Renungan

Reputasi dalam Dunia Kerja

Reputasi dalam dunia kerja. Penting atau tidak?

Betul kita bukan kerja untuk membuat orang lain menjadi terkesan, betul juga kita nggak boleh menghalalkan semua cara hanya untuk tampak keren di mata orang lain, tapi bukan berarti kita boleh punya reputasi buruk dalam dunia kerja. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan emas hanya karena reputasi yang ternoda. Memang harus diakui punya reputasi baik bisa sangat mempermudah ruang gerak kita dalam dunia kerja.

Itulah sebabnya jangan tinggal diam jika ada orang yang menginjak-injak reputasi kita. Ada kalanya kita bisa cuekin aja, tapi ada kalanya kita harus berani menegur mereka yang sudah kelewatan. Apalagi kalau mereka sudah bawa-bawa atasan. Bicara langsung pada atasan dan tunjukkan bukti-bukti yang kita miliki.

Ada orang yang jika didiamkan malah semakin menjadi-jadi soalnya. Belum lagi risiko bad habit-nya itu “menular” ke orang lain di kantor. Jangan sampai kita sudah berusaha menjaga tingkah laku tapi nama baik malah rusak hanya karena fitnahnya orang lain.

Kemudian jangan sampai lengah saat menegur si biang keladi. Orang-orang yang manipulatif pintar melakukan gas lighting seolah kita memang pantas mendapatkan fitnah dari mereka. Gaslighter seperti mereka juga tidak akan sungkan untuk menyindir kita sebagai “si gila reputasi” atau “si baper yang terlalu sensitif”. Mereka bisa dengan santainya mengatakan bahwa reaksi kita yang berlebihan di saat jelas-jelas mereka sudah merusak nama baik kita.

Tidak usah takut untuk berusaha mempertahankan nama baik kita sendiri. Jangan hanya duduk diam sambil berharap akan ada orang lain yang berjuang untuk kita. We are our own heroes, and it applies when it comes to our own reputation.

Penulis : Riffa Sancati > https://www.linkedin.com/in/riffa-sancati-60527b9a/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Perbaiki Keadaan, Jangan Mengeluh

Jadilah orang yang memperbaiki keadaan dan bukan sekadar mengeluhkan keadaan.

Ceritanya ada sepasang suami istri membuka restoran cepat saji yang ternyata sepi pengunjung di hari ke dua. Saat si suami sibuk memikirkan strategi untuk menaikkan sales, si istri terus saja berkata, “Bagaimana jika restoran ini bangkrut?”

Saat si suami sibuk membicarakan menu baru yang lebih autentik dengan ibu mertuanya, si istri kembali mengeluh, “Bagaimana nasib keluarga kita? Kita harus tinggal di mana?”

Akhirnya si suami berhasil menemukan menu baru tanpa bantuan istrinya sama sekali.

Fenomena ini juga sering terjadi dalam dunia kerja sehari-hari. Di saat ada orang yang sibuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi perusahaan, selalu ada saja orang-orang lain yang malah sibuk mengeluh, bergosip, dan membesar-besarkan masalah tanpa berusaha mencari solusi sama sekali. Mereka bukan hanya menciptakan kepanikkan tapi juga menjadi momok untuk rekan-rekan yang sedang berusaha memperbaiki keadaan.

Semua orang bisa mengeluhkan keadaan, tapi tidak semua orang punya kemauan dan kemampuan untuk memperbaiki keadaan. Mereka yang mampu memperbaiki keadaan itulah yang diinginkan oleh perusahaan pada umumnya sehingga perusahaan akan cenderung berusaha mempertahankan mereka dengan berbagai cara mulai dari pemberian kenaikan gaji, promosi, bonus, dan fasilitas lainnya.

Fokuslah mencari solusi, insyaallah rewards akan mengikuti dengan sendirinya.

Penulis : Riffa Sancati > https://www.linkedin.com/in/riffa-sancati-60527b9a/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


3 Tips supaya Teliti dalam Bekerja

Seberapa penting ketelitian dalam bekerja?

Ketelitian secara harfiah memiliki makna keseksamaan dalam melakukan tindakan yang sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan (manual book). Ketelitian seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi kualitas produk atau jasa yang dihasilkan. Berbicara tentang kualitas produk biasanya berhubungan dengan customer satisfaction, yang juga berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan. Semakin rendah tingkat kepercayaan customer, maka semakin terancam eksistensi perusahaan di masa depan.

Contoh kasus yang pernah saya temui: terdapat barang NG atau defect yang sampai ke vendor. Setelah ditelusuri akar permasalahannya memang pada saat proses produksi, bukan saat pengiriman atau kecelakaan. Tentu ini karena ketidaktelitian yang mempengaruhi kualitas barang.

Akibat yang ditimbulkan dari karyawan yang tidak teliti dalam bekerja cukup beragam. Mulai dari pengurangan jumlah permintaan, hingga customer atau vendor sampai melayangkan peringatan pemutusan hubungan kerja sama.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang tidak teliti dalam bekerja. Beberapa diantaranya :

  1. Waktu deadline yang mepet
  2. Menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam satu waktu
  3. Kurangnya fasilitas penunjang
  4. Tidak fokus dalam bekerja
  5. Kurangnya pengetahuan

3 Tips Untuk Memastikan Ketelitian Dalam Bekerja :

1 Hindari Multitasking

Memang terdapat beberapa orang hebat yang dapat menyelesaikan tugas dalam satu waktu tanpa mengurangi kualitas pekerjaannya. Namun faktanya masih banyak juga orang – orang yang bekerja secara multitasking namun pekerjaannya tidak memenuhi standar. Maka yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan antara Real Self dan Ideal Self.

2 Prioritaskan Tugas Utama

Pekerjaan mana yang lebih mendesak untuk diselesaikan dan membutuhkan perhatian lebih. Upayakan mengerjakan satu tugas secara tepat waktu, sehingga tidak ada pekerjaan terbengkalai.

3 Ciptakan Situasi Tenang dan Tanpa Gangguan

Seringkali ketidaktelitian seseorang karena tergesa – gesa dan banyak gangguan dari luar. Sisihkan waktu untuk benar – benar fokus terhadap pekerjaan yang sedang diselesaikan adalah pilihan yang tepat.

Berdasarkan contoh kasus diatas, pentingnya ketelitian dalam bekerja sangat menentukan citra personal maupun perusahaan tempat kita bekerja.

Penulis : Ari Eko Susilo > https://www.linkedin.com/in/ariekosusilo/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Mendingan Pulang Saja

Pernah di awal tahun 2019 saya dipanggil interview oleh sebuah perusahaan. Karena ada posisi yang cukup bagus memimpin sebuah pabrik.
Recruiter-nya tertarik karena melihat profile saya di LinkedIn.

Si recruiter-nya sampaikan, interview jam 09.00 pagi ya Pak, kalau bisa 30 menit sudah sampai di tempat. Baik Bu, jawab saya.

Singkat cerita, sebelum jam 08.30 saya sudah di lokasi yang dijanjikan, di sebuah gedung megah, tower building milik perusahaan itu sendiri. Keren.. terucap dalam hati saya. Perjalanan cukup melelahkan, sekitar 2 jam dari rumah.

Setelah konfirmasi ke resepsionis, saya dipersilahkan duduk di ruang tunggu, pas di depan resepsionis, “Nanti akan dipanggil ya pak kalau HRD-nya sudah siap”. Baik Bu.. ucap saya.

Jam 09.00 sudah tiba, kok belum dipanggil. 30 menit setelah itu saya tanyakan kembali, “tunggu ya pak” katanya.

Jam 10.00 tiba… Hati sudah mulai berkecamuk, wah 1,5 jam saya duduk di sini tidak ada kepastian. Mendingan pulang saja, terus terang saya merasa tidak dihargai. Tapi batin saya berbisik, tunggulah 30 menit lagi, kalau tidak ada pulang saja. OK, gumam dalam hati.

Jam 10.15-an akhirnya HRD tiba, silahkan ke ruangan pak, maaf sudah menunggu. Langsung saja ya pak, silahkan kerjakan lembar psikotest-nya, saya akan kembali 30 menit lagi.

Terus terang pada saat itu, saya isi ngasal, dah gak semangat lagi, ya.. udalah yang penting beres cepat pulang. Setalah selesai, HRD itu tiba, oke pak, selanjutnya interview dengan user ya pak. Selang 5 menit datanglah seseorang ke ruangan, bawa CV saya, duduk buka-buka CV, tanya-tanya sambil mata dan tangannya sibuk buka HP, chating-chating. Sepanjang saya jelaskan untuk pertanyaannya, beliau nguap-nguap, dengan tanggapan alakadarnya.

Hanya 20 menitan interview itu, singkat, karena terus terang saya sudah gak antusias dengan semua yang terjadi. Setiap beliau tanya, ada tanggapan/pertanyaan? Saya bilang cukup Pak.

Dan saya berharap, jangan sampai berlanjut proses ini, sudah tidak sreg lagi.

===

Antara Perusahaan dan Pencari Kerja adalah 2 pihak yang saling membutuhkan. Jadi, harus saling menghargai satu sama lain.
Kasihan pencari kerja yang sudah berkorban; tenaga, uang, waktu, dll.

Gak sulit kok untuk MENGHARGAI atau MENGHORMATI. Cukup dengan tepat waktu, komunikasi dengan baik, senyuman yang tulus, fokus memperhatikan pada saat bicara, dll.

Ingin dihargai atau dihormati? Cobalah dengan menghargai dan menghormati orang lain terlebih dahulu.

Penulis : Agus Syarif M.SSi., LSSBB. > https://www.linkedin.com/in/agussyarifm/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


5 Kebiasaan Para Pemimpin Hebat

1 Mereka bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan Emotional Intelligence (EI)

Mari sejenak lupakan nilai IPK atau IQ seseorang – Yang jauh lebih penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin dibanding sebuah nilai IPK atau sekedar IQ adalah emotional intelligence (EI) yang bisa diartikan sebagai kemampuan mengolah perasaan sendiri and mengerti perasaan orang lain.

2 Mereka tak malu mengakui kesalahan

Salah satu sifat pemimpin hebat adalah mereka yang berlapang dada mengakui kesalahan, lalu mampu mengambil pelajaran serta dapat menganalisa penyebab mengapa kesalahan tsb bisa terjadi. Pada akhirnya semua itu dilakukan dengan tujuan agar kesalahan yang sama tidak terjadi lagi di masa depan.

3 Berkomunikasi secara efektif

Para karyawan biasanya mengandalkan pemimpin untuk bisa mengerti tanggung jawab serta tugas apa yang mesti dijalankan. Jika seorang pemimpin tak dapat berkomunikasi secara efektif, tentu performance karyawan akan ikut terpengaruh gara-gara tak menerima arahan yang jelas. Semua hal itu jika dibiarkan terus-menerus tentu dapat berdampak buruk bagi perusahaan.

4 Mereka mempunyai “jurus” tersendiri saat berada dalam keadaan under pressure

Tidak semua yang direncanakan berjalan dengan lancar, pasti akan ada saatnya terjadi yang namanya kesalahan baik itu bersifat minor atau major. Seorang pemimpin yang hebat tentu sudah memiliki “jurus” tersendiri jika harus dihadapkan pada situasi tersebut. “Jurus” masing-masing pemimpin pasti tak akan sama, namun hasil yang dihasilkan tetap sama: ketenangan mereka dalam menghadapi masalah akhirnya dapat membantu penyelesaian masalah.

5 Mereka banyak berencana (dengan matang)

Pemimpin hebat pasti sudah paham terkait pentingnya perencanaan dan tak akan mempertaruhkan karir mereka dengan mengabaikan perencanaan yang baik. Tentu bukan cuma membuat rencana tanpa eksekusi, justru para pemimpin hebat pasti akan merencanakan segala sesuatu secara matang sebelum akhirnya mengeksekusi rencana tersebut. Dengan perencanaan yang matang, tentu risiko kesalahan selama eksekusi berjalan dapat diminimalisir sekecil mungkin.

Ada lagi yang mau menambahkan?

Penulis : Rafli Amanda > https://www.linkedin.com/in/rafliamanda/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Cara Menjadi Individu Super

Saya dari dulu selalu penasaran bagaimana “resep rahasia” seorang individu bisa punya prestasi dan performance yang “outstanding”. Awalnya saya mengira mereka bisa “outstanding” karena memang memiliki skill dan kompetensi yang mumpuni dalam menjalankan pekerjaan-nya. Namun lambat laun, saya akhirnya menemukan perbedaan paling “fundamental”, berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya selama bekerja.

Individu yang “ordinary” cenderung punya anggapan bahwa hubungan Perusahaan dan Individu hanya bersifat “transaksional” lewat pekerjaan yang diberikan. Sehingga mereka jatuh ke dalam mode “Survival”. Pokoknya KPI tercapai, pokoknya kerja sesuai SOP, pokoknya hari ini saya bisa kerja dengan tenang, pokoknya saya tiap bulan kerja dapat kompensasi dan bonus tahunan, pokoknya arahan atasan saya jalankan. Sehingga berimplikasi pada “produktivitas” yang biasa- biasa saja dan “workstyle” yang apa adanya.

Berbeda dengan individu yang “superior” dan “outstanding”. Justru mereka beranggapan bahwa “Job/pekerjaan” selain merupakan tools mencapai goal Perusahaan, dapat digunakan juga untuk mencapai “goal/purpose” individu itu sendiri.

Mereka paham bahwa saat mereka melakukan pekerjaanya dengan lebih baik (efektif dan efisien), menambah skill-nya, memberikan effort lebih saat bekerja, maka secara tidak langsung, goals perusahaan dan pribadi dapat mereka “gapai” secara bersamaan. Sehingga dapat tercipta “produktivitas” dan “workstyle” yang optimal. Dengan begitu goals pribadi dan goals perusahaan dapat saling bersinergi dan “allign” satu dengan yang lainnya.

Jadi akhir kata , temukan cara untuk meng”align-kan” goals pribadi dan goals perusahaan lewat pekerjaan serta tanggung jawab yang diberikan kepada kita. Dengan begitu kita akan bisa menjadi individu yang “Superior” dan “Outstanding” dalam Organisasi lewat produktivitas dan cara kerja kita yang optimal.

Penulis : Hans Harjono > https://www.linkedin.com/in/hans-harjono-665a85141/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Rekrutmen Asal-asalan

Di perusahaan yang prakteknya baik, rekrutmen tidak boleh asal-asalan. Kebutuhan untuk merekrut datang dari analisa kebutuhan tenaga kerja. Proses analisa ini harus mempertimbangkan kinerja perusahaan, target yang ingin dicapai, kondisi internal SDM yang ada, kondisi eksternal market, bla bla bla.

Logikanya, perusahaan akan memprioritaskan perekrutan internal (promosi/mutasi), dengan alasan yang jelas: lebih mudah, murah, adaptasi yang lebih cepat, dan memberikan kesempatan peningkatan karir. Kalau tidak ketemu yang pas, barulah merekrut eksternal.

Dalam perekrutan eksternal, prosesnya pun tidak mudah. Untuk membuat kualifikasi posisi, ada proses diskusi HR-User yang terjadi. Lalu saat proses interview, ada interview berbasis kompetensi (dengan segala macam brandingnya). SELAIN sikap kerja, kandidat digali berdasarkan kompetensinya (yang dimiliki saat ini vs yang dibutuhkan dalam bekerja). Intinya, ada cukup banyak proses yang terjadi selain dari yang tampak di permukaan.

Bila perusahaan asal merekrut, maka pertama, perusahaan rugi dari sisi waktu, biaya, dan usaha. Yang namanya perusahaan itu segalanya dihitung dalam bentuk untung/rugi. Bahkan LSM pun punya anggaran.

Kedua, perekrutan yang asal juga beresiko menghasilkan kualitas produk/jasa yang asal juga. Kalau sudah seperti ini, yang rugi adalah pelanggan, perusahaan, dan karyawan.

Ketiga, faktor kesehatan dan keselamatan menjadi taruhannya. Misalnya, mempekerjakan orang yang tidak paham cara welding sebagai welder adalah resiko besar yang dapat berakibat fatal.

Itu baru dari pihak perusahaan. Dari pihak pekerja sendiri, apa dampaknya? Diantaranya kebingungan saat bekerja, kualitas kerja yang dihasilkan, stress, dianggap tidak baik kinerjanya, sampai resiko keselamatan kerja tadi.

Jadi, ini sebabnya merekrut orang tidak boleh sembarangan. Adalah sangat bodoh dan tidak bertanggung jawab bagi perusahaan untuk asal merekrut orang tanpa melihat kecocokan kualifikasi dan kompetensi kerjanya.

Ini hal mendasar yang sebenarnya dipahami oleh HRD dan User, KHUSUSNYA user. Biasanya User adalah orang berpengalaman di dalam bidangnya, memiliki pemikiran yang lebih matang, dan dipercaya oleh perusahaan untuk mengelola tim dan bidang pekerjaan tertentu. Singkatnya, user itu mewakili perusahaan.

Apabila ada yang bicara “sudahlah, HRD.. yang penting sikap kerja. Kalau kompetensinya ngga nyampe, ya ngga apa-apa. Kan ada masa percobaan”, kemungkinannya ada dua.

Satu, dia tidak paham rekrutmen. Kalau begini, mungkin dia belum pas menjadi pihak yang dipercaya perusahaan untuk turut bertanggung jawab dalam memilih anggota (merekrut), apalagi memimpin dan mengelola tim.

Kemungkinan kedua, bila dia paham namun tetap bicara seperti itu, artinya dia sedang berbohong untuk mencari simpati dan popularitas dengan mempermainkan batin orang lain.

Yang manapun itu, orang seperti ini tidak layak dijadikan rujukan.

Penulis : Jeffrey Pratama > https://www.linkedin.com/in/jeffreypratama/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Prestasi Kerja

Dalam konteks pekerjaan, menurut saya begini:
Pada prinsipnya pekerja dibayar setiap bulan (jika dibayarkan bulanan) adalah kompensasi atas pekerjaan yang sudah diperjanjikan menurut kesepakatan.
Artinya pekerja memang harus menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik tanpa cela. Saya ulang, tanpa cela.

Atas itulah pekerja tersebut dibayar.

Ketika misalnya dalam kesepakatan target pekerjaannya adalah menghasilkan 10, namun pekerja tersebut kemudian mampu menghasilkan 15, ini prestasi.
Ketika diberikan anggaran operasional 10, namun mampu mengelolanya sehingga hanya menggunakan 8, ini prestasi.
Ketika keluhan pelanggan ada 10 kemudian mampu ditekan menjadi 0, ini prestasi.

Terkait dengan hal ini, sependek pengamatan saya, banyak perusahaan suka salah kaprah dalam membuat kebijakan.

Contohnya, pekerja datang tepat waktu dapat insentif ‘kerajinan’, dan di akhir tahun mendapatkan penghargaan “Karyawan Rajin”, dianggap sebagai prestasi. Padahal itu sudah kewajiban pekerja untuk menjalankan kesepakatan jam kerja.

Pekerja hadir di kantor, dapat tunjangan kehadiran. Lha? Bukannya memang harus hadir ya?

Pekerja datang terlambat, dipotong (tidak seberapa) gajinya, dengan harapan agar disiplin. Padahal tetap saja ada yang terlambat dengan beragam alasan (sampai sekarang).

Contoh kebijakan di atas justru akan menambah pekerjaan administrasi yang berpotensi error dan tidak jarang berujung konflik tidak penting.

Ada juga pekerja yang mampu mengefisiensikan penggunaan anggaran operasional, jangankan mendapatkan ucapan terima kasih, yang ada malah dianggap tidak mampu menghitung budgeting dengan cermat (doh!).

Masih banyak contoh kebijakan absurd lainnya yang saya perhatikan.

Semoga menjawab ya.
Sehat selalu.

Penulis : Sylvanus Hardiyanto > https://www.linkedin.com/in/sylvanus-hardiyanto/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Antusiasme Pelamar Kerja

Rekruter: “Sebelumnya sudah pernah mendengar tentang perusahaan kami?”

Kandidat: “Belum, Pak”

Rekruter: “Sudah lihat website kami?”

Kandidat: “Hehehe, belum Pak”

Rekruter: “Sudah lihat instagram kami?”

Kandidat: “Oh ya, sekilas aja sih Pak, gambarnya banyak ya”

Rekruter: #tersenyum
*lalu biasanya kemudian saling menatap dengan rekruter yang lain di ruangan itu yang bisa jadi user-nya.

Setelah itu kandidat tersebut mungkin ditandai atau diberi catatan: “Tidak serius mencari informasi tentang perusahaan

Kemudian bisa ditebak hasil dari sesi seleksi tersebut.
Kecuali memang Anda sangat luar biasa, Anda mungkin masih dipertimbangkan.

Namun ketika rekruternya mendapati kandidat lain yang juga luar biasa serta antusias dalam mencari informasi tentang perusahaan yang sedang dilamar, sudah bisa ditebak kandidat mana yang akan dipilih, bukan?

===

Sederhana saja, antusiasme kandidat untuk mendapatkan pekerjaan yang dilamar bisa terlihat juga dari keseriusan kandidat dalam mencari informasi tentang perusahaannya, pekerjaannya, dan hal terkait.

Ini juga tentang perilaku dan kemampuan kandidat dalam menganalisa, “critical thinking”, serta keinginan belajar yang tinggi.

Hal di atas biasanya termasuk dalam kualifikasi yang dicari banyak perusahaan saat ini.

Jadi, sudah tahu kan apa yang harus dilakukan?

Semoga berhasil sesi interview-nya ya.

Sehat selalu.

Penulis : Sylvanus Hardiyanto > https://www.linkedin.com/in/sylvanus-hardiyanto/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Sabar dengan Proses

Sabar! Jangan maunya jadi mie instan yang cepat jadi tapi nggak bergizi.

Saya cukup sering mendengar pekerja muda complain karier mereka stuck dan nggak berkembang. Sudah capek-capek kerja tapi masih belum dapat promosi. Padahal ternyata, mereka baru bekerja satu sampai dua tahun saja. Bahkan ada juga yang sudah mengeluh seperti itu hanya setelah bekerja beberapa bulan lamanya.

Wajar saja ingin ada pengembangan karier, tapi bukan berarti boleh jadi tidak sabaran. Daripada menghabiskan banyak waktu untuk mengeluh dan melamar pekerjaan baru ke sana-sini, kenapa tidak berusaha upgrade diri terlebih dahulu? Pindah ke tempat baru tapi jika belum punya peningkatan kompetensi kemungkinan besar hanya akan kembali mulai dari level staf lagi.

Ketidaksabaran bisa membuat kita mementingkan kecepatan tanpa memedulikan kualitas diri sehingga ujung-ujungnya malah jadi semakin jauh dari goal yang ingin dicapai. Inilah sebabnya ada pepatah yang bilang; patience is a virtue.

Jika ingin naik ke level yang lebih tinggi, pastikan kualitas diri kita juga sudah naik ke level yang lebih tinggi. Bersabar dalam berproses agar tidak malah merugikan masa depan karier kita sendiri.

Keep fighting for your future but be patient on the process.

Patience, persistence, and perspiration make an unbeatable combination for success.

Napoleon Hill

Penulis : Riffa Sancati > https://www.linkedin.com/in/riffa-sancati-60527b9a/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”