Leadership

Jangan Perhitungan dalam Kerja

PHK di Usia 40-50an tahun. Apakah mungkin mendapatkan kerja lagi?

Saya memiliki saudara yang pernah mengajukan pensiun dini sampai 2x diperusahaan yang cukup besar, beliau juga jabatannya sudah tinggi pada saat itu. Ya keuntungannya beliau dapat hak seperti orang kena PHK, ajaibnya setiap kali beliau mengajukan pensiun dini. Beliau biasanya hanya mencari kerja kurang lebih 1-2 bulan saja, setelah itu dapat pekerjaan lagi dengan jabatan yang sama atau lebih tinggi.

Beliau pernah bekerja di perusahaan A selama 20an tahun, perusahaan B sekitar 5 tahun, dan sekarang diperusahaan C sudah 5 tahun lebih juga. Ketika saya ngobrol dengan beliau, beliau selalu menyarankan saya untuk RAJIN membantu pekerjaan orang lain. Beliau bercerita kalau job desc utama beliau adalah tax, finance and accounting, tapi pekerjaan beliau bisa mengerjakan Data warehouse, IT, Audit, GA, Project, pokoknya disuruh apapun sama owner, beliau selalu kerjakan. Sampai hari ini pun, kadang sabtu minggu beliau masih pergi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan. Jabatan beliau saat ini sudah CFO, tapi ya masih mengerjakan banyak hal juga.

Terus saya tanya, Icong kalau gitu nanti disangka cari muka dong sama rekan kantor lain. Beliau bilang, saya bukan cari muka, saya cari ILMU. Kita itu bukan ROBOT, yang kerjanya A saja, saya mau belajar juga yang lain, barang kali suatu saat bisa jadi consultant pas pensiun. Begitu kata beliau. Beliau selalu jadi orang kepercayaan boss dan owner dari perusahaan, tiap kali cari pekerjaan baru sangat-sangat mudah, karena referensinya selalu baik dari perusahaan lama.

Beliau bekerja diperusahaan Multinasional saat ini, usianya sudah hampir pensiun. Tapi beliau masih RAJIN sekali bekerjanya. Kalau saya lihat sih beliau kayaknya HOBBY kerja. Hahahaha.

Jadi ya kalau mau gampang dapat kerjaan, kuncinya satu, jadilah orang yang rajin, ringan tangan membantu orang lain, tidak perlu hitung-hitungan ini kerjaan gue apa bukan. Ya tapi ini preferensi saya saja, kalau ada yang tidak setuju ya gak apa-apa juga. Ini murni hanya suggest dari saya, yang saya juga pelajari dari saudara saya ini. Buktinya sudah ada, tinggal kita mau jalankan atau tidak.

Semoga sukses dan sehat selalu rekan-rekan sekalian.

Penulis : William Wijaya > https://www.linkedin.com/in/william-wijaya-411339105/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Biasakanlah Terukur

Beberapa hari yang lalu ada diskusi di threadnya teman soal kata pengantar skripsi/thesis/disertasi. Ada yang bercerita kata pengantarnya thesis teman, ada ucapan terima kasih kepada Tuhan, lalu ke nabi, lalu pembimbing dst. Teman itu atau pembimbing menyarankan untuk dihilangkan ucapan terima kasih yang kurang relevan. Tapi si penulis karya ilmiah itu tidak mau.

Ternyata saya juga mengalami. Berbeda sedikit, bukan ucapan terima kasih tetapi di awal kata pengantar, setelah mengucapkan puji syukur pada Tuhan (yang ini ok), lalu diikuti dengan “Tidak lupa salawat dan salam Penulis curah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiah.”

Sebagai pembimbing saya sarankan kalimat itu dihapus. Bukan saya tidak suka dengan kalimat itu, tetapi kalimat itu tidak relevan dimasukkan dalam pengantar karya ilmiah. Apa bedanya dengan kata2 pengantar dalam pengajian?

Nanti kayak Cipta Karya bikin spanduk “Utamakan sholat baru keselamatan”. Padahal itu soal safety di tempat kerja, kok ya bawa-bawa sholat. Lagi pula apa bisa kita sholat kalau nggak selamat?

Tidak terbatas ini. Banyak kita jumpai visi misi sebuah kota atau kabupaten sering kali berisi kata-kata indah penuh dengan nafas keimanan. Bagus sekilas. Tapi jika dipikir, sulit dicapai. Sejauh ini saya tahu bu Risma yang visi misi kotanya operasional, tidak muluk-muluk. Ini tentu tidak lepas dari siapa para penasehat dan staf ahlinya.

Mengelola kota saya kira harus dibiasakan membumi, saintifik. Jadi semua bisa diukur, dilihat ketercapaiannya, hasilnya dirasakan masyarakat langsung. Jangan mengelola kota dengan bahasa langit.

Misal di Beijing, dilakukan simulasi curah hujan , daya tampung sungai, kecepatan resapan tanah, lalu dicari cara agar tidak terjadi banjir dengan hitung-hitungan ilmiah dan masuk akal. Atau di Australia dihitung persediaan air bersih, jumlah penduduk dan pemakaian air bersih, sampai kapan air itu bisa mencukupi kebutuhan penduduk secara dinamis sesuai perkembangan jumlah penduduk.

Saya kira kita harus membiasakan bicara yang jelas-jelas, dan masuk akal saja sesuai konteks. Bahkan di beberapa visi misi Perguruan Tinggi atau di UUD pasal 31 tentang pendidikan, tujuan pendidikan kita terlalu sulit dicapai.

‘Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.’ Nampaknya bagus. Tapi kita kesulitan menjelaskan gimana ciri-ciri manusia bertakwa dan beriman. Jika kita sulit menjelaskan maksudnya maka akan lebih sulit lagi mewujudkannya.

Peter Drucker ahli manajemen sering mengatakan “you can’t manage what you can’t measure”( kamu tidak bisa mengelola sesuatu yang kamu tidak bisa mengukurnya). Maka penting membuat suatu statement baik itu visi misi atau tujuan yang terukur dan bisa dicapai dengan rentang waktu tertentu.

Jangan nggladrah kemana-mana hanya untuk indah dibaca, tapi sulit dimengerti apalagi dicapai.

Salam rahayu….

Penulis : Budi Santosa Purwokartiko > https://web.facebook.com/Budi.Santosa.Klaten/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Atasan Mbencekno

Biasanya kalau atasan yang dibenci akhirnya resign.
Muncullah kegembiraan bersama. 🙂
Ada yang sampai extreme, tumpengan bersama.
Perasaan lega terbebas dari atasan yang “mbencekno”.

Berapa lama perasaan lega?
Mungkin 1 bulan / 2 bulan? atau sekian bulan.

Dan ternyata diganti atasan baru, berharap lebih baik.
Kenyataannya, jauh lebih parah dari yang lama.
Perasaan lega jadi hilang berganti dengan “kok enak dulu ya, dulu bisa begini begitu”.
Akhirnya merindukan masa lalu kepemimpinan atasan yang dulunya “mbencekno” itu. Muncul reuni bersama dengan mantan atasan, dan menggosip atasan baru (yang mendadak dibenci bersama). Dan atasan lama yang masih kepo berharap atasan baru tidak lebih baik dari dia (tanpa mengetahui dulunya mantan anak buah sempat tumpengan bersama saat dirinya resign).

Hidup memang seperti itu.
Selalu yang muncul adalah ketidakpuasan, tidak bersyukur.
Ekspektasi terhadap kesempurnaan terlalu tinggi.
Tapi tidak menyadari bahwa dirinya juga jauh dari sempurna.

Jadi…
Siapapun atasan anda. Betapa “mbencekno”, betapa tidak disukai.
Jangan biarkan hal itu mengganggu performance anda.
Pastikan karier anda terus naik.
Siapapun atasan anda.
Karena you work for yourself.
Your success is depending on your own decision.

Penulis : Ang Harry Tjahjono > https://www.linkedin.com/in/angharrytjahjono


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Cerdas sebelum Resign

Ketika Anda proses mendapatkan kerja baru, sementara anda masih kerja, sebelum terima Offering Letter / Surat Tawaran Kerja, ….. jangan sekali – kali resign!

Hal-hal di dalam offering letter yang perlu disetujui sebelum pindah kerja :

  1. Posisi & level di tempat baru
  2. Gaji (basic; tunjangan; asuransi; fasilitas seperti komunikasi/ bensin/ parkir/ tunjangan dinas, dll)
  3. Status (kontrak / probation)
  4. Tanggal mulai join
  5. Jobdesk (jika ada, seringannya tidak ada)
  6. Hal-hal lain

Resiko yang beberapa kali saya alami ketika rekruitmen dengan klien.

  1. Gaji tidak sesuai pas intervew
  2. Kontrak tidak ditentukan berapa lama.
  3. Beberapa lainnya saya lupa. Mohon maaf

Sebagaimana yakinnya anda, atau bila intervewer menjanjikan kepada anda, anda pasti diterima, walau dia orang yang anda kenal sekalipun, jangan resign sampai offering letter keluar dengan tanda tangan hrd atau presdir.

Tips :
Jika memang perusahaan tersebut tidak mengeluarkan Offering Letter, maka buat HRD tersebut mengeluarkan pernyataan tertulis bisa lewat Whatsapp atau email, yang mana bisa dipertanggungjawabkan sebagai bukti IT. Sebagai jaga-jaga, bilamana ternyata akhirnya anda dicancel join, sementara anda sudah terlanjur resign.

Penulis : Harry Hermawan > https://www.linkedin.com/in/harryhermawan


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Potensi Gaji Seorang Karyawan

Pernah wondering nggak, gaji yang kamu terima sekarang sudah pantas atau belum?

Pernah tidak berandai-andai, sebagai karyawan, how much money you can possibly earn? Berapa sih gaji yg “mungkin” kamu capai?

PERSOLKELLY dalam Salary Guide Indonesia 2021 punya pemaparan menarik.

Walaupun tiap industri punya range yg berbeda, in overal kira-kira seperti ini:

  • Entry Level punya gaji bulanan di kisaran 4.5 – 6 juta (sedikit di atas UMR).
  • Potensinya bisa menjadi 20 – 35 juta kalau mencapai Mid Manager level.
  • 45 – 75 juta when you are a Senior Manager/GM.
  • 100 – 250 juta kalau kamu seorang Director
  • Dan 250 – 450 juta untuk seorang CEO/Presdir.

Bisa check detailnya di Salary Guide yang banyak bertebaran di internet.

Kalau belum cocok (alias kok lebih kecil?) please jangan sedih dulu. Ini disusun PersolKelly berdasarkan pengalaman klien mereka mendapatkan talent. Dan tau dong, kalau perusahaan yg pake Head Hunter sekelas mereka, pastilah perusahaan bonafit, so nggak heran kalau gajinya juga agak-agak on the high side.

Tapi point-nya adalah bukan cocok atau tidak gajimu sekarang, tapi lihatlah potensi penghasilan-mu, sekarang dan jika kamu naik level.

Fokus pada bagaimana kamu bisa naik level. Create your own Spotlight to get promoted. Work hard enough to earn it!

So, target di umur berapa bisa tembus gaji 100 juta?

Yang sudah tembus jangan pelit ilmu ya, yuk sharing tips n tricks nya.

I’ve shared based on my own experience here: https://blog.etraining.id/create-your-own-spotlight/

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Create Your Own Spotlight

Ada orang yg selalu terlihat “beruntung” di sepanjang karier nya:

  • disukai atasan,
  • mendapatkan pelatihan2 bergengsi,
  • sering diberi reward & recognition,
  • menjadi fast-track dalam jalur promosi,
  • dll.

Tak sedikit juga yang bernasib “sial” : gelap merundungi seluruh karier nya. Sebanyak apapun yang dikerjakan, tidak mendapat perhatian yg pantas dari management.

Tapi, benarkah “hanya” perkara nasib beruntung dan sial?

Ada 50% kans memang karena nasib.
50%nya lagi? You have to make your own “nasib”.

Atasan/Direksi/Management, mereka itu super sibuk, banyak sekali yg harus mereka pikirkan, so don’t expect them to spot you by chance, you have to CREATE YOUR OWN SPOTLIGHT! for them to notice you!

Caranya?
Tanpa bermaksud menggurui, setidaknya ada 6 cara to “sparks” attention:

JADILAH FAKTOR PEMBEDA

Jadi berbeda membuat lebih mudah dikenali. Tapi jangan sekedar berbeda, jadilah “faktor”nya. Jadilah penggerak dari perbedaan itu.
“Sejak ada si A, departemen X jadi lebih ceria nih, kerjanya lebih bersemangat”.

SHOWCASE PERBEDAAN ITU

Carilah Pembeda2 yg berdampak positif dan bisa langsung di spot on.
KPI, 5S, SOP, Productivity, dan target2 lainnya.

Buat visual management untuk pencapaian2 itu. “Pura-pura” minta advice ke atasan (padahal tujuannya “pamer” ☺️).
Pastikan “before” dan “after” nya persis bersandingan agar menambah efek wow.

PERMUDAH URUSAN ATASAN

Cari tau atasanmu paling pusing dengan urusan apa. Pasti ada 1-2 masalah yg selalu ia keluhkan. Help him solved that.

Permudah juga urusan dia yg lain, misalnya jangan sungkan untuk bantu beliau membuat excel atau powerpoint. Be always helpful to him/her.

Tapi jangan sampai mempermudah urusan atasan, tapi impact nya mempersulit urusan rekan lain ya. Disini kita bukan mau jadi “penjilat”.

KOREKSI ATASANMU

Atasan juga manusia, pasti pernah salah. Dia juga perlu di “koreksi”.

Tapi, bukankah kalau kita “mengkoreksi” atasan, justru bisa berimpact negative, misalnya beliau menjadi marah karena merasa ada yg “sok pintar”.

Disinilah seni/ketrampilan komunikasimu diuji 😎

Sama ketika atasan yg baik “memarahi” bawahannya tidak di depan umum, begitulah cara bawahan yg baik “mengkoreksi” atasannya.

Jangan lupa, bilang maaf di awal dan akhir pembicaraan.

Lebih elegan lagi kalau bisa tampak seperti kita yg sedang meminta advice ke beliau.

BERITAHU ATASAN APA MAUMU

Sebagus apapun kamu di mata atasan, kalau dia tidak tau apa maumu, tetap saja kamu ngga akan dapat apa-apa.

Jadi buang jauh-jauh rasa sungkan.

Apa passion-mu, career aspiration-mu, mau jadi apa 3-5 tahun ke depan, make sure they know!

Bahkan ketika kamu berambisi menggantikan beliau, let them know!

Mungkin dia akan kaget, tapi kalau kamu berpotensi, kamu bukan hanya dapat support dari beliau, tapi juga restunya!

BERDOA

Last but not least, kalau sudah berusaha, jangan lupa berdoa. Sebagus apapun usaha manusia, ada highest forces yang menaungi dan merestui usahanya.

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Nadiem Makarim, Rendhy Ardya dan Anda

Kalau saya tidak pernah merekrut Rendhy Ardya dan bekerja dengannya, saya mungkin akan bergabung dengan mereka yang mencibir Pak Nadiem Makarim, saat mendengar beliau ditunjuk Pak Jokowi menjadi Menteri Pendidikan.

Saya bertemu dengan Rendhy sekitar 9 tahun yang lalu dalam sebuah event Recruitment on Campus, untuk posisi Management Trainee. Dia adalah lulusan dari Teknik Nuklir, Universitas Gadjah Mada.

Masuk ke Puninar Logistic, perusahaan tempat saya bekerja saat itu, Rendhy ditempatkan di bagian Management Development. Jika saya bermain ke ruangannya, bertemu dia di kantin Belaconte (Belakang Container) atau ngobrol dengannya di sela-sela Raker. Obrolan kami tidak jauh dari Strategic Management, Balance Scorecard dan sejenisnya.

Beberapa tahun kemudian, saya mengenalnya sebagai HC Manager di Bukalapak, dan berdecak kagum saat ia meraih penghargaan di HR Excellence Award yang diselenggarakan majalah SWA. Sekarang ia menjabat sebagai General Manager of People at MOKA (dan minggu depan ia akan menerima penghargaan dari SWA sebagai salah satu Indonesia Future Business Leader 2019).

Rendhy itu backgroundnya bukan HR, baik dari sisi pendidikan, maupun dari latar belakang pekerjaan-pekerjaan pertamanya. Lalu, apa yang membuatnya dapat berhasil?

Beberapa minggu lalu saya sempat ngobrol dengannya di Mealyard, sebuah Caffee di bilangan Jakarta Barat. Hari ini, izinkanlah saya mensharingkan apa yang saya catat dari pembicaraan kami, dan pengalaman saya berinteraksi dengannya.

Apa yang membuat kita dapat berhasil, di bidang yang berbeda dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kita sebelumnya?

1. AGILITY 

Seberapa cepat kita dapat menerima, mempelajari dan menguasai hal yang baru. 

Banyak kandidat interview saya yang berkata : ” Saya MENYUKAI hal-hal baru”, sebagian yang lain berkata: “Saya orangnya MAU belajar”

Saya percaya itu, namun sayangnya menyukai saja tidak cukup, passion saja tidak cukup. Kita harus punya AGILITY: kecerdasan mental dan kecerdasan fisik, untuk dapat dengan cepat menguasai hal-hal yang baru.

MAU belajar hal-hal baru saja tidak cukup, kita harus BISA dengan cepat mempelajari hal-hal baru.

Saya masih ingat hasil tes IQ Rendhy yang kami peroleh 9 tahun yang lalu: 139 (Very Superior), hanya selisih satu angka dari jenius (minimal 140).

Apakah ini yang membuat Rendhy mempunyai Agility yang tinggi? Mungkin ya, mungkin juga karena dia aktif mengasah otak kiri dan otak kanannya. Tidak banyak orang yang tahu kalau Rendhy juga aktif bermain musik, suka menari (istrinya penari profesional lho), bisa hafal verbatim gerakan-gerakan group idol kpop korea, dan pernah mengarang buku dengan judul “Lika- liku laki-laki tak laku-laku”

Salute!

2. KERJA KERAS

Untuk menguasai pekerjaan yang berbeda, yang belum pernah kita kuasai sebelumnya, tidak bisa tidak, kita harus kerja keras. Setidaknya dalam bulan-bulan pertama, kita harus bekerja lebih keras dibandingkan dengan rekan-rekan kerja kita, yang memiliki latar belakang pendidikan dan latar belakang pekerjaan yang lebih relevan.

Saya mengenal seorang Marketing Manager Cosmetic, yang tidak punya background di Marketing, dan tidak punya background di Product Cosmetic. Setiap hari, ia pulang bawa buku tebal terkait dengan pekerjaannya. Jadi siang dia bekerja, malam dia belajar lagi, belajar lagi, dan belajar lagi untuk mengejar ketertinggalannya. Itulah yang membuat dia dapat mengejar ketertinggalannya dari rekan-rekan kerjanya, bahkan ketertinggalannya dari anak buahnya.

Cadas!

3. KETEKUNAN

Kita tidak hidup di dunia seribu satu malam, tidak ada shortcut yang bisa kita double click untuk sukses. Jika kita mau berhasil, apalagi di bidang yang berbeda dari bidang kita sebelumnya, kita harus berani malu, tidak takut gagal dan tentu saja selalu bangkit lagi.

Salah satu HR Director client saya, Full backgroundnya adalah sales marketing.

Saya mengagumi kerendahan hati beliau, ketika mengakui sempat merasa malu, saat presentasi di depan BOD, dan salah mengartikan kamus kompetensi.

Tapi toh beliau jalan terus, tidak langsung menyerah atau mengatakan bahwa HR itu bukan bidangnya. Juga ketika menghadapi penolakan dari karyawan dan anggota timnya sendiri. Beliau menaklukkan resistensi dengan persistensi.

Awesome! 

(Diluar dari semua yang saya sebutkan diatas, ada satu lagi yang namanya Bakat, namun soal bakat ini, kita bahas nanti ya)

Lanjut ke pertanyaan berikutnya, apakah Pak Nadiem Makarim punya 3 kriteria yang saya sebutkan diatas? Saya rasa teman-teman yang bekerja di Gojek lebih bisa menjawabnya ?

Bagaimana dengan Anda? Anda yang bertanya kepada saya, tentang bekerja diluar jurusan dan latar belakang pengalaman Anda….. Anda yang melamar di posisi yang jauh berbeda dari Track Record yang tercatat di CV Anda……

Sudahkah Anda memilikinya?

Have a Great Weekend Great People

Be Blessed

Milka Santoso > https://www.linkedin.com/in/milkasantoso/

Great to Great Consultant


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Sudah Tidak Kompeten, Tak Merasa Pula..

Monika kesal bukan kepalang. Hari ini ia pulang ke rumah dengan membawa penat selepas menembus macet Jakarta yang makin parah. Harapan untuk beristirahat dengan nyaman di rumah menjadi pupus manakala menyaksikan kalau rumahnya terasa berantakan. Sementara Inem, sang asisten rumah tangga barunya tampak asyik bercengkerama dengan sejawatnya dari rumah sebelah.

Monika pun memanggil Inem dan menegurnya kenapa rumah masih berantakan. Dengan wajah polos, Inem menjawab“Mau dirapikan seperti apa lagi bu? Ini kan udah rapi banget.” Kejengkelan Monika makin bertambah karena Inem tidak merasa keliru, malah merasa sudah bekerja dengan baik..

Belum sempat menjawab, mata Monika keburu melihat tumpukan pakaian yang baru dikeluarkan dari mesin cuci. Mata nya terbelalak melihat baju putih kesayangannya terkena luntur dari kaos olahraga anaknya. “Mbak, kamu kan harusnya tahu kalo cuci baju tidak boleh dicampur antara pakaian putih dan berwarna !” Habis itu Monika speechless dan masuk ke kamarnya.

Menjelang tidur Monika curhat panjang lebar sama suaminya. Namun dengan kalem suaminya hanya komentar “Apa sebelumnya kamu sudah ajari dia belum? Kalau belum, ya bukan salahnya Inem” sambil terus meneruskan membaca buku.

Monika sebel, tapi ia pun mengingat-ingat bahwa memang dia belum pernah mengajari Inem menjalankan tugasnya. Dia pikir karena Inem itu Asisten Rumah Tangga yang dikirim ibunya, seharusnya dia sudah tahu bagaimana melaksanakan tugasnya.

Dalam kehidupan korporasi, seringkali ditemukan karyawan yang tidak kompeten dan tidak memahami bagaimana menjalankan tugas dan pekerjaannya. Namun tidak jarang mereka malah tidak merasa kalau mereka tidak kompeten, justru mereka merasa sangat kompeten.

Ini yang dikenal sebagai Kruger-Dunning Effect bahwa orang yang tidak kompeten akan :

  1. gagal menyadari kekurangan skill mereka sendiri
  2. gagal mengenali kelebihan orang lain
  3. gagal menyadari tingkat ketidakmampuan mereka sendiri
  4. baru menyadari dan mengetahui kekurangan skill mereka setelah diberikan pelatihan untuk peningkatan skill tersebut

Pemahaman Kruger Dunning effect penting disadari oleh setiap Manager dan dampaknya terhadap pekerjaan.

Sebagai contoh kita ambil proses promosi menjadi manajer. Untuk orang yang telah dipromosikan menjadi Manajer, maka wajar semua pihak akan menganggap dan berharap ia memahami apa tugasnya dan kunci sukses yang diperlukan sebagai seorang manajer. Nah, pada saat sang Manajer tidak kompeten semua orang akan bertanya bagaimana proses promosi nya?

Dalam prakteknya, proses promosi ada 3 situasi :

  1. Promosi dilakukan karena karyawan tersebut sukses di posisi sebelumnya dan telah dievaluasi bahwa ia menguasai keahlian dan kompetensi di posisi barunya. Ini adalah situasi yang sangat ideal.
  2. Promosi dilakukan karena karyawan telah sukses di posisi sebelumnya sehingga diasumsikan ia akan mengulang sukses di posisi barunya. Padahal belum tentu ia menguasai dan memiliki keahlian di posisi baru nya.
  3. Promosi dilakukan karena posisi tersebut harus segera diisi dan tidak ada kandidat lain.

Dalam proses promosi ini terkadang prakteknya tidak melibatkan karyawan yang dipromosikan itu sendiri. Sehingga akibatnya, karyawan tersebut tidak tahu, apakah ia dipromosikan karena situasi yang mana. Mulailah karyawan berasumsi.

Bisa jadi, walaupun faktanya situasi ke-3 yang menjadi alasan promosi, tapi dia berasumsi, bahwa dia dipromosikan karena situasi ke-1 yang ideal tadi. Bila hal ini terjadi, maka yang disimpulkan oleh Kruger dan Dunning pun ikut terjadi.

“Sudah Tidak Kompeten, Tak Merasa Pula”

Oleh karena itu, apapun alasan dan situasi promosinya, terlepas dari persiapan sebelum promosinya, sangat penting dan kritikal bagi atasan untuk selalu memberikan coaching kepada bawahannya (lihat Silabus Coaching for Optimal Performance ).

Selalu memberikan pembinaan dan bimbingan bagaimana cara menjalankan tugas dan mencapai sasaran dalam jabatan yang disandang saat ini. Hal ini untuk memastikan bahwa memang karyawan kita memahami dan menguasai pekerjaan barunya. Jangan sampai karyawan kita PeDe hanya karena tak sadar kalau ia belum mampu.

“ignorance more frequently begets confidence than does knowledge” – Charles Darwin (1871)

Dan Monika malam itu tidur dengan resolusi untuk mengajari Inem, bagaimana merapikan rumah dan mencuci pakaian yang benar.


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Sleeping With The Enemy

Sebagian Anda tentu familier dengan judul film thriller awal 1990-an di atas yang dibintangi Julia Robert. Kisahnya lumayan menegangkan, tentang seorang istri yang berjuang menyelamatkan diri menghadapi suami yang berkepribadian ganda.

Kadang lembut, tetapi kali lain sangat kasar. Sebagaimana layaknya film-film Hollywood, film tersebut berakhir happy ending. Sang istri akhirnya berhasil menyelamatkan diri dan memperoleh pasangan baru yang baik hati.

Sayang, kehidupan kita tak selalu seperti film-film Hollywood. Banyak di antara kita terpaksa menerima kenyataan yang berbeda: harus rela hidup bersama dengan pesaing sepanjang waktu, Sleeping with the Enemy.

Dalam bisnis, itu adalah biasa. Dalam dunia perbankan, dulu bank menghabiskan miliaran rupiah untuk membuat jaringan mesin ATM di mana-mana. Akan kelihatan lebih gagah ketimbang pesaingnya kalau memiliki ribuan ATM yang ada di mall, minimarket, hingga tikungan jalan.

Kini sebaliknya, bank-bank sadar bahwa uang Rp 500 juta yang tersimpan dalam mesin ATM tidak produktif jika tingkat utilisasinya rendah. ATM malah menjadi cost, bukan sumber pendapatan.

Maka, ketimbang terengah-engah menyiapkan dana untuk membangun ATM, lebih baik berkolaborasi. Kini satu ATM bisa digunakan banyak bank yang tergabung dalam salah satu jaringan. Dalam bisnis, perilaku semacam itu kita sebut koopetisi. Bekerja sama, tetapi sekaligus berkompetisi.

Di industri otomotif, koopetisi bahkan dilakukan dua raksasa otomotif dunia, General Motors dan Toyota. Keduanya bekerja sama mengembangkan fuel cell cars yang menggunakan bahan bakar hidrogen.

Edge of Chaos

Dalam politik, fenomena Sleeping with the Enemy malah lebih terang benderang. Hari ini beberapa partai mendukung pasangan capres tertentu, beberapa hari ke depan mungkin sudah mengalihkan dukungannya ke capres lain yang kemarin dihina dina. Karena itu, dikenal ungkapan, hari ini kedelai, esoknya tempe atau tauge.

Kita yang berada di luar, sinis melihatnya: oportunis, tidak berpendirian. Tapi, begitulah politik, hanya kepentingan yang abadi. Lain-lainnya boleh disesuaikan dengan kebutuhan. Maka itu, sulit bagi politisi demikian mendapatkan respek publik dalam kehidupan sehari-hari.

Sleeping with the enemies bukan perkara mudah. Bayangkan, berkolaborasi dengan pesaing. Sebagian cemas karena pesaing bisa mengintip kelemahan kita. Dalam kasus ATM tadi, bank pemilik jaringan tentu bisa mengetahui kekuatan bank atau perilaku nasabahnya, berapa banyak nasabah ATM-nya, dana yang berputar, dan sebagainya. Kalau sudah tahu, bank-bank besar bisa menggunakan informasi tersebut untuk akuisisi, misalnya.

Kecemasan semacam itu menempatkan kita pada posisi yang saya istilahkan dengan edge of chaos. Itu adalah kondisi yang menempatkan kita di ambang kekacauan. Sederhananya begini. Setiap pagi kita selalu berada pada posisi itu. Kita harus memutuskan untuk tetap berada di rumah atau meninggalkan rumah yang berarti menembus belantara kemacetan dan siap menghadapi kekacauan lainnya.

Keduanya punya risiko. Memilih tetap di rumah nyaman, tetapi tidak mendapat nafkah untuk keluarga. Sementara itu, memilih meninggalkan rumah berarti siap tersiksa dengan kemacetan yang menggila dan memperoleh ganjarannya.

Bagi saya, mereka yang berani menempatkan diri pada posisi edge of chaos dan berani menghadapinya, adalah cermin perilaku para pemenang. Kalau sudah begitu, kita akan menikmati keterampilan self organizing, nanti semua akan tertata dengan sendirinya, secara otomatis.

Sekarang, Anda mau jadi yang mana?


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Pimpinan

Dunia bisnis beruntung kalau berhasil mendapatkan CEO yang hebat. CEO-CEO itu mampu membalikkan kerugian menjadi keuntungan dan keharuman. Dari tidak jelas arahnya menjadi fokus, efisien, dan kaya inisiatif.

Saya ajak Anda untuk mengenal beberapa. IBM, misalnya, sempat terpuruk pada 1990-an, saat dipukul DEC, dan pembuat komputer mini. Harga sahamnya melorot dari USD 43 (1987) menjadi USD 13 (1993) karena pasar tak percaya terhadap masa depan big computers. IBM beruntung karena berhasil mendapatkan Lou Gerstner (1993). Kini porsi hardware dan financing IBM tinggal di bawah 20 persen, sedangkan bisnis software-nya mendekati 50 persen.

Nissan lain lagi. Pada akhir 1999 mereka nyaris bangkrut. Utangnya mencapai Rp 200 triliun. Lalu, masuklah Renault yang membeli 37 persen saham Nissan, dan ngotot agar diberi opsi memilih CEO. Renault menunjuk Carlos Ghosn. Itu jelas tidak lazim bagi perusahaan Jepang, tabu dipimpin seorang gaijin, orang asing.

Maka, Nissan ngotot menolak. Sebaliknya, Renault bersikeras. Akhirnya Renault yang menang. Bagaimanapun, perusahaan yang tengah sekarat melemahkan daya tawar. Begitulah, akhirnya Goshn pun memimpin Nissan.

Menepis Status Quo

Apa yang dilakukan Goshn mirip CEO kita kala memimpin perusahaan yang tengah bermasalah. Intinya, membawa perusahaan keluar dari perangkap status quo, menemukan masalah utamanya, dan menyusun strategi penyembuhan.

Hampir semuanya memulai dengan membangun sense of urgency.

Itu jugalah yang dilakukan Emirsyah Satar di Garuda Indonesia. Kalau Goshn membuat Nissan Recovery Plan dengan strategi revitalisasi produk dan efisiensi habis-habisan, termasuk menutup pabrik yang tidak produktif, Emirsyah Satar mengarahkan revitalisasi internal menuju perusahaan publik yang transparan.

Selanjutnya Goshn membentuk tim inti untuk memastikan semua rencana pemulihan tersebut tereksekusi. Di Garuda Indonesia, semua eksekusi dipantau dan dipimpin langsung oleh Emirsyah Satar.

Hasilnya, kedua perusahaan itu mampu keluar dari krisis dan berubah menjadi perusahaan bereputasi tinggi. Garuda Indonesia kini dikenal sebagai premium airline dengan pengakuan awak kabin terbaik. Saya dengar gadis-gadis muda di Jepang (termasuk salah seorang Miss Japan) dan Korea berebut ingin menjadi stewardess Garuda.

Di Pelindo (IPC) kita mempunyai putra Rote, R.J. Lino, yang punya pengalaman sebagai eksekutif pada pelabuhan internasional di luar negeri. Lino membongkar kebiasaan lama, memperbarui pelabuhan (New Tanjung Priok) dengan investasi-investasi baru, dan meremajakan manajemen perusahaan. Hasilnya, profitabilitas perusahaan dan produktivitas meningkat. Kelak Indonesia akan memiliki pelabuhan yang minimal sejajar dengan negeri tetangga.

CEO yang tak kalah fenomenal adalah Ignasius Jonan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Sejak Februari 2009 perusahaan itu merugi. Berbeda dengan CEO Barat yang menggunting birokrasi dan mengurangi gaji, Jonan justru memulainya dengan menaikkan remunerasi tiga kali lipat.

Bagaimana perusahaan yang merugi bisa menaikkan remunerasi? Saya pun bingung, tapi faktanya bisa karena terlalu banyak inefisiensi yang bisa diselamatkan dengan bekerja keras. Mereka juga berubah dari product oriented ke customer oriented.

Anda tahu apa kunci sukses CEO-CEO itu? Sederhana: buat rencana, kerjakan, dan awasi pelaksanaannya. Kalau mau ditambahkan lagi, selain leadership yang kuat, mereka punya entrepreneurship. Maka, kesalahan perguruan tinggi kita dewasa ini sederhana saja, menyamakan entrepreneurship sebagai entrepreneur. Padahal, entrepreneurship dibutuhkan bukan semata-mata untuk menjadi entrepreneur.

Dari beberapa cerita tadi, semua masalah bisa selesai kalau kita mampu memilih pemimpin yang tepat. Di buku Cracking Zone saya menyebut pembaharu itu sebagai the cracker, bukan sekadar leader.


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”