sama kandidat yang asal lamar-lamar kerja tanpa tahu siapa yang dia lamar, kamu juga jadi tahu apakah perusahaan itu cocok buat kamu. Jadi kamu bisa sampaikan mengapa kamu mau bekerja disana.

Kalau perusahaan saking kecilnya sampai nggak ada di google, gimana? Jujur saja bilang sudah googling tapi nggak nemu, lalu dengan sopan, tanyakanlah detail perusahaan ke User dan HR.

Ada 1 hal lagi yang paling penting sebelum interview kerja. Apa itu?
BERDOA…
Sebab jalan rejeki dan masa depan adalah rancangan-Nya.

Goodluck ya, all #freshgraduate, #talentready dan yg #opentowork, jalan mungkin panjang, tapi destinasinya pasti tak lama lagi.

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Resignation Terus Berulang

Wajah-wajah mereka yang mengajukan resignation biasanya “sumringah” alias gembira karena kerjaan baru ada di tangan. Terlihat penuh kemenangan apalagi yang merasakan pusingnya culture suatu perusahaan, atau kena badai office politics. Mereka berharap new company, new beginning, and new success.

Ternyata di new company, apa yang terjadi ternyata sama.

Sama ruwetnya. Harus adaptasi. Happy-happy di (mungkin) 1 tahun pertama setelah itu tenggelam dengan keruwetan organisasi dan sikap yang sama. Mulai stress, nyari kerja lagi. Dapat lagi. Mengajukan resign dengan senyum penuh kemenangan 🙂 dan berharap di new company (again) bisa lebih baik.

Terus berulang. Terus berulang. Sampai sekian perusahaan dicoba. Semua sama. Kenapa?

Karena mereka tidak pernah belajar dari kesalahan. Karena mereka tidak menyadari bahwa semua perusahaan itu sama. Yang harus dimenangkan adalah “ego” terhadap diri sendiri. Tidak ada perusahaan yang adapt dengan hadirnya seorang karyawan. Justru sebaliknya. Dan setiap perusahaan dengan culture sendiri pasti memiliki satu hal yang unik.

Jadi…….

Cari kerja baru untuk keluar dari masalah yang ada di perusahaan sekarang bukan solusi.
Karena pola yang sama pasti terjadi.
Semua tergantung pada diri kita sendiri.
Response kita terhadap semua “input” dari luar.
Ingat, dimanapun kita berada.
Ada Tuhan yang menyertai kita.
Tidak ada masalah yang terlalu berat buat kita.

Have a great week.

Penulis : Ang Harry Tjahjono > https://www.linkedin.com/in/angharrytjahjono


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Cerdas sebelum Resign

Ketika Anda proses mendapatkan kerja baru, sementara anda masih kerja, sebelum terima Offering Letter / Surat Tawaran Kerja, ….. jangan sekali – kali resign!

Hal-hal di dalam offering letter yang perlu disetujui sebelum pindah kerja :

  1. Posisi & level di tempat baru
  2. Gaji (basic; tunjangan; asuransi; fasilitas seperti komunikasi/ bensin/ parkir/ tunjangan dinas, dll)
  3. Status (kontrak / probation)
  4. Tanggal mulai join
  5. Jobdesk (jika ada, seringannya tidak ada)
  6. Hal-hal lain

Resiko yang beberapa kali saya alami ketika rekruitmen dengan klien.

  1. Gaji tidak sesuai pas intervew
  2. Kontrak tidak ditentukan berapa lama.
  3. Beberapa lainnya saya lupa. Mohon maaf

Sebagaimana yakinnya anda, atau bila intervewer menjanjikan kepada anda, anda pasti diterima, walau dia orang yang anda kenal sekalipun, jangan resign sampai offering letter keluar dengan tanda tangan hrd atau presdir.

Tips :
Jika memang perusahaan tersebut tidak mengeluarkan Offering Letter, maka buat HRD tersebut mengeluarkan pernyataan tertulis bisa lewat Whatsapp atau email, yang mana bisa dipertanggungjawabkan sebagai bukti IT. Sebagai jaga-jaga, bilamana ternyata akhirnya anda dicancel join, sementara anda sudah terlanjur resign.

Penulis : Harry Hermawan > https://www.linkedin.com/in/harryhermawan


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Tips Menyampaikan Perbedaan Pendapat dalam Meeting

3 berurutan, tips menyampaikan perbedaan pendapat di forum meeting:

1 Sampaikan dulu beberapa sudut pandang bagus dari lawan bicara yang kamu sepakat atau sependapat.

“Saya sepakat dengan ide anda mengenai…”

“Beberapa poin yang anda sampaikan yakni… sangat jenius dan saya sangat sependapat, …”

“Luar biasa, saya bahkan tidak berpikir kesitu sebelumnya, …”

Baru kemudian…

2 Sampaikan sudut pandang yang berbeda sesuai ekspertismu atau sesuai data dan fakta yang kamu ketahui.

“…hanya saja berdasarkan data yang saya miliki, sepertinya kita perlu melakukan evaluasi sekali lagi sebelum…”

“…tapi dari data yang berhasil saya dan tim saya kumpulkan, apa yang anda sampaikan tadi tidak sepenuhnya tepat.”

“…sayangnya keadaan sekarang sudah tidak relevan dengan beberapa teori yang tadi anda sampaikan, dimana hasil survey saya dan tim saya menemukan…”

Dan…

3 Sampaikan input sebagai alternatif solusi darimu.

“…, maka menurut hemat saya sebagai alternatif solusinya adalah…”

“…. karenanya untuk mengkolaborasi ide anda dan temuan saya di lapangan, saya menyarankan…”

“…, oleh karena itu, sedikit saja tambahan dari saya untuk apa yang telah anda sampaikan, …”

Dan kamu perlu menyampaikannya dengan semangat konstruktif serta bahasa tubuh dan tutur kata yang santun, no offence.

Diskusi dalam meeting bukan tentang siapa menang (idenya diterima) atau siapa kalah (idenya ditolak), tetapi tentang mencari dan menyepakati solusi bersama, win-win solution.

Begitu kurang lebihnya. Siap?

Penulis : Rangga Primanto > https://www.linkedin.com/in/ranggaprimanto


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Leader Apakah Boleh Terlihat Bodoh?

Saya tergelitik dengan sebuah tulisan yang mengatakan seorang leader tidak boleh terlihat bodoh.

Argumennya, leader itu harus:

  • Mendapatkan trust
  • Menjadi contoh teamnya
  • Harus selalu bisa solve problem
  • Kucing tidak pantas memimpin Singa, dan
  • Leader yang terlihat bodoh tidak bisa membentuk team yg baik.

Kalau saya?

Jangan TAKUT terlihat bodoh. Masih mending terlihat bodoh daripada sok tau. Orang bodoh tidak dibenci, orang sok tau, iya.

Dan kalau argumen-argumen tersebut benar, maka saya tidak pernah punya team yang baik, saling support, having trust, solid dan later on became friends.

Karena di setiap team yang saya pimpin, muda maupun senior, pasti pernah ada moment saya menunjukkan kebodohan. Di saat itu lah saya bisa belajar banyak dari mereka.

Di saat yang lain, mereka juga boleh menunjukkan kebodohannya kepada saya. Di sanalah mereka juga dapat banyak pelajaran.

Natural leader tidak perlu takut terlihat bodoh once in a while. Dan itu menunjukkan sisi manusiawi seorang leader.
I’m not always know better than my team. And my team, on the other hand, not always know less than me.
Disitulah team saling mengisi yang akhirnya membentuk sebuah team yg solid. Saling respect.

Saya tidak mau gain respect dari selalu terlihat maha tau, dan solve all the problems, simply because I can’t solved all by my own. Ada rasa saling memerlukan dan saling mengisi yg build the best team.

Itulah yang saya contohkan buat team.
Kadang saya singa, kadang saya kucing, but most of the time: saya manusia biasa. And I want my team, someday when they become a leader, juga act demikian.
Kesahajaan itu yang membuat seorang leader bisa menjadi friends. Sometimes no boundaries.

Apakah saya kehilangan kepercayaan karena being myself? Sejauh ingatan saya, belum pernah, dan semoga tidak akan pernah.

Dan tau gak apa yang lebih parah dari atasan yg takut terlihat BODOH?
Adalah atasan yg memBODOHi bawahannya hanya agar ia tidak terlihat BODOH.

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Do The Best di Tiap Jabatanmu

Seorang teman bekerja di family owned company yang cukup besar. Teman saya ini selalu dimutasi. Bekerja sebagai sales, dianggap gak mampu dimutasi di bagian admin support. Gak perform juga. Dimutasi ke bagian customer service. Gak juga perform. Owner company ini orangnya baik. Dan selalu berpikir bahwa semua orang pasti memiliki talenta. Jadi sepanjang 16 tahun karir nya, teman saya ini sudah berkelana ke semua department.

Dia juga melihat sisi positive owner company yang melihat dia (meski gak perform), tapi disuruh tambal sulam kerjaan atau mutasi kemana aja, mau dan bersedia. Dan hebatnya teman saya ini meski dibully , tapi kuat mental . Dan dia berpikir dia belajar banyak.

Total ada 19 posisi yang pernah dipegang selama 16 thn berkarir. Kelihatannya hopeless ya karirnya. Saya sendiri sempat bilang, lebih baik cari kerja lain karena usia sudah 42 tahun. Tapi dia gak mau karena sudah merasa feel at home.

Jika dilihat dari hal ini, sekilas betapa buruk performance dia sampai dimutasi kesana sini tapi gak juga dikeluarkan. Disatu sisi, perusahaan ini perusahaan besar apa gak ada batasan “max” mencoba menempatkan karyawan yang sesuai.

Barusan di telp di minggu pagi ama teman saya kalau dia diangkat sebagai Direktur Operasional per Nopember.

Saya kaget, apa alasannya ..?
(dalam hati, kok bisa ya katanya non perform dimutasi kesana sini, tapi bisa dapat kesempatan naik sampai jadi BOD).

“Direktur sblmnya ajukan resignation sudah sejak 2 bulan lalu, dan kabarnya owner mencari pengganti dari external, gak ada yang pas. Gak tahu juga akhirnya kemarin sore aku dipanggil ke rumahnya diajak berdiskusi tentang perusahaan. Sampai 3 jam diskusi macam2, mendadak si owner memutuskan utk angkat aku di posisi direktur operasional. Aku kaget Har, tapi ya senang juga sih. Gak sangka. Apa karena aku yang dianggap tahu semua karena pernah dimutasi ke semua department?”

Saya yang mendengar juga senang bercampur surprise.

Saya belajar sesuatu pagi ini.

Tidak selamanya orang yang sering dimutasi itu berakhir buruk.

Jadi buat teman2 yang merasa dimutasi dan feel ‘terbuang’ karena dianggap tidak mampu. Never give up. Do the best di tiap jabatan yang dipercaya. Serta positive thinking.

One thing :

Hargai semua orang. Siapapun mereka.

Mungkin hari ini mereka seakan ‘terbuang’ tapi kita tidak pernah tahu hari esok.

Penulis : Ang Harry Tjahjono > https://www.linkedin.com/in/angharrytjahjono


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Cara Tepat (versi saya) agar di hubungi HR

Honestly rasanya maju mundur buat upload ini, karena saya merasa masih menjadi “remahan” di dunia karir. Tapi setelah dipikir-pikir, bisa jadi ada orang lain yang sedang membutuhkan informasi ini.

Tahap pertama buat bisa dapat kerja tentunya harus apply lamaran kerja. Tapi pernah tidak, sudah apply banyak banget terus tidak ada yg dipanggil? Saya pernah berada di posisi ini. Dan setelah dianalisa, ternyata banyak mistake yang saya buat, dan saya perbaiki cara saya apply kerja.

Berikut cara saya apply kerja biar dipanggil HR buat ikutan next step dalam proses rekrutmen:

  1. Setiap hari minimal daftar 20 lamaran. Saya lebih suka daftar lamaran kerja by email. Semakin banyak yang dilamar, semakin gede chance diproses ke tahap selanjutnya.
  2. Buat daftar ke mana mau kirim lamaran. Dari sana saya bisa klasifikasikan CV yang akan dibuat.
  3. Buat CV yang related dengan yang kita lamar. Saya tim CV ATS. CV saya selalu polos tapi isinya tidak boleh polos. Saya cuma menulis biodata (nama, no hp, email, domisili), skill (pastikan skill yang ada di loker ada juga di CV), pengalaman kerja (cari 2 yang paling related), dan pendidikan. Ingat, bikin banyak CV yang related ke banyak lamaran. Bukan 1 CV terus dikirim ke banyak lamaran.
  4. Biasanya saya buat lamaran tersebut malam hari, setelah itu saya save as a draft. Besok pagi baru saya send lamaran tersebut, tentunya dengan melakukan double check agar meminimalisir kesalahan. Buat saya cara ini lebih efektif dan efisien. Setelah apply saya masih punya waktu untuk mencari loker lainnya atau ilmu baru yang bisa meningkatkan skill saya.
  5. Ini penting, sebisa mungkin apply lamaran itu secepat mungkin ketika lamaran sudah up. Jangan wasting time nunggu bberapa hari baru kirim. Karena chance klo daftarnya lebih cepat bakal lebih gede.
  6. Saya selalu kirim lamaran berupa CV saja. Kecuali dari lowongan tersebut minta berkas lain. Baru saya satuin as pdf CV + berkas pendukung. Buat surat lamaran kerjanya saya cuma nulis di body email. Kalau CV selalu menggunakan bahasa Inggris, tapi buat isi emailnya saya sesuain. Kalo perusahaan emang nuntut jago bahasa Inggris dan lokernya dalam bahasa Inggris ya berarti body email dibuat dalam bahasa Inggris, klo ga ya bahasa Indonesia aja.
  7. Isi email ga ribet. Intinya beneran fokus kasih tau di email itu pengalaman yang related sama apa yang dilamar, terus skill yang mendukung. Oh iya, jangan lupa kasih kontak yang bisa dihubungin di bagian paling bawah. Biasanya sih saya letakin di part abis best regards/ hormat saya. Yang saya tulis biasanya email sama no hp yang bisa connect dengan WhatsApp.

Itu si tadi cara saya biar “dipanggil” buat ikutan tes sama HR. Percaya atau ga setelah saya menerapkan step diatas, dlm 1 Minggu selalu aja ada HR yg menghubungi buat memproses lamaran yang saya apply. Semoga temen-temen yang lagi berjuang apply lamaran bisa sesegera mungkin dapat panggilan dari HR yaa.

Aamiinn. Semangat semua !!!

Jangan lupa juga dibalik usaha kalian, minta doa dari orangtua, dan juga berdoa kepada Tuhan yaa.


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Habit Pulang Malam

Saya pernah kerja di kantor yang kalau saya mau pulang jam 7 malam, saya harus mengendap2 di antara kubikal, karena sungkan sama rekan2 lain yg masih sibuk di depan laptop.

Iya, jam 7 malam!

Karena di kantor tsb baru mulai sepi di jam 9 – 10 malam. Kadang sampai tengah malam/dini hari masih ada penghuni. Termasuk saya pernah pulang jam 4 pagi!

Makanya dulu kalau ditanya “pernah pulang paling malam jam berapa?” Saya jawab jam 12 malam, sebab kalau lewat dari itu hitungannya pulang pagi (bukan pulang malam).

Tidak sehat memang, namun sudah menjadi habit.

Lalu saya pindah kerja. Hari pertama kerja, saya pulang lewat dari jam 7 malam (kebawa habit kantor lama).

Pagi2 Satpam datang ke meja saya, minta tandatangan.

Katanya kemarin saya pulang terakhir, jadi harus tandatangan absenan.

Langsung bersyukur pindah ke perusahaan yang “tepat”.

Ada juga kantor yg habitnya pulang malam, karena staff sungkan pulang lebih awal dari boss (si boss selalu pulang malam).

Pernah terpikir ngga, kalau yg sebenarnya terjadi adalah: melihat staff-nya belum pulang, si boss sungkan untuk pulang duluan?

Hal ini terjadi pada saya awal2 jadi leader.

Saya selalu sungkan pulang duluan.

Sampai suatu hari saya tanya ke team saya: kalian kok belum pulang? Emang selalu pulangnya malam?

Ada satu yg nyeletuk begini: “Kan bapak belum pulang, jadi kami sungkan pulang duluan”

Oalah… Saya baru tersadar: ini ayam atau telor, tunggu-tungguan siapa yg duluan.

Sejak itu saya ngga pernah sungkan. Saya selalu pamit pulang duluan ke team saya, sambil bilang “kalian jangan malam2 ya”.

Dan biasanya dijawab: …bentar lagi juga pulang.

Penulis : Andijaya Chandra, SE, CPF, CPIM > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Ini Yang Saya Lakukan Untuk Bekerja Hanya 4 Hari Dalam Seminggu

Apa trend kerja yang patut kita coba di 2020?

Flexy hours? Udah basi.

Remote working? Biasa bingits.

Boleh pakai baju bebas termasuk celana pendekan? Itu Inovasi zaman vintage kawanku.

The new trend is: less workdays!

Semoga bos saya tidak membaca artikel ini. Tapi saya harus membuat pengakuan dosa: Saya hanya bekerja 4 hari dalam seminggu!

Tentu ada banyak faktor kenapa bisa kejadian.

Karena kebetulan saya belajar di perusahaan yang mementingkan hasil. Kebetulan budaya kerjanya bebas mau remote working, work from home, atau pakai sendal jepitan ke kantor. Kebetulan saya tidak berada di divisi yang membutuhkan kehadiran fisik sepanjang waktu.

Ritual less workdays ini terinspirasi dari buku jadul (tahun 2007) yang ditulis Tim Ferriss: 4 Hours Workweek.

Doi mengusulkan solusi yang pasti dicintai semua umat manusia:

a. Kerja cuma 4 jam seminggu

b. Nganggur-senganggur-nganggurnya

c. Tetap dapat duit buat keliling dunia

Secara logika sangat bisa dilakukan dengan:

  1. Menciptakan bisnis dengan sistem yang mapan
  2. Pastikan pengeluaran lebih kecil dari pendapatan

Tim menawarkan perspektif yang berbeda tentang kekayaan. Menurut dia, orang kaya itu bukan orang yang punya banyak uang. Orang kaya adalah orang yang memiliki komoditas yang tak mungkin diciptakan oleh manusia: waktu.

Orang kaya adalah orang yang punya waktu untuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan.

Bagaimana caranya?

Framework yang Ia tawarkan adalah D-E-A-L.

D untuk Definition. Tentang mengubah mindset bahwa kekayaan itu bukan berbentuk harta. Tapi waktu yang terekam dalam bentuk ‘moment’. Buat apa punya 1 juta dollar di bank tapi ga pernah menikmati 1 juta dollar itu? Percuma punya villa tapi ga pernah tinggal di villa itu.

E untuk Elimination. Pentingnya hidup ‘sewajarnya’. Minimalis. Tapi bukan missqueen. Ini tentang meninggalkan ‘ilusi kebahagiaan’ berupa kepemilikan barang, penguasaan informasi, status, dan persepsi orang lain terhadap kita.

A untuk Automation. Bagaimana membangun sistem bisnis sehingga Anda tak perlu mengurus bisnis itu sendiri, kekuatan outsourcing, dan pelajaran MBA – Management by Absence.

L untuk Liberation. Berisi tips-tips praktis agar bisa ‘menghilang’ dari kantor tanpa diketahui bos, cara mendapatkan asisten virtual, sampai saran psikologis jika kita sudah menjadi manusia nomad yang bingung harus ngapain untuk mengisi waktu sehari-hari. Menjadi pengangguran berduit ternyata berbahaya secara psikologis!

Aplikasi Saya

Karena saya masih belajar ikut perusahaan orang, tentu ga bisa ekstrim kerja hanya 4 jam. Kecuali klo saya kawin ama nenek investornya yah…

Yang bisa saya lakukan: mengurangi hari kerja menjadi 4 hari. Dengan metode sederhana:

Design and delegate. Di awal tahun, membuat strategi dan action plan aktivitas yang akan dilakukan selama 6 bulan kedepan. Propose ke bos. Approve? Lanjut ke fase delegation. Kira-kira siapa vendor yang bisa mengeksekusi project ini. Dalam day to day basis, fungsi kita hanya sebagai kontroller dan evaluator.

Eliminate. Membuang pekerjaan yang gak berdampak. Penyakit orang kantoran: menganggap banyak kerjaan itu baik. Padahal aslinya biar kelihatan kerja doank. Output tidak sama dengan outcome. Cari critical output yang menghasilkan outcome paling besar.

Automate. Untuk reporting saya menggunakan automate queries. Inilah manfaat belajar data science. Sehingga setiap minggu sistem akan mengirimkan market performance secara otomatis untuk dianalisa. Report juga harus dibikin sederhana. Hanya satu halaman. Analisa detail bisa ditaruh dalam appendix.

Learning. Tim saya membuat perjanjian: sisihkan satu hari dalam seminggu untuk meninggalkan pekerjaan dan fokus untuk belajar. Apa saja. Ga harus berhubungan dengan urusan kantor. Kelihatannya tidak produktif. Tapi percayalah, karyawan yang terus belajar akan menghasilkan metode-metode baru yang pada ujungnya meningkatkan produktivitas perusahaan.

Dengan menerapkan 4 hari kerja saya merasa:

  1. Terpacu untuk bekerja lebih efektif dan efisien
  2. Mengurangi beban pikiran dengan tidak memikirkan ‘low impact activities’
  3. Merasa menjadi manusia yang lebih baik dengan terus belajar sepanjang waktu

Gimana. Penasaran mau coba? Inget pesen Oom Tim:

Most things make no difference. Being busy is a form of laziness—lazy thinking and indiscriminate action. Being overwhelmed is often as unproductive as doing nothing, and is far more unpleasant. Being selective—doing less—is the path of the productive. Focus on the important few and ignore the rest.

Timothy Ferriss

Artikel oleh Yoga P. S. > https://www.facebook.com/fb.yoga


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Jangan Mudah Tergiring Narasi Halus

Artikel ini ditulis pada hari Minggu, 28 Juli 2019. Konten artikel ini relevan pada saat artikel ini ditulis.

Salah satu sifat saya yang paling saya syukuri adalah gak mudah ikut-ikutan sesuatu yang lagi viral atau lagi heboh.

Biasanya kalo ada sesuatu yang lagi rame dibicarakan sama publik, ya saya santai aja, malah kadang gak ngikutin. Ngapain? Nambah angka rekening saya juga kagak kan?

Saya malah jauh lebih tertarik buat mengikuti hal-hal yang terjadi di belakang layar, jauh-sunyi sedang terjadi, dan nyaris gak kita monitor selama ini… yaitu:

Rencana Revisi UU Ketenagakerjaan
(UUTK) Republik Indonesia No. 13/2003

Begitu saya dapet kisi-kisi / bocoran rencana revisinya dari kalangan komunitas para HR, saya jadi merenung sendiri & memikirkan berbagai kemungkinan baru di masa depan.

Saya bukanlah lulusan Hukum & spesialisasi HR saya bukanlah Hubungan Industrial, tapi ijinkanlah saya tuangkan pemikiran & kegelisahan saya itu; tanpa bermaksud sotoy.

Permisi & salam hormat saya pada para praktisi HR yang lain, khususnya spesialisasi Hubungan Industrial / Legal. Mohon koreksinya jika saya ada salah.

Kenapa demikian?

Memang benar, bahwa ini baru rencana revisi. Semua dinamika masih mungkin terjadi. Tapi satu hal yang pasti adalah:

Apa pun perubahan yang terjadi pada pasal-pasal UUTK versi baru di masa depan, itu akan memberikan kekuatan legal-formal lebih besar pada perusahaan & HR, untuk “mengelola” karyawannya. Karena selama ini UUTK versi lama merupakan UUTK yang dirasakan lebih berpihak pada karyawan.

Contoh: pengusaha & HR sering kesulitan mengambil langkah tegas pada karyawan “orang lama” yang merugikan perusahaan tapi belum masuk ke ranah pidana, hanya karena jika mereka lakukan itu, akan lebih rempong & beresiko terkena masalah hukum yang akan menghabiskan banyak uang.

Akhirnya, karyawan tersebut terpaksa dibiarkan eksis di perusahaan, dan akhirnya merusak kultur organisasi. Produktivitas mandeg, dan tingkat keluar-masuk karyawan (turnover) menjadi tinggi. Perusahaan jadi sulit merekrut karyawan berkualitas terbaik, karena karyawan terbaik gak akan mau kerja bareng ama karyawan julid yang terpaksa dibiarkan eksis oleh perusahaan.

Nah, kembali lagi… maksudnya kata “mengelola” ini apa?

Sepemahaman & sepengalaman saya, dan berdasarkan atas kisi-kisi rencana revisi yang beredar; termasuk di dalam definisi “mengelola” adalah:

  1. Menyusun Struktur & Skala Upah benar2 hanya berdasarkan variabel yang lebih sederhana, sesuai dengan kemampuan & kebijakan internal perusahaan; tanpa perlu memperhitungkan masa kerja, kompetensi, latarbelakang akademik, atau atribut profesional apa pun. Bahasa gaulnya: “Ini perusahaan gw, suka-suka gw dong. Loe take it or leave it.”
  2. Memecat karyawan yang melanggar Peraturan Perusahaan, tanpa harus memberikan Surat Peringatan berjenjang & tanpa harus memberikan pesangon atau uang penghargaan dalam bentuk apa pun.
  3. Tidak ada lagi kewajiban perusahaan untuk menjadikan karyawannya berstatus PKWTT / Karyawan Tetap. Kelak, semua status karyawan adalah PKWT / Kontrak selamanya, dan itu legal.
  4. Tidak ada lagi kebijakan Uang Pensiun dan semua bentuk “kenyamanan ketenagakerjaan” yang dulu dilindungi oleh UUTK versi lama.
  5. Posisi HR Manager / HR Head yang dulu diproteksi UUTK untuk hanya boleh dijabat oleh WNI, kini sedang “digoyang” untuk bisa dijabat oleh WNA.

Cukup lima poin dulu ya gaes, kuatir pada gak bisa tidur semua, ha ha ha… Sekali lagi, ini baru kemungkinan-kemungkinan revisi.

Jadi, kesimpulan awalnya adalah:

  1. Bisa jadi di masa depan, mencari kerja terasa lebih mudah, lapangan kerja lebih banyak tersedia, karena industri & investasi baru bertumbuhan. Tapi… kondisi ketenagakerjaan & kekaryawanannya akan seperti pemaparan di atas. Marilah kita terima realitas ini dan beradaptasilah.
  2. Saat ini RI selalu kalah saing dengan negara-negara ASEAN lainnya, karena pengusaha manufaktur di RI paling puyeng tujuh keliling kalo udah harus nanganin soal buruh. UUTK versi baru akan menghilangkan mayoritas kepuyengan itu, sehingga daya saing industrial diharapkan bisa meningkat.
  3. Sepintas, posisi HR akan lebih enak, karena UUTK versi baru akan memberikan kekuatan legal pada HR untuk bertindak dengan “tangan besi” pada karyawan yang udah gak bisa & gak mau lagi diatur sesuai dengan Peraturan Perusahaan. Masalahnya, kata siapa posisi HR aman-sentosa? Kalo Owner atau Direksi lebih suka sama HR Manager bercitarasa WNA, dia bisa kapan pun menggantinya tanpa harus kuatir dijatuhi sanksi oleh Disnaker.
  4. Kelak, karyawan yang ngarep gaji sekian juta hanya karena mereka dari kampus tertentu, atau yang ngarep dapet status Karyawan Tetap karena merasa udah lama bekerja, atau yang ngarep di-PHK duluan sama perusahaan karena tau ada pesangon yang besar… hanya akan jadi kenangan & bahan candaan.
  5. Suka gak suka, HR lokal harus meningkatkan daya saingnya. Itulah sebabnya di kalangan HR, sekarang lagi rame dibahas soal sertifikasi wajib profesi BNSP bagi semua pemegang jabatan / fungsi HR. Biayanya gak murah. Jadi kelak, profesi HR diharapkan akan dipandang setara dengan profesi lainnya semisal dokter, pilot, akuntan, pengacara, psikolog, engineer, dan sejumlah profesi lainnya. Di satu sisi ini positif sebagai standarisasi kompetensi. Tapi di sisi lainnya, ini akan “menyapu” para praktisi HR yang gak sanggup beradaptasi.

Nah… sekarang, mari kita renungkan beberapa hal faktual:

  1. Sekarang ngerti kan, kenapa semua pihak yang kemaren berseteru tajem di Pilpres 2019, sekarang jadi rame-rame ketawa-ketiwi bareng & bikin koalisi gemuk di satu perahu?
  2. Sekarang ngerti kan, kenapa ada sejumlah narasi publik yang bisa bikin emosional & menyulut perdebatan publik, dihembuskan baru-baru ini? Termasuk narasi soal Fresh Graduate yang nuntut gaji 8 juta. Makanya… banyak baca referensi bermutu, jangan nonton sinetron & infotainment mulu… supaya gak gampang kegiring sama narasi-narasi halus tingkat tinggi…
  3. Sekarang ngerti kan, kenapa selama ini saya selalu membicarakan perihal Personal Brand, jati diri, pengembangan diri sendiri secara mandiri (Self Development), menggunakan media sosial untuk berkegiatan & berjejaring (networking) secara positif, dan peningkatan kompetensi utama maupun kompetensi pendukung?
  4. Saya pribadi saat ini sedang dalam posisi gak nyaman, karena harus memecut diri saya sendiri untuk mahir berbahasa Inggris di level percakapan & presentasi. Ini gak nyaman banget buat saya, tapi harus saya lakukan dengan segenap kesadaran akan tanggungjawab saya demi menyongsong masa depan yang semakin gak menentu. Plus gak nyaman juga dari segi kantong, karena harus nabung buat ngikutin sertifikasi profesi HR.
  5. Berusaha mendebat atau menghindari realitas, mengkambinghitamkan umur tua sebagai hambatan karir, ngomelin rekruter tanpa landasan jelas, baper di media sosial, maki-maki pemerintah soal Tenaga Kerja Asing (TKA) & investasi asing, dan sejumlah penyangkalan maupun bentuk depresi lainnya… gak akan menolong siapa pun. Malah bikin kita semakin terperosok. Serius deh…

Sebagai tambahan sekaligus penutup…

Saat artikel ini ditulis, saya sedang berkarya bersama perusahaan yang bergerak di bidang instalasi solusi robotik & otomatisasi bagi pabrik-pabrik di Tanah Air. Kliennya semakin banyak, dan bahkan kalangan HR manufaktur pun mengakui betapa lebih ringannya pekerjaan mereka setelah pabriknya memasang solusi robotik & otomatisasi.

Dari obrolan saya bareng para engineer yang terbiasa melakukan instalasinya, mereka mengatakan bahwa satu sistem solusi robotik & otomatisasi dapat menggantikan minimal 9 orang pekerja.

Misalnya pabriknya terdiri dari 3 shift non-stop, maka tinggal kalikan saja 9 dengan 3. Hasilnya, secara nyata, satu solusi robotik & otomatisasi bisa menggantikan lebih dari 20 orang pekerja manusia.

Balik modalnya investasi robotik itu bisa diprediksi. Paling tidak, pengusaha sudah dapat menikmati titik impas (BEP) pada tahun ke-3 atau ke-4 setelah instalasi sistem. Tingkat kepastiannya tinggi & dapat digaspol 365 hari 24 jam 7 hari seminggu; tanpa rempong soal demo, cuti, sakit, pemogokan, dan urusan-urusan ribets lainnya.

Udah begitu, hasilnya lebih presisi pula, tingkat kesalahan produksi bisa sangat minim. Pun dari sisi Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3), isu-isu negatif & resiko kecelakaan kerja bisa menjadi sangat minim.

Masih kurang? Ada robot yang bisa berjalan seluwes manusia. Ada robot yang bisa membuka-tutup pintu dengan halus. Ada robot yang bisa melakukan pekerjaan konstruksi dengan halus & presisi. Tesla Corporation udah berhasil membuat mobil otonom tanpa pengemudi, bahkan Volvo telah berhasil menguji-coba truk raksasa yang bisa menyeberang ke perbatasan negara lain, tanpa pengemudi.

Di masa depan bukannya mustahil semakin banyak bertebaran mobil yang tidak lagi memiliki roda kemudi di dashboard. Semua penumpangnya bisa tertidur lelap dan hanya tau beres sudah sampai di lokasi.

Bahkan ada sistem hologram yang bisa mereplikasi diri kita, untuk berpidato dengan suara, aksen dan tata-bahasa kita – tapi dalam beberapa bahasa negara lain. Ini gilak…

Jadi, misalnya suatu saat saya diundang buat ngasih seminar di Jepang, santai aja… Gak perlu mati-matian belajar Bahasa Jepang dulu, dan gak perlu membawa penerjemah Bahasa Jepang. Cukup saya berikan speech dalam B. Indonesia, dan hologram dengan wujud diri saya itu yang akan ngomong materi identik, dalam Bahasa Jepang, dengan halus & presisi.

Teknologi itu sudah tersedia sekarang. Iya, sekarang. Bukan beberapa tahun lagi.

Jadi, rekan-rekan sekalian…

Wind of Change, alias angin perubahan, sedang kencang bertiup di pekarangan depan rumah kita semua, dan sedang berusaha menggedor pintu pekarangan belakang kita…

Masihkah kita tertarik buat ngomentarin narasi-narasi gak jelas di luar sana, lalu ceroboh mengantisipasi adaptasi diri kita sendiri di era yang semakin kompetitif & gak menentu ini?

Marilah kita cek, apakah pekerjaan kita bersifat:

  1. Repetitif (sudah tergantikan oleh robot).
  2. Administratif (sudah tergantikan oleh aplikasi di ponsel).
  3. Kuantitatif (sudah tergantikan oleh software).

Jika jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut adalah “Ya”, maka siap-siaplah pekerjaan kita yang paling duluan tersapu oleh sistem otomatisasi, robotik, software, aplikasi, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI).

Kira-kira, apa saja hal-hal yang perlu kita tingkatkan di masa depan?

  1. Kewaspadaan sosial (Social Awareness) & kewaspadaan pribadi (Self Awareness), dengan terus melahap informasi & pengetahuan bermutu tinggi dari sumber2 yang kredibel.
  2. Kemampuan bahasa asing, minimal Bahasa Inggris. Minimal sekali bisa buat baca referensi berbahasa Inggris dulu aja, sebagai tahap pertama. Nanti berangsur mahir hingga tahap percakapan.
  3. Akan banyak petuah karir gaya lama yang gak berlaku lagi di masa depan. Yakinkanlah bahwa kita mendapatkan bimbingan karir dari mentor yang tepat, bukan mentor yang bisanya hanya membangga-banggakan pencapaian karir pribadinya di masa lalu.
  4. Targetkanlah minimal penguasaan satu keahlian baru per bulannya. Kita akan terkejut sendiri dengan betapa mahirnya kita akan satu atau beberapa hal, di akhir tahun. Ini jauh lebih berharga daripada Tunjangan Hari Raya (THR) atau bonus performa.
  5. Fokuslah untuk terus membangun jati diri (Personal Brand), kompetensi utama, kompetensi pendukung, jejaring sosial & hubungan baik yang solid dengan banyak orang, kemampuan wirausaha & bisnis, dan kemampuan kita untuk lincah beradaptasi dengan berbagai perubahan.

Akhir kata… marilah kita terus berdoa, agar kehidupan ini bisa kita jalani dengan sebaik-baiknya; betapa pun sulitnya kondisi kehidupan pribadi yang kita hadapi saat ini.

Setelah berdoa, saya yakin rekan-rekan akan lebih siap menghadapi betapa gak menentunya realitas masa depan…

Bahwa suatu saat… mana tau, di kantor kalian akan duduk HR Manager, GM HR, atau HR Director bercitarasa Steak, Kari, CapCay, Teriyaki, Kimchi, atau Nasi Lemak…

By Peter Febian > https://www.linkedin.com/in/peter-febian-183a6b52/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”