eTraining Indonesia

6 Hal Yang Perlu Dihindari Untuk Karir Baru Kamu

Bismillah..

Siapkan pengetahuan ini dari sekarang ya.. Based on my experiences, tidak ada satupun employee (atau bahkan entrepeneur, writer, atau profesi lain), yang akan berhasil dan sukses jika melakukan 6 hal dibawah ini..

Tentunya masih banyak lagi karakter lain, hanya saja yang pernah saya temukan, mostly 6 karakter atau sikap di bawah ini..

So lets check this out, save dan bagikan kepada jaringan kamu supaya kebaikan nya menyebar..

Overworking

Jangan biasakan lembur untuk membuat atasan kamu terkesan. Lakukan lembur kalau memang pekerjaan kamu benar-benar tidak bisa diselesaikan hari itu juga.

Jika memang kamu banyak lembur, cek lagi, apakah beban kerja kamu normal? Jika tidak normal, coba bicarakan dengan atasan kamu baik-baik dan cari solusinya.

Sering Izin atau terlambat

Saat menjadi newbie, hal yang pertama kali dilihat adalah kedisiplinan kamu. Dengan disiplin, kamu akan terlihat memiliki karakter dan bertanggung jawab.

Tepat waktu dan memenuhi jam kerja adalah salah satu bentuk tanggung jawab.

Tidak mengakui kesalahan dan menyalahkan orang lain

Saat kamu melakukan kesalahan, jangan pernah menyalahkan orang lain.

Akui saja dan berjanji untuk tidak melakukan lagi di masa depan. Ini akan membuat kamu terlihat profesional dan open minded.

Grumpy dan sering mengeluh akan pekerjaan

Tidak ada pekerjaan yang santai, mulus, dan bebas tekanan.

Setiap pekerjaan pasti ada suka dan dukanya. Usahakan untuk tidak sering mengeluh, baik dengan teman kerja maupun di media sosial.

Sering mengeluh menunjukkan kamu belum cukup tangguh dalam menghadapi dunia pekerjaan.

Prokastinasi

Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Ini bakalan menjadi bumerang buat kamu.

Saat ada tugas, kerjakan saat itu juga. Karena menunda pekerjaan efeknya seperti bola salju, semakin lama semakin besar dan akhirnya akan menggulung kamu.

Obral kata resign

Sedikit dikit bilang resign.

Ada kesulitan, bilang mau resign. Ada yang ngomongin jelek, minta resign. Tapi gak resign-resign.

Sikap ini tentunya tidak menunjukkan profesionalisme. Bekerja adalah siap dengan bentuk perbedaan pendapat, tanggung jawab, dan profesional.

Penulis : Anna Yuliani > https://www.linkedin.com/in/anna-y-6a73b8a6/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


6 Hal Yang Perlu Dihindari Untuk Karir Baru Kamu Read More »

Tips Melamar Kerja

Tip ini (mungkin) bermanfaat bagi Bapak, Ibu, atau rekan-rekan berstatus #jobseekers tetapi merasa agak kesulitan mendapatkan pekerjaan yang diharapkan.

Berkaca ke pengalaman saya sebelum ini, ketika masih berstatus sebagai karyawan saya nyaris tidak pernah bekerja di perusahaan yang cukup terkenal (minimal di kala itu), tapi syukur alhamdulillah proses rekrutmen yang dijalani selalu relatif cepat dan lancar.

Kuncinya sebetulnya sederhana, karena saya menyadari meski lulus kuliah dari salah satu universitas top di Indonesia, tapi IPK saya yang sungguh mengenaskan akan menghambat saya untuk bersaing di perusahaan-perusahaan papan atas yang menjadi incaran semua lulusan terbaik universitas baik dalam maupun luar negeri.

Itulah sebabnya sejak sebelum lulus kuliah saya selalu rajin membaca berita di koran/majalah dan membangun network untuk mengetahui perusahaan-perusahaan lokal yang relatif masih kecil, tapi bisnisnya menarik.

Di perusahaan pertama, saya mendapat informasi kalau sebagai startup mereka belum memiliki Legal Officer, padahal bisnis mereka terkait dengan bursa saham, akhirnya saya melamar kesana dan diterima, meski dengan gaji ala kadarnya — tapi saya berpikir toh ini kesempatan saya untuk bekerja, belajar, dan dibayar.

Setelah beberapa waktu, saya ingin menjajaki apa rasanya bekerja di sebuah law firm.

Saya tidak melamar ke law firm yang sudah mapan, tapi saya mencari law firm yang baru berdiri kurang dari dua tahun dan mengirimkan lamaran langsung ke Managing Partner (yang kebetulan alamat emailnya tercantum di website).

Sebuah kebetulan ketika law firm tersebut memang sedang mencari tambahan tenaga karena sedang menangani proyek legal due diligence yang cukup besar, maka saya pun direkrut meski dengan IPK yang mengenaskan — dan mendapat take home pay nyaris empat kali lipat dari gaji saya sebelumnya.


Perusahaan mapan dengan nama besar yang sudah dikenal publik akan selalu diminati ribuan pelamar dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi.

Sebaliknya perusahaan yang mungkin belum terkenal dan skalanya lebih kecil cenderung lebih terbuka dan seringkali memiliki peluang yang lebih baik karena jumlah pelamar yang relatif jauh lebih sedikit.

Kalau ada yang protes, “Tapi perusahaan kecil gajinya juga kecil.”

Ya kembali ke pilihan masing-masing, saya selalu berprinsip 50% dari ekspektasi gaji yang DIBAYARKAN itu jauh lebih baik daripada 100% dari ekspektasi gaji yang cuma dibayangkan.

Kadang kita harus berkompromi, tergantung dari skala prioritas yang dihadapi saat ini.

Pahami “4-Selves” (Core, Skilled, Extended, dan Communicated) seperti yang dibahas di Seri 3 dari trilogi saya, identifikasi perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria di atas, lalu jalin koneksi dan relasi di Linkedin dengan para karyawan kunci disana

Selama kita bisa dengan jelas memberikan gambaran ‘value’ apa yang bisa diberikan ke perusahaan, saya yakin tip ini juga ampuh untuk Bapak, Ibu, dan rekan-rekan dalam mendapatkan pekerjaan baru.

Penulis : Haryo Suryosumarto > https://www.linkedin.com/in/haryo/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Tips Melamar Kerja Read More »

Salahkah Interviewee Menjawab Pendek-pendek

Beberapa waktu lalu saya memperhatikan adanya postingan yang menyayangkan Kandidat Pelamar Kerja yang hanya menjawab pendek-pendek.

Saya tidak tahu situasi kondisi saat itu.
Namun, ada 1 hal yang ingin saya luruskan di sini.

Kalimat yang panjang dan pendek sebetulnya bukan akar isunya. Akar isunya adalah kalimat yang disampaikan tidak membuat Rekruter mendapatkan info/data/fakta yang dicarinya atau yang ingin dikonfirmasi/diklarifikasinya.

Kalimat bisa panjang atau bisa pendek, asalkan sudah menyampaikan maksudnya dan bisa dipahami Rekruter.

Saya sekarang bahas 2 kemungkinan penyebab terjadinya keTIDAKEFEKTIF-an dan atau keTIDAKEFISIEN-an pada proses tanya jawab di interview tersebut.

Kemungkinan pertama adalah ada kesalahan dari sisi Rekruter.

Pertama, tidak berhasil menenangkan Kandidat Pelamar Kerja.

Yup! Ini juga merupakan tugas Rekruter. Tepatnya berbagi tugas dengan Kandidat.

Kandidat perlu menenangkan dirinya, Rekruter harus memfasilitasi supaya Kandidat bisa tenang. Bukan dengan ekspresi wajah datar dan gestur meragukan/merendahkan yang mungkin tidak disadari.

Rekruter sebaiknya bisa menentramkan Kandidat. Bila masih belum bisa, berarti inilah area yang masih perlu dikembangkan sebagai Rekruter.

Kedua, menggunakan pertanyaan tertutup dengan ekspresi wajah dan gestur “menutup diri”.

Kalo pertanyaan tertutup, jelas jawabannya akan pendek dan hanya sesuai pertanyaan saja. Rekruter harus banyak latihan bertanya “terbuka”.

Ketiga, karena keterbatasan waktu yang ada, Rekruter cenderung membatasi pertanyaan elaborasi.

Rekruter merasa “Yang Perlu” adalah Kandidat. Jadi, mereka harus jawab sejelas-jelasnya. Mindset ini harus diubah. Perusahaan butuh karyawan juga.

Nah, kalo ketiga hal itu tidak Rekruter lakukan, maka kesalahan terletak pada Kandidat.

Pertama, kandidat tidak berhasil tenang.

Kandidat mungkin takut gagal yang merupakan trauma interview-interview lalu. Termasuk, kandidat takut jawabannya salah sehingga sangat berhati-hati merangkai kata satu per satu, sehingga interview terkesan sangat kaku.

Rekruter sudah benar menggunakan jenis pertanyaan terbuka dengan ekspresi wajah dan gestur “membuka diri”.

Kedua, kandidat merasa biasa saja.

Nah, kesalahan kedua Kandidat adalah merasa bahwa pengalaman kerjanya yang lalu biasa-biasa saja (Tidak ada yang perlu diceritain panjang lebar), atau merasa bahwa jawabannya sudah bisa dipahami oleh Rekruter.

Ditambah lagi, mereka sedang takut.

Kesalahan ketiga adalah tidak persiapan sebelum interview.

Kalimat yang pendek & kepanjangan bukanlah inti masalah. ASAL, kalimat pendek/panjang ini sudah membuat Rekruter mendapatkan apa yang ingin diketahui, atau ingin dikonfirmasinya/diklarifikasinya.

Solusi untuk isu no 1- 3 ? Latihan menulis jawaban !

Latihan menuliskan jawaban ini menyiapkan memori Anda tentang pengalaman kerja yang PENTING & yang BUKAN BIASA-BIASA saja dan sekaligus memastikan kalimat Anda efektif dan efisien.

Semoga bermanfaat.

Penulis : Handoko Gani, MBA. > https://www.linkedin.com/in/handokogani/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Salahkah Interviewee Menjawab Pendek-pendek Read More »

Sama-sama Fresh Graduate, Kenapa Gajinya Berbeda?

Ternyata, konsep penggajian itu jauh lebih kompleks dari yang saya kira saat baru lulus kuliah dulu.

Tadinya saya kira, gaji atasan selalu lebih besar dari gaji bawahannya. Tapi ternyata bisa saja terjadi gaji CEO malah lebih kecil dari gaji CTO misalnya (maybe it’s not often but it can really happen).

Lalu tadinya saya mengira, gaji tiap level jabatan dalam satu tim yang sama juga akan selalu sama. Tapi ternyata bisa saja terjadi di sebuah tim accounting, gaji reporting staff lebih besar daripada gaji accounting admin meskipun mereka sama-sama masih fresh graduates.

Kenapa bisa demikian? Apa yang membedakan? Jawabannya karena skills-set yang dibutuhkan untuk masing-masing role itu bisa berbeda walau mereka bekerja di satu divisi yang sama.

Misalnya contoh yang saya berikan tadi. Reporting staff butuh pengetahuan akuntansi yang lebih advanced seperti konsolidasi laporan keuangan misalnya. Jika perusahaan memberikan gaji yang tidak cukup besar, fresh graduates yang memiliki skill tersebut bisa saja lebih memilih untuk bekerja sebagai auditor di top accounting firm. Berbeda dengan accounting admin yang pekerjaannya bersifat klerikal seperti data input sehingga lebih mudah untuk perusahaan mendapatkan staf yang bersedia menerima gaji kurang-lebih senilai UMR.

Kemudian untuk case di mana gaji atasan lebih besar dari gaji bawahannya, ketika perusahaan kesulitan mencari CTO yang kompeten, CEO di perusahaan itu bisa saja menawarkan nominal gaji yang lebih besar daripada gajinya sendiri sebagai pimpinan perusahaan. Jika tidak demikian, kandidat terbaik untuk posisi itu akan lebih memilih bekerja di perusahaan lain yang bersedia memberikan gaji yang lebih besar.

Menariknya lagi, persaingan antar employer dalam menentukan standar gaji itu nyata adanya. Misalnya, sebuah perusahaan menawarkan gaji lebih besar kepada karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan kompetitor untuk posisi yang sama. Karena perusahaan yang karyawannya diambil mulai khawatir akan semakin banyak karyawannya diambil kompetitor, perusahaan itu akhirnya memberikan kenaikan gaji di tengah tahun untuk orang-orang yang masih bekerja di sana (kenaikan gaji yang seperti ini dikenal dengan istilah market adjustment). Dan biasanya, market adjustment hanya diberikan kepada karyawan dengan skills-set yang lebih langka. Daripada perusahaan kesulitan menemukan penggantinya, mereka memutuskan untuk memberikan market adjustment.

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa jika kita memiliki skills-set langka yang banyak dibutuhkan perusahaan, saat itulah kita jadi punya kesempatan untuk mendapatkan gaji yang lebih besar. Dan sebuah skills-set bisa menjadi langka karena biasanya memang tidak mudah untuk menguasai skill yang bersangkutan.

Jadi jika income progression adalah target karier kita, maka masa depan kita ada di skills-set yang lebih sulit untuk dipelajari. Dan dalam tiap bidang ilmu itu biasanya ada cabang ilmu yang sifatnya lebih advanced. So keep learning and upgrading your knowledge!

Penulis : Riffa Sancati > https://www.linkedin.com/in/riffa-sancati-60527b9a/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Sama-sama Fresh Graduate, Kenapa Gajinya Berbeda? Read More »

Menghadapi Rekan Kerja Yang Suka Menjatuhkan Saat di Meeting

Bismillah..
Banyak teman dan rekan kerja yang mengeluhkan situasi dimana rekan kerjanya kadang “menjatuhkan” saat meeting..

Kenapa disebut “menjatuhkan”? Karena kritikannya disampaikan di meeting, padahal sebenarnya masalah tersebut bisa dikoordinasikan sehari hari.. Dan dengan nada yang menyudutkan, dengan kesimpulan salah-benar, bukan win win solutions..

Sebenarnya, kalo rekans mengalami hal ini, malah bisa kita gunakan sebagai situasi yang menguntungkan rekans semua..

Saat meeting, terkadang hadir top management di situ.. Employee yang terbiasa menjatuhkan begini, mengira bahwa situasi meeting dengan dihadiri Top Management adalah sesi untuk menjatuhkan orang lain..

Nah, kita sebagai yang sering dijatuhkan (haha curcol..), gunakan kesempatan ini untuk menunjukkan cara kita menangani konflik, komunikasi efektif, dan maturity saat menghadapi koflik serta situasi yang tidak menyenangkan..

Kamu akan semakin populer, dan malah “you can turn out situation” jadi ajang untuk promosi kamu..

Caranya adalah, keep the proceedings calm and pleasant as you politely win the battle

Remain calm, dan jawab dengan cara yang pro, serta pleasant.. Tidak usah terpancing emosi, jawab dengan profesional.. Tidak perlu naik nada bicaranya.. Ambil fakta dari kata kata yang ditujukan untuk menyerang dirimu itu, dan jawab dengan data (lebih bagus begitu)..

Jika mereka tetap menyerang terus, dengarkan saja.. tunggu sampai mereka kehabisan tenaga dan habis apa yang mau mereka ucapkan.. Lalu tanyalah kepada top management, “apakah saya boleh meresponnya pak/bu?”

Semua peserta rapat akan melihat, mana yang professional dan mana yang terlihat seperti anak usia 3 tahun.. Dari sini top management akan bisa menilai maturity dan communication skill kamu, serta cara kamu handle orang dengan karakter yang sulit.. Congrats, kamu baru saja stand out from the crowd 🙂

Tapi.. Jika mereka memutuskan berhenti menyerang, just stop and say thank you atas suggestion mereka.. Dan act seperti tidak terjadi apa apa, karena semua ini adalah job matters.. tetap baik, ramah dan sopan..

Pengalaman pribadi mah sering kejadian kek gini nih.. But, result-nya, Top Management malah trust sama kita dan jadi yakin kita ini Talent bagus..

Tentunya situasi real tidak semudah baca postingan saya ini ya.. But trust me, it works 🙂

So, siap dapet promosi nih? 🙂

Penulis : Anna Yuliani > https://www.linkedin.com/in/anna-y-6a73b8a6/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Menghadapi Rekan Kerja Yang Suka Menjatuhkan Saat di Meeting Read More »

Contoh Kata Kerja Yang Sebaiknya Digunakan Dalam CV/Resume

Bismillah..

Saya membaca di website persiapan karir Harvard, Berkeley, Stanford, Yale, dll, mereka sudah memiliki panduan yang detail kepada mahasiswa mereka persiapan karir mereka, termasuk membuat Resume (kalo di kita menggunakan CV), Do and Don’t saat membuat Resume, dan juga kata kerja yang sebaiknya digunakan..

Mengapa kata kerja? Karena mereka menganjurkan, sebaiknya di dalam Resume tidak terlalu banyak menggunakan kata “Saya” atau “I”.. Tapi lebih kearah, kata kerja..

Supaya tidak bingung, berikut beberapa contohnya ya teman teman.. Masih dalam Bahasa Inggris, supaya tidak hilang arti sebenarnya.. Jadi teman teman bisa mengartikan sendiri dan menggunakan sesuai dengan diri kalian masing masing..

LEADERSHIP
Accomplished , Achieved, Administered , Analyzed, Assigned, Attained
Chaired, Consolidated, Contracted, Coordinated
Delegated, Developed, Directed
Earned, Evaluated, Executed
Handled, Headed
Impacted, Improved, Increased
Led
Mastered
Orchestrated, Organized, Oversaw
Planned, Predicted, Prioritized, Produced, Proved
Recommended, Regulated, Reorganized, Reviewed
Scheduled, Spearheaded, Strengthened, Supervised, Surpassed

Nah itu beberapa kata kerja yang bisa digunakan ya teman teman.. saya beri contohnya ya dalam bahasa Indonesia.. Masukkan dalam jobdesk, disertai hasilnya (result).. Atau bisa juga ditulis sebagai achievement (pencapaian).

1. Bagi Teman teman yang Experienced :

Contoh: Analyzed (Menganalisa),
“Melakukan analisa tren market furniture tahun 2022, dengan hasil bahwa tahun 2022 tren market furniture akan naik (growth) sebesar 17%.

Contoh: Handled (Menangani)
“Menangani program baru yaitu penjualan produk baru X, dengan target 5 Milyar/bulan, dengan achievement rate 85% up setiap bulannya”.

2. Bagi teman teman FG, misal dalam organisasi :

Contoh: Organized (Mengelola)
“Mengelola laporan keuangan BEM saat menjadi Bendahara BEM Fakultas A, tahun ……, contoh laporan terlampir (usahakan melampirkan contoh laporan keuangannya).

Contoh: Improved (Meningkatkan)
“ Meningkatkan rata rata penjualan di Koperasi Mahasiswa, dari 30 juta/bulan menjadi 50 juta/bulan”, tahun …”

Nah, jadi cari aktivitas teman teman yang valuable, dan bisa diukur, lalu hubungkan dengan kata kerja yang pas untuk merepresentasikan diri kamu ya..
Semua orang bisa mengelola.. Semua orang bisa menangani, dll.. Namun tidak semua orang berhasil/memberikan result terbaiknya..

Tapi yang jujur ya, tidak perlu overselling juga..

Goodluck ya.. Selamat hari Senin..

Penulis : Anna Yuliani > https://www.linkedin.com/in/anna-y-6a73b8a6/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Contoh Kata Kerja Yang Sebaiknya Digunakan Dalam CV/Resume Read More »

Tips Bergaji Besar

Bukan tips menego gaji ya. Nego gaji paling +1-2 juta. Mentok +5 juta.
Ini kita bicara tentang mendapat Gaji Besar. Hasil nego hanya bicara pemanis atau toppingnya saja.

Lagipula saya tidak cakap menego gaji. Terlebih bila sudah masuk di perusahaan, pindah divisi, + wewenang, naik jabatan, often saya tidak melakukan nego. Saya percaya saja bahwa company sudah pertimbangkan yang terbaik buat saya.

Nah, tips saya ini akan bikin kamu tidak perlu nego-nego gaji.
Kuncinya adalah bagaimana agar dapat basic salary yang memang sudah besar.

Simak baik-baik.

Sebelum mulai, set target dulu.
Umur berapa mau posisi apa dan gaji berapa.
Dengan begitu kamu tidak terjebak di zona nyaman.
Tapi selalu mengejar target baru.

Oke berikut tipsnya:

1. Pekerjaan awalmu sebaiknya 1 diantara 2 ini:

a. Management Trainee

b. Consultant (Jr), bisa di KAP, bisa di Law Firm atau Head Hunter dan konsultan apapun. Gak apa-apa start from Junior.

Kenapa dua ini?
Karena umumnya keduanya ini menawarkan gaji yang besar meskipun untuk entry level.
Selain itu, pekerjaannya memang di-design agar kamu masuk jalur cepat, belajar cepat, matang cepat. Istilahnya di karbit. Cepat matang, nilai jual pun + naik drastis.

Entry level seperti posisi admin, operator, staff dll adalah JALUR REGULAR, bahkan cenderung lambat. Syukur-syukur bergaji UMR. Naiknya pun merayap tanpa harapan yang jelas.

2. Pilih perusahaan BONAFIT

Perusahaan besar sadar betul peribahasa ini:
“you pay peanut, you get monkey”.
Jadi, monyet-monyet biarlah kerja di perusahaan yang memang bayarannya kecil.
Mau bayaran besar? Jangan jadi monyet!
Incar perusahaan-perusahaan besar.

Perusahaan besar itu apa?
Gampang. Yang kalo namanya disebut, orang-orang pasti tau. Nah itulah perusahaan besar.

McDonald, Coca-Cola, Shell, DHL, Tupperware, sedikit contoh.
Kalau KAP, pilih yang Big 4.

3. Jadi “KUTU LONCAT” yang bijak

Kutu loncat bisa akselerasi kenaikan gaji lho. Tapi bisa juga menghasilkan reputasi yang kurang baik.

Tidak dipungkiri salah satu “jurus” naik level, naik jabatan, naik gaji, adalah dengan pindah perusahaan.

Seringkali perusahaan baru memberi kita value, yang somehow tidak dilihat perusahaan lama.
Jadi, lumrah kalau berpindah bisa menjadi satu cara bergaji besar.

Namun jadilah bijak, jangan hitungan bulan atau 1-2 tahun sudah pindah. Paling pas itu minimal 3 tahun. Baru worth-it ilmu dan pengalaman yang dibawa ke perusahaan baru.

Toh kutu loncat juga gak sekedar loncat sana sini, pastikan kamu jadi kutu yang menghisap cukup ilmu dari perusahaan lama sebelum meloncat ke perusahaan baru.

Oke 3 tips ini saja dulu.
Ada yang mau nambahin?
Monggo yuk diskusi ringan di hari Minggu.
Sambil seruput St*rbucks menunggu flight pagi ke Balikpapan.

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Tips Bergaji Besar Read More »

Stop Jadi Pembawa Toxic

Seorang teman baru saja bercerita: Sehabis meeting dengan seorang direktur baru, 3 orang teamnya langsung mengajukan resign tanpa tendeng aling aling.
Temanpun sempat kepikiran juga untuk quit, karena sudah tidak tahan.

Apa yang dilakukan sang direktur baru sampai sedemikian menjengkelkan? Sampai-sampai, di tengah badai pandemi seperti sekarang ini, kok ada yang lebih rela menjadi pengangguran daripada bekerja dengan beliau?

Ini analisa sederhana saya dari situasi di atas:

Setiap berpindah perusahaan, seorang Leader dihadapkan pada 2 pilihan.

Rock the boat or Tame the storm?
Bak seorang nahkoda baru, ia mau menjadi pengguncang kapal, atau jadi penjinak badai?

Yang pertama akan dengan cepat meraih perhatian para petinggi.
Bahwa kita leader yang tidak peduli popularitas, keras terhadap bawahan dan membawa ‘suasana’ baru.
Petinggi suka dengan leader type ini.
Maka leader type ini pun makin menjadi penjilat.
Type Rock the Boat biasanya cepat akrab dengan bos-bos dan kariernya moncer, tapi teamnya tertindas.

Type penjinak badai tidak banyak disukai Leader karbitan, karena prosesnya lama, populer di bawah tapi kurang ‘bersinar’ ke atas.
Banyak bergaul dengan team, memahami situasi, tidak judgemental, lebih banyak mendengarkan di awal.
Tidak asal “Pokoknya…”

Sehingga terkesan lamban, cari populer dan ‘lembek’ kepada bawahan.
Tapi type seperti ini, secara jangka panjang, membawa hasil baik kepada perusahaan.
Suasana bekerja pun jauh dari toxic.

Seringkali type Rock the Boat melakukan itu untuk menutupi kelemahan atau kurangnya kapabilitas, sehingga kerap ambil keputusan tanpa berdiskusi, dan tidak mau (atau tepatnya, takut) di-challenge.

Saya sudah banyak melihat tipe-tipe Leader Rock the Boat ini dan damage/toxic yang bisa ditimbulkan.
Dan saya simply memilih menjadi sebaliknya.

Gimana, ada pengalaman apa sama leader pembawa toxic gini?

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Stop Jadi Pembawa Toxic Read More »

Jangan Diambil Hati

Sering banget kan lagi mumet curhat pekerjaan lalu dikasih nasehat begitu.

Saya pun sering ngasih nasehat begitu.
Eh, suatu saat ditanya balik, “Gimana mau nggak diambil hati, kalo sudah toxic begini, nggak sehat dst…”

Saya terdiam sejenak.

“Pak AJ emang gak pernah masukin ke hati kalo udah digituin?“

Saya lalu merefleksi 20+ tahun pengalaman saya bekerja.
Rasanya sudah bertahun-tahun belakangan ini saya gak pernah masukin hati kalau soal pekerjaan.

Itu kenapa saya selalu stay calm (and stay young)

Gimana sih caranya?

SIMPLE, hanya 2 hal:

  1. Anggap bekerja itu seperti sedang bermain game
  2. Beri jarak antara dirimu dan pekerjaanmu.

Tambah bingung? Jangan. Simple kok.
Saya jelasin:

  1. Anggap seperti bermain game

Main game, level kesulitannya makin tinggi makin seru kan? Kalau gagal lewat suatu level, game over, gak apa-apa kan? Game-nya mati, kamu tetap hidup, untuk mengulang kembali.
Makin sering mengulang, kamu jadi makin mahir.

Nah, itulah pekerjaan. You have to have fun doing it. Gak usah bersusah hati kalau masih butuh pekerjaan itu. Enjoy it!

Kalau sampai kamu nggak sanggup lagi bermain game yang sama, kamu bisa mencoba mencari game lainnya, yang sesuai level kemahiran kamu.

  1. Jaga Jarak dengan pekerjaan

Apa berarti tidak berikan 100%? Tidak!
Tetap berikan 100% pencapaian terbaik buat perusahaan, buat pekerjaan.

Hanya saja, perlu ada jarak secukupnya antara kamu dan pekerjaan, jangan sampai tenggelam di dalamnya.

Jangan sampai pekerjaan nempel terus di pikiranmu, sampai tak ada tempat buat orang-orang terdekatmu.

Ayah, ibu, anak, keluarga, itu adalah obatmu dari stress pekerjaan.
Jangan malah abaikan mereka demi pekerjaan.
Dan jangan pernah lupa bahwa merekalah alasan kamu bekerja!

So, lain kali ada permasalahan yang pelik dan berat, ada kolega atau atasan toxic, kamu sudah mulai nggak sanggup dan mulai dimasukin ke hati…
Ingat saja 2 pesan sederhana ini.

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Jangan Diambil Hati Read More »

Pesan Buat yang IPK Pas-pasan

Yang saya ingat tentang rumah masa kecil saya adalah ini: deretan pajangan piagam penghargaan dan trophy juara satu ini dan itu. Punya siapa?

Bukan saya.

Satu-satunya piagam penghargaan yang saya terima semasa sekolah adalah juara menggambar, kelas 2 SD dan tidak dipajang.

Juara kelas? Tidak pernah, paling tinggi pernah ranking 3, itupun di SMP non favorite yang sekarang sekolahnya pun sudah tutup.

Saya, kalau interview kandidat cumlaude, magna cumlaude, apalagi summa cumlaude, suka sanksi, bisa kerja nggak nih pas diterima nanti?
Bisa kerja dalam artian bisa nge-blend nggak dengan dunia kerja?

Sering denger kan ada teman selalu juara kelas, tapi pas kerja biasa-biasa saja?
Lalu ada yang semasa sekolah/kuliah biasa-biasa saja, tapi justru karier-nya moncer?

Tahu kenapa?

Dunia kerja tidak memerlukan orang terpandai dalam segala hal.
Jadi jangan berkecil hati kalau akademik kamu biasa-biasa saja. (tapi ngga boleh bangga juga kalau jelek).

Jadi, nggak perlu jadi yang terpandai, tapi berusahalah menjadi 2 hal ini:
Pengurai dan Jembatan.

Apa yang saya maksud?

Dunia kerja jauh lebih kompleks daripada textbook ujian sekolah/kuliah.
Saking besar dan kompleks, nggak akan bisa diselesaikan, kalau tidak diurai dulu.

Jadi, satu kepandaian yang sangat dibutuhkan di dunia kerja adalah pengurai kompleksitas masalah. Masalah diurai menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dicerna dan diselesaikan.

Diurai menjadi unit/level yang lebih kecil, sehingga setara dengan unit/level pengemban masalah tersebut. Sehingga 1 masalah, setelah diurai, dapat dikerjakan beberapa unit dan kemudian disinergikan kembali.

Nah, disinilah fungsi jembatan tadi.
Urai ke beberapa unit, kemudian jembatani kembali sehingga solve 1 masalah besar itu.

Kenapa tidak perlu jadi yang terpandai?

Orang terpandai (apalagi yang merasa diri terpandai) kerap mengganggu sinergi / harmonisasi ini.
Orang terpandai terbiasa dengan 1 masalah 1 jawaban, seperti ketika di akademik.

Padahal, dunia kerja tidak pernah sesimpel itu.

Maka, asahlah kepandaian sebagai pengurai (analytical thinking), yang kalau di Continuous Improvement ada istilah “cut the elephant“.
Lalu asahlah kemampuan menjadi jembatan (collaboration).

Niscsya, kamu jadi bibit Pemimpin masa depan yang berbobot.
Hanya dengan 2 hal ini. Simple kan?

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223

Note: Kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Pesan Buat yang IPK Pas-pasan Read More »