Renungan

Stop Jadi Pembawa Toxic

Seorang teman baru saja bercerita: Sehabis meeting dengan seorang direktur baru, 3 orang teamnya langsung mengajukan resign tanpa tendeng aling aling.
Temanpun sempat kepikiran juga untuk quit, karena sudah tidak tahan.

Apa yang dilakukan sang direktur baru sampai sedemikian menjengkelkan? Sampai-sampai, di tengah badai pandemi seperti sekarang ini, kok ada yang lebih rela menjadi pengangguran daripada bekerja dengan beliau?

Ini analisa sederhana saya dari situasi di atas:

Setiap berpindah perusahaan, seorang Leader dihadapkan pada 2 pilihan.

Rock the boat or Tame the storm?
Bak seorang nahkoda baru, ia mau menjadi pengguncang kapal, atau jadi penjinak badai?

Yang pertama akan dengan cepat meraih perhatian para petinggi.
Bahwa kita leader yang tidak peduli popularitas, keras terhadap bawahan dan membawa ‘suasana’ baru.
Petinggi suka dengan leader type ini.
Maka leader type ini pun makin menjadi penjilat.
Type Rock the Boat biasanya cepat akrab dengan bos-bos dan kariernya moncer, tapi teamnya tertindas.

Type penjinak badai tidak banyak disukai Leader karbitan, karena prosesnya lama, populer di bawah tapi kurang ‘bersinar’ ke atas.
Banyak bergaul dengan team, memahami situasi, tidak judgemental, lebih banyak mendengarkan di awal.
Tidak asal “Pokoknya…”

Sehingga terkesan lamban, cari populer dan ‘lembek’ kepada bawahan.
Tapi type seperti ini, secara jangka panjang, membawa hasil baik kepada perusahaan.
Suasana bekerja pun jauh dari toxic.

Seringkali type Rock the Boat melakukan itu untuk menutupi kelemahan atau kurangnya kapabilitas, sehingga kerap ambil keputusan tanpa berdiskusi, dan tidak mau (atau tepatnya, takut) di-challenge.

Saya sudah banyak melihat tipe-tipe Leader Rock the Boat ini dan damage/toxic yang bisa ditimbulkan.
Dan saya simply memilih menjadi sebaliknya.

Gimana, ada pengalaman apa sama leader pembawa toxic gini?

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Jangan Diambil Hati

Sering banget kan lagi mumet curhat pekerjaan lalu dikasih nasehat begitu.

Saya pun sering ngasih nasehat begitu.
Eh, suatu saat ditanya balik, “Gimana mau nggak diambil hati, kalo sudah toxic begini, nggak sehat dst…”

Saya terdiam sejenak.

“Pak AJ emang gak pernah masukin ke hati kalo udah digituin?“

Saya lalu merefleksi 20+ tahun pengalaman saya bekerja.
Rasanya sudah bertahun-tahun belakangan ini saya gak pernah masukin hati kalau soal pekerjaan.

Itu kenapa saya selalu stay calm (and stay young)

Gimana sih caranya?

SIMPLE, hanya 2 hal:

  1. Anggap bekerja itu seperti sedang bermain game
  2. Beri jarak antara dirimu dan pekerjaanmu.

Tambah bingung? Jangan. Simple kok.
Saya jelasin:

  1. Anggap seperti bermain game

Main game, level kesulitannya makin tinggi makin seru kan? Kalau gagal lewat suatu level, game over, gak apa-apa kan? Game-nya mati, kamu tetap hidup, untuk mengulang kembali.
Makin sering mengulang, kamu jadi makin mahir.

Nah, itulah pekerjaan. You have to have fun doing it. Gak usah bersusah hati kalau masih butuh pekerjaan itu. Enjoy it!

Kalau sampai kamu nggak sanggup lagi bermain game yang sama, kamu bisa mencoba mencari game lainnya, yang sesuai level kemahiran kamu.

  1. Jaga Jarak dengan pekerjaan

Apa berarti tidak berikan 100%? Tidak!
Tetap berikan 100% pencapaian terbaik buat perusahaan, buat pekerjaan.

Hanya saja, perlu ada jarak secukupnya antara kamu dan pekerjaan, jangan sampai tenggelam di dalamnya.

Jangan sampai pekerjaan nempel terus di pikiranmu, sampai tak ada tempat buat orang-orang terdekatmu.

Ayah, ibu, anak, keluarga, itu adalah obatmu dari stress pekerjaan.
Jangan malah abaikan mereka demi pekerjaan.
Dan jangan pernah lupa bahwa merekalah alasan kamu bekerja!

So, lain kali ada permasalahan yang pelik dan berat, ada kolega atau atasan toxic, kamu sudah mulai nggak sanggup dan mulai dimasukin ke hati…
Ingat saja 2 pesan sederhana ini.

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Pesan Buat yang IPK Pas-pasan

Yang saya ingat tentang rumah masa kecil saya adalah ini: deretan pajangan piagam penghargaan dan trophy juara satu ini dan itu. Punya siapa?

Bukan saya.

Satu-satunya piagam penghargaan yang saya terima semasa sekolah adalah juara menggambar, kelas 2 SD dan tidak dipajang.

Juara kelas? Tidak pernah, paling tinggi pernah ranking 3, itupun di SMP non favorite yang sekarang sekolahnya pun sudah tutup.

Saya, kalau interview kandidat cumlaude, magna cumlaude, apalagi summa cumlaude, suka sanksi, bisa kerja nggak nih pas diterima nanti?
Bisa kerja dalam artian bisa nge-blend nggak dengan dunia kerja?

Sering denger kan ada teman selalu juara kelas, tapi pas kerja biasa-biasa saja?
Lalu ada yang semasa sekolah/kuliah biasa-biasa saja, tapi justru karier-nya moncer?

Tahu kenapa?

Dunia kerja tidak memerlukan orang terpandai dalam segala hal.
Jadi jangan berkecil hati kalau akademik kamu biasa-biasa saja. (tapi ngga boleh bangga juga kalau jelek).

Jadi, nggak perlu jadi yang terpandai, tapi berusahalah menjadi 2 hal ini:
Pengurai dan Jembatan.

Apa yang saya maksud?

Dunia kerja jauh lebih kompleks daripada textbook ujian sekolah/kuliah.
Saking besar dan kompleks, nggak akan bisa diselesaikan, kalau tidak diurai dulu.

Jadi, satu kepandaian yang sangat dibutuhkan di dunia kerja adalah pengurai kompleksitas masalah. Masalah diurai menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dicerna dan diselesaikan.

Diurai menjadi unit/level yang lebih kecil, sehingga setara dengan unit/level pengemban masalah tersebut. Sehingga 1 masalah, setelah diurai, dapat dikerjakan beberapa unit dan kemudian disinergikan kembali.

Nah, disinilah fungsi jembatan tadi.
Urai ke beberapa unit, kemudian jembatani kembali sehingga solve 1 masalah besar itu.

Kenapa tidak perlu jadi yang terpandai?

Orang terpandai (apalagi yang merasa diri terpandai) kerap mengganggu sinergi / harmonisasi ini.
Orang terpandai terbiasa dengan 1 masalah 1 jawaban, seperti ketika di akademik.

Padahal, dunia kerja tidak pernah sesimpel itu.

Maka, asahlah kepandaian sebagai pengurai (analytical thinking), yang kalau di Continuous Improvement ada istilah “cut the elephant“.
Lalu asahlah kemampuan menjadi jembatan (collaboration).

Niscsya, kamu jadi bibit Pemimpin masa depan yang berbobot.
Hanya dengan 2 hal ini. Simple kan?

Penulis : Andijaya Chandra > https://www.linkedin.com/in/andijaya-chandra-se-cpf-cpim-0575b223

Note: Kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


7 Data yang Tidak Boleh di Share di Media Sosial

Bismillah..

Beberapa data pribadi rentan sekali disalahgunakan oleh pihak lain untuk kepentingan pribadi mereka.. Hindari menyebar data pribadi kita tersebut, termasuk di WA ataupun di Linkedin ini.. Hindari share data data berikut, jika teman teman memposting CV di media sosial misal Linkedin ini, di blur saja data yang termasuk data pribadi..

Check this out

Ada 7 data pribadi yang menurut saya tidak boleh di sebarluaskan, yaitu:

1 Nomor identitas pribadi

Seperti NIK KTP, SIM, Nomor KK, NPWP, nomor paspor, nomor plat kendaraan, nomor rekening bank, nomor kartu kredit, nomor keanggotaan (rumah sakit, gymnasium) dan lain lain. Sebisa mungkin hindari selfie dengan dokumen tersebut.

2 Foto dokumen pribadi

Seperti foto KTP, SIM, paspor, akta kelahiran, ijazah, tiket perjalanan, buku tabungan, slip gaji, boarding pass, sertifikat tanah dan dokumen pribadi yang bersifat rahasia lainnya.

Jadi hindari nih share tiket pesawat atau kereta kalau mau travelling, ini bisa menjadi info mengenai keberadaanmu, dan bahwa kamu tidak dirumah.

3 Nama panggilan, nama masa kecil atau nama ibu kandung

Nama panggilan atau nama masa kecil berpotensi disalahgunakan. Termasuk nama ibu kandung yang biasanya digunakan untuk konfirmasi data oleh pihak bank.

Kemarin ada cerita bahwa salah satu akun teman diretas, karena tidak sengaja share nama masa kecil dimana nama masa kecil ini digunakan sebagai pengaman password lapis 2.

4 Tanda tangan.

Jika dishare di media social, mudah sekali tanda tangan kita untuk dipalsukan. Apalagi tanda tangan yang ada di KTP ya teman teman, bisa bisa digunakan untuk membobol rekening tabungan kita.

5 Alamat lengkap dan nomor kontak.

Termasuk juga alamat rumah, alamat sekolah anak, alamat email personal (bukan untuk tujuan bisnis), nomor ponsel pribadi atau nomer telpon rumah.

Saya masih melihat teman teman share CV di Li, dimana nomer HP dan alamat lengkap masih tertera. Saran saya di blur kan saja.. Sudah banyak cerita dari rekan rekan, dihubungi orang yang tidak bertanggung jawab, karena mendapat info nomer HP dari Li.. Hindari memberikan gratis informasi pribadi kita ini ya..

6 Informasi medis seperti riwayat penyakit, alergi dan foto rontgen.

Informasi ini bisa disalahgunakan untuk mengakses rekam medis kamu, ataupun data kamu digunakan untuk menjual produk kesehatan.

7 Geolocation atau lokasi kamu saat ini

Banyak orang menggunakan informasi posisi saat ini untuk tindak kejahatan, misal merampok rumah yang sedang ditinggal pergi oleh tuan rumah, dll

Nah lebih berhati hati ya rekans, semoga kita semua dilindungi oleh Alloh SWT.. Aammiin2 YRA

Free to share

Penulis : Anna Y. > https://www.linkedin.com/in/anna-y-6a73b8a6/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


3 Cara supaya Dilirik Rekruiter

“Saya tidak punya pengalaman atau edukasi yang relevan terhadap jabatan X, tapi saya ingin melamar. Bagaimana caranya agar bisa menjadi kandidat yang di lirik oleh rekruternya?”

Caranya:

1 Pahami seluk beluk dan A-Z tentang jabatan yang ingin dilamar.

2 Cari sertifikasi, training, pengalaman & jam terbang yang bisa MEMBUKTIKAN anda layak untuk jabatan tersebut, bisa berupa magang, internship, atau pengalaman kerja yang memiliki benang merah (kemiripan) terhadap jabatan yang ingin dilamar.

Misal kalau pekerjaan yang mau dilamar membutuhkan ketelitian, pengalaman kerja apa yang bisa MEMBUKTIKAN bahwa Anda seorang yang teliti?

3 Ketahui Skill Gap antara kemampuan saat ini vs jabatan yang dilamar, perkecil skill gap tersebut dengan point 2.

Selama masih besar gap antara skill vs jabatan yang dilamar, otomatis memperkecil peluang Anda dilirik.

Lho.. “Kok gitu?
Kan ada faktor HOKI?! Kali-kali saya beruntung, banyak lamar-lamar trus tahu-tahu keterima”

HOKI itu hanya bisa terjadi kalau seseorang siap dan kesempatan ada.

Diluar sana, banyak kandidat yang melamar posisi tersebut, untuk bisa di pilih oleh perusahaan, siapa yang lebih siap dan sesuai secara kriteria, mereka atau Anda?

Penulis : Patricia Setyadjie > https://www.linkedin.com/company/patriciasetyadjie/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


5 Checklist untuk Resign

Ini checklist yang perlu Anda pertimbangkan sebelum memutuskan resign dari perusahaan:

1 Apakah posisi yang ditawarkan lebih baik?

Ataupun ada kesempatan menguasai bidang atau jabatan baru (leadership role misalnya – sebelumnya individual contributor) yang lebih menantang?

Kalau posisi sama, buat apa? #personaldevelopment

2 Apakah gaji + benefit yang ditawarkan, seimbang dengan resiko yang harus saya tempuh?

Resikonya apa? Probation period, penyesuaian lagi dengan team dan atasan, adaptasi dengan product atau jasa, workflow, sistem dll, plus ada kemungkinan tidak lolos dalam 3 bulan.

Kalau tidak lolos = bisa-bisa jobless lagi – giliran mau cari kerja, di era pandemi begini, butuh waktu tentunya. Siapa bisa jamin akan langsung dapat kerja dalam 1-2 bulan?

3 Apakah saya yakin saya bisa melakukan pekerjaan tersebut dengan baik secara skill, dan apakah KPI & ekspektasi terhadap role tersebut realistis?

Kalau nggak yakin, pikir ulang, apa bedanya dengan perusahaan sekarang dimana Anda sudah mendapatkan job security / sudah lolos probation?

4 Apakah perusahaan yang baru lebih baik dari perusahaan sekarang? Baik = stabil, kondisi keuangan lancar, bisnis dan industri sedang berkembang, product / jasa baik = tidak fluktuatif, target market stabil

Jangan sampai, sudah tahu-tahu pindah, malah perusahaannya tutup atau Anda dipecat gara-gara bisnis lagi down. Pahami produk/jasa yang dijual, dibutuhkan banyak orang atau sangat targeted market-nya? Semakin eksklusif = semakin kecil piramida customer-nya = jualan akan lebih sulit. Belum lagi kalo banyak kompetitor, perhatikan juga harga vs product, gampang jual atau susah jual. Jangan masuk jebakan Batman.

5 Apakah lingkungan kerjanya positif? TeamWork? Apakah banyak turn over rate? Bagaimana situasi kerja disana?

Coba cari tahu dari mantan karyawan, atau baca review perusahaan di Glassdoor, bisa juga lihat masa kerja dari karyawan-karyawan yang ada di perusahaan tersebut, berapa lama rata-rata mereka sudah bekerja disana? Kalau rata-rata karyawan baru padahal perusahaannya sudah lama berdiri, atau malah perusahaan “tua” – bisa jadi environment-nya kurang harmonis?

Kesimpulannya:

Kerja = Sama kayak punya pacar, pasti godaan banyak…
Nah kalo hanya gara-gara ada yang cakep dan keren, kemudian pacarnya ditinggal, ternyata kemudian kecewa gara-gara gebetan baru galak banget emak-bapaknya, belum lagi ternyata si pacar baru nyebelin amit-amit. (Aduh!) Trus, mau balikan ke pacar lama? Yah, dianya beum tentu mau #thankyounext

So, jangan cuma karena gaji doang, di iming-iming benefit yang seolah keren, trus kita jadi keblinger & melupakan potensi-potensi lainnya yang bisa kita raih di perusahaan yang sekarang kalau kita fokus sedikit lagi.

Kalau memutuskan untuk meninggalkan apa yang kita miliki untuk sesuatu yang (kayaknya) lebih ‘keren’ —->> tapi menyesal dalam waktu 3-4 bulan kedepannya, tetep aja rugi kan?

Pilihan di tangan Anda.

Choose well dan semoga pilihan tersebut adalah yang terbaik buat masa depan Anda.

SEMANGKAAA!

Penulis : Patricia Setyadjie > https://www.linkedin.com/company/patriciasetyadjie/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


15 Alasan Resign yang Diterima Interviewer

Interviewer:
“Why did you leave your last job?”

Berikut 15 Alasan (yang umumnya dapat diterima interviewer) tentang kenapa orang meninggalkan pekerjaan lamanya:

1 “I had been with the organization for a number of years and wanted to experience a new environment to continue growing.”

2 “I was offered a promotion at another company.”

3 “I left for an opportunity to advance my career.”

4 “I was offered a significant pay increase & a very big opportunity for career development.”

5 “I left to work on a product I was very passionate about.”

6 “A former boss or colleague recruited me to join their company.”

7 “My department brought in a new manager and I felt it was the right time to leave.”

8 “I was hired for a certain role, but over time that changed and I was no longer being given the opportunity to do the work I was interested in.”

9 “I was no longer finding the work fulfilling or enjoying my work as much.”

10 “I had been with this company for a number of years and learned a lot, but felt ready for a change.”

11 “I reevaluated my career goals and decided a change was needed.”

12 “I went back to school to pursue a Master’s Degree (or PhD, etc.)”

13 “I resigned from my last job to take care of a family issue. The issue is resolved so I am able to work full time again without any issue.”

14 “I took a position with a company that was closer to my home.”

15 “My position was eliminated and I was laid off. “

Jawaban mana yang relevan dengan pengalaman Anda?

Penulis : Patricia Setyadjie > https://www.linkedin.com/company/patriciasetyadjie/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Loyalitas Kerja

“Kenapa belum setahun pindah kerja?”
“Bagaimana hasil dan kontribusi Anda di company x selama x bulan?”

Apakah ini:

Masalah loyalitas?
Kurang persistent?
Tidak cocok dengan kerjaan?
Sulit adaptasi dengan lingkungan?
Produk/Jasa tidak sesuai dengan skill?
Lari dari masalah?
Sekedar bosan?
Gaji dan kompensasi?

Banyak hal yang menyebabkan kenapa belum atau baru setahun seseorang pindah kerja.

Tapi, menurut saya, yang lebih penting untuk ditanyakan ke kandidat bukan lah “kenapa setahun pindah kerja” tapi apakah pindah kerja itu artinya dia tidak perform atau malah saking bagus-nya performance sampai disamber perusahaan lain?

Ngomongin loyalitas, kalau 15 tahun bertahan di perusahaan dan di posisi yang sama terus, ga naik, ga di promote, ini juga akan menjadi red flag bagi rekruter.

Kurang ambisi?
Performance pas-pasan?
Tidak mau grow?
Comfort Zone?

It’s not just about the duration of the employment, but what the contribution is like?

Siapa tau, baru kerja 6 bulan pertama udah bisa achieve target setahun?

In reality, namanya loyalty, goes both ways.

Company yang nggak bagus secara culture and lingkungan kerjanya dibiarkan toxic, akan susah mendapatkan loyalitas karyawannya.

Bagi seorang profesional yang performance-nya pas-pasan, kemudian lompat ke perusahaan lain dalam waktu kurang dari 1 tahun, harus membuktikan diri bahwa perpindahan tersebut bukan karena ketidakmampuan dia untuk menjalankan tugasnya di perusahaan lama. Beban? Yes tentunya.

Kalau memang benar-benar Anda high achiever yang konsisten selama masa kerja tersebut, maka calon perusahaan akan mendapatkan jawaban yang memuaskan dari mantan manager saat ada reference check.

So, dari sisi interviewer, ask, dig deeper.
Let’s not assume.

Dari sisi kandidat: Pertimbangkan masak-masak track record Anda sebelum membuat keputusan penting dalam perjalanan karir Anda.

Pernah dapat pertanyaan ini?

Penulis : Patricia Setyadjie > https://www.linkedin.com/company/patriciasetyadjie/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Ilmu Cocoklogi dalam Melamar Kerja

Saat melihat iklan-iklan lowongan di Job Portal :

“Kayaknya saya cocok deh kerja sebagai Analist” , kata seorang Finance Officer.
“Kayaknya saya bakal enjoy nih kerja sbg PR” , kata seorang Growth Marketer.
“Design mungkin adalah passion saya” , kata seorang Business Process Analyst.

Udah ada sertifikasi?
Sudah pernah belajar ilmunya?
Tau nggak KPI yang Anda lamar kayak gimana?
Day to day activity kerjaan tersebut akan seperti bagaimana?

Dulu saya juga banyak pakai ilmu cocoklogi dalam melamar, tapi ternyata gak ada hasilnya.

Jaman masih muda(an), keinginan buat bergabung di top 5 perusahaan besar di Industry tertentu, juga kandas, karena saya mau nyocok-nyocokin ala saya, secara egois, satu sisi, tanpa melihat apakah mereka mau sama saya?

Jelas-jelas gak ada pengalaman leadership, tapi ngelamar-nya posisi manager dan direktur. Saat ditanya apa usaha untuk dapat pengalaman leadership = none (ya ini, melamar).

Jawaban semacam “Saya mau belajar something new“. Hiring manager atau rekruter yang dengar jawaban seperti ini bisa membatin…. “Perusahaan ini bukan tempat coba-coba loh” daripada Anda coba-coba disini mending Anda fokus ke what you’re good at dan kami akan pilih kandidat yang memang sudah piawai disana jadi kami juga tidak coba-coba dengan kandidat”.

Yang melamar karena “saya ingin ketemu banyak orang” itu adalah jawaban klise dan retorik. Kalau mau ketemu banyak orang, tinggal ke mall terdekat aja, pasti ketemu. Nggak perlu melamar ke perusahaan. Nggak usah jauh-jauh, keluar rumah juga akan ketemu banyak orang kok. Jawaban-jawaban ini perlu dihindari.

Make sure you know the WHY behind kenapa Anda melamar ke suatu posisi, ke suatu company. Jadi saat ditanya “kenapa Anda mau melamar disini?” Anda bisa mengkaitkan jawaban tersebut dengan pengalaman, skill, passion, ambisi, dan expertise.

Penulis : Patricia Setyadjie > https://www.linkedin.com/company/patriciasetyadjie/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”


Apakah Harus Kerja Sesuai Jurusan?

“Mbak Mil, saya Fresh Graduates, apakah saya harus kerja sesuai jurusan saya? Dosen saya bilang, percuma saya kuliah capek-capek 5 tahun, kalau lulus jadi Customer Service di Bank”.

Apa yang salah dengan menjadi customer service di Bank? Selama pekerjaan itu halal, menurut saya itu jauh lebih baik daripada menganggur.

Jika kita memang memiliki pilihan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan kita, silahkan kita mengambil pekerjaan tersebut.

Tapi jika pilihan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan itu belum ada, ditambah lagi ada desakan kebutuhan ekonomi dari pihak keluarga: Jangan paksakan diri harus bekerja sesuai dengan jurusan!

Menurut saya, apa yang kita dapatkan di bangku kuliah seharusnya bukan cuma ilmu pengetahuan yang spesifik sesuai dengan jurusan kita. Di bangku kuliah kita juga dapat belajar berpikir kritis, belajar mandiri, belajar management waktu, belajar menangani sejumlah tugas yang datang dengan dateline bersamaan dan lain sebagainya.

Belum lagi jika kita juga aktif di organisasi, menjadi assistant lab, atau terlibat di sejumlah project penelitian dengan dosen, akan ada lebih banyak lagi pelajaran yang kita dapat.

Menurut saya, segala sesuatu yang kita lakukan dengan sepenuh hati, tidak akan sia-sia. Pengalaman belajar kita selama 5 tahun di bangku kuliah tidak akan terbuang percuma.

Justru yang akan dapat terbuang justru waktu kita sekarang ini, jika kita terlalu lama menunggu pekerjaan yang sesuai dan melewatkan banyak kesempatan yang datang.

Semoga dapat mencerahkan.

Have a Great Day.

Penulis : Milka Santoso > https://www.linkedin.com/in/milkasantoso/


By the way, kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.


DAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

Perbesar Peluang Karir dan Kerja

“Seseorang itu diterima kerja / dipromosikan karena skills, dan disukai atau tidak disukai lingkungan kerja karena attitude.”